Rabu, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 19 Juli 2017 08:32 wib
12.482 views
COVER STORY Juli: Islamofobia Nama Lain Anti-Islam
JAKARTA (voa-islam.com)--Meski Indonesia adalah negeri dengan mayoitas Muslim, tetapi fenomena islamofobia justru marak. Hal ini dikatakan pengamat politik Islam, Al Chaidar.
Menurut Al Chaidar Islamfobia adalah ketakutan atau kekhawatiran yang berlebihan terhadap agama Islam dan kaum Muslim.
"Islamofobia itu riil di Indonesia. Islamofobia sebagai ‘rasa takut dan kebencian terhadap Islam dan oleh karena itu juga pada semua Muslim,’ dinyatakan bahwa hal tersebut juga merujuk pada praktik diskriminasi terhadap Muslim dengan memisahkan mereka dari kehidupan ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan bangsa," kata Al Chaidar kepada Voa Islam, Selasa (11/7/2017).
Al Chaidar berpendapat di dalam islamofobia juga ada persepsi bahwa Islam tidak mempunyai norma yang sesuai dengan budaya lain, lebih rendah dibanding budaya Barat dan lebih berupa ideologi politik yang bengis daripada berupa suatu agama.
"Islamofobia di Indonesia tidak dianggap sebagai bentuk intoleransi seperti Xenofobia dan Anti-semitisme. Ini menunjukkan betapa rendahnya muslim dalam pandangan sosial politik modern orang Indonesia kini," ungkap Dosen Antropologi UI tersebut.
Abdul Rahim Baasyir, Ketua Divisi Kelasykaran Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) mengungapkan bahwa sebab seseorang terjangkit virus islamofobia karena minimnya pemahaman terhadap Islam.
“Dia tak tahu kalau Islam itu agama yang indah, agama yang sempurna. Agama yang membawa rahmat utuk seluruh alam. Lalu dalam kondisi ketidaktahuan tersebut, masuk informasi-informasi yang keliru yang salah dari pihak-pihak yang menyalahpahami Islam. Islam digambarkan ajaran yang mengerikan. Sehingga pada akhirnya muncul perasaan takut (fobi) terhadap Islam,” ungkap lelaki yang karib disapa Ustadz Iim.
Mereka yang terjangkit virus islamofobia ini, lanjut Ustadz Iim, merasa takut eksistensi dirinya terganggu, kebiasaan maksiatnya terganggu. Sehingga kelompok ini akan bersusah payah dengan berbagai cara menghalangi penegakan Islam di muka bumi ini.
“Mereka memusuhi seseorang atau kelompok yang berjuang menegakan syariat Islam. Padahal Islam agama rahmat, damai. Kelompok islamofobi ini takut terhalangi maksiat mereka terhalangi oleh syariat Islam. Yang suka zina takut. Maka mereka fobi terhadap Islam. Maka mereka merusak di muka bumi ini,” papar Ustadz Iim.
Dengan demikian, tegas Ustadz Iim, islamofobia sama artinya anti kepada Islam dan umat Islam.
Ketakutan Irrasional
Kembali ke Al Chaidar. Al Chaidar melihat islamofobia berakar dari ketakutan irasional terhadap kekerasan yang diprovokasi oleh agama. Victor Davis Hanson, lanjut Chaidar, dalam buku The Politically Incorrect Guide to Islam (and the Crusades) yang ditulis Robert Spencer, menyebut bahwa "islamofobia" hampir tidak berguna sebagai alat analisis.
"Mengadopsinya adalah menerima bentuk kesetaraan teologis yang paling ganas, dan untuk menegaskan, melawan semua bukti, bahwa setiap tradisi keagamaan sama-sama mampu mengilhami kekerasan," kutipnya.
Al Chaidar sendiri meyakini aktor islamofobia di Indonesia adalah negara dan non-negara. Ia menilai Negara Republik Indonesia adalah negara yang dipimpin oleh partai politik dalam suatu sistem Demokrasi Liberal. Jika partai sekuler menang dalam pemilu, otomatis akan mengusung ide-ide islamofobia dan menggusur semua Perda Syariah serta semua bentuk-bentuk ekspresi keagamaan Muslim.
"Bahkan, semua modus pembangunan digunakan sebagai alat untuk memerangi Islam dan Muslim. Membangun jalan adalah upaya luhur dan baik, namun seringkali secara Islamophobic diarahkan untuk menggusur masjid-masjid dan perkampungan muslim dan merusak tradisi Islam yang ada," ungkap lelaki asal Aceh itu.
Perbedaan ideologi bisa melahirkan intoleransi pula, misal kaum komunis pasti tidak suka dengan Islam. Begitu juga sebaliknya, orang sekuler pun tidak suka dengan orang religius.
"Begitu pun sebaliknya. Makanya, sistem hukum harus memproteksi kedua belah pihak, bukan membela salah satunya,"ucapnya.
Lebih dari itu, Al Chaidar meyakini bahwa islamofobia adalah pemicu dan akibat dari terorisme. Bila suatu negara atau komunitas sudah takut dan benci kepada satu agama (Islam). Maka, kaum Muslim akan bereaksi, salah satu reaksinya adalah dalam bentuk terorisme.
Atau, sambung Chaidar, islamophobia juga sebagai akibat dari serangan yang terlalu brutal dari gerakan-gerakan "radikal Islam", yang kemudian menimbulkan akibat negatif bagi muslim yang berada di negara-negara yang mayoritas non-Muslim.
"Efek dari serangan 11 September 2001 atau efek dari brutalisme Isis di Suriah dan Iraq akan menimbulkan ketakutan dan sekaligus kebencian terhadap Islam. Makanya dalam Islam, berperang itu tak perlu berlebihan," tandasnya. * [Bilal, Syaf/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!