Selasa, 6 Jumadil Awwal 1446 H / 1 Agutus 2017 11:14 wib
6.515 views
TKW Dituding Gabung ISIS, Pengamat: Laporan IPAC Hanya Bisnis Isu
JAKARTA (voa-islam.com), Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) melalui peneolitiannya menyatakan sedikitnya 50 perempuan buruh migran Indonesia terlibat aktivitas pro- Islamis State of Iraq and Syria (ISIS) di Hong Kong.
Dalam laporan IPAC, seperti yang diberitakan AFP, 50 perempuan tersebut terpengaruh doktrin radikalisme melalui kelompok dakwah. Serta, komunikasi dengan sejumlah lelaki pendukung ISIS melalui media sosial juga menjadi dorongan lain.
Menanggapi hal tersebut, Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya menilai Laporan IPAC berpotensi melahirkan problem bagi buruh migran dari Indonesia di Hongkong dan Taiwan.
"Paling tidak, jika otoritas setempat percaya dengan laporan tersebut tentu akan ada follow up dan buruh migran akan menjadi obyek dari pihak keamanan," katanya kepada voa-islam.com, Jakarta, Selasa (1/8/2017).
Menurut Harits, laporan IPAC lebih cenderung bisnis isu, dan berlebihan soal buruh migran yang terkait ISIS. Isu ISIS di Hongkong sendiri sudah muncul sejak 2015, dan bukan isu baru.
"Hongkong yang wilayahnya relatif kecil, sistem keamanan yang sangat ketat, bagi mereka tidak susah untuk mendeteksi gejala keterlibatan buruh migran terkait isu ISIS. Karena pihak aparat keamanan memonitor dengan ketat terhadap mereka,"jelas Pengamat Terorisme itu.
Lebih dari itu, imbuh Harits, di Hongkong sendiri perlindungan terhadap tenaga kerja sangat bagus. Ia mengakui memang ada banyak TKW yang menyalah gunakan pasport mereka untuk hutang uang, sehingga para agen dan juga majikan sangat takut jika mereka membawa pasport mereka dan hutang uang di perusahaan peminjaman uang karena jika mereka tidak bayar maka majikan akan di kejar-kejar.
"Tapi bukan itu salah satu alasan membuat mereka melakukan hal-hal yang di tuduhkan IPAC sehingga mereka terlibat dalam jaringan radikal ISIS," koreksi Harits.
Harits menegaskan bahwa tidak susah bagi aparat keamanan untuk mendeteksi,
karena buruh migran di Hongkong setiap activitasnya ada record oleh pemerintah.
"Misal, punya tabungan 100 juta saja langsung di datangi dan di tanya sumber keuangannya.
Apalagi untuk grup ISIS pasti relatif mudah mereka menemukan," bebernya.
Sambung Harits, seandainya pun ada buruh migran menjadi simpatisan ISIS. Hal itu hanya nol koma persen dari jumlah buruh migran. Dan fakta aktualnya, katanya lagi, mereka sudah banyak yang balik ke Indonesia serta beberapa dari mereka hijrah ke Suriah.
Terkait isu bahwa TKW menolong orang yang hendak berangkat ke Suriah via Hongkong, Harits berpendapat bahwa fakta aktualnya bukan hal yang mudah dilakukan, karena mereka sebagai buruh cukup sudah sibuk.
"Mereka bekerja 7:00 am - 11:00 pm. Dan menjaga anak , Nenek, belanja ke pasar dan mengurusi banyak urusan rumah tangga majikan. Jadi, bagaimana mereka mengurusi perjalan laki-laki yg menuju Suriah?" tanyanya.
Harits meyakini banyak hal dari laporan IPAC tidak proporsional dan tendensius. "Lebih condong sebagai bisnis isu tanpa memahami secara detil obyek yang di teliti," tandasnya. (Bilal)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!