Kamis, 28 Rabiul Akhir 1446 H / 6 Agutus 2015 08:00 wib
8.730 views
Pelaku Inkonstitusional Malah Diundang ke Istana, Sekjen FUI: Kalau Saya Polisi, Saya Pasti Berhenti
BANDUNG (voa-islam.com) – Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) yang melarang umat Islam Salat Idul Fitri di Tolikara Papua, yang berakhir dengan penyerangan serta pembakaran Masjid Baitul Muttaqin, bukannya ditangkap malah diundang ke Istana oleh Presiden Jokowi bahkan diapresiasi.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Forum Umat Islam (FUI) KH. M. Al-Khatthath dalam acara Aksi Solidaritas untuk Muslim Papua, pada Jumat (31/07) yang lalu, di Gedung Sate dan Gedung Merdeka, Bandung.
“Kalau saya jadi Polisi, saya protes ke Jokowi, dan saya akan berhenti jadi Polisi. Masa pelaku inkonstitusional malah diapresiasi,” katanya saat berorasi di depan Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Bandung.
Saat ini gerombolang Gereja berkumpul, mereka sedang melakukan kegiatan untuk mengubah agama Islam ini jadi Kristen, dengan kata lain pemurtadan
“Orang-orang Kristen di Tolikara itu manusia-manusia yang tidak tahu diri. Mereka telah melakukan makar kepada Republik Indonesia, Polisi harus tegas menindak mereka,” tambahnya dihadapan ratusan massa aksi yang dijaga ketat oleh aparat kepolisian.
Dalam kesempatan tersebut, KH. Al-Khatthath juga menyampaikan informasi yang diterimanya dari sumber A1, bahwa saat ini gerombolan gereja sedang melakukan berbagai cara untuk memurtadkan umat Islam.
“Saat ini gerombolang Gereja berkumpul, mereka sedang melakukan kegiatan untuk mengubah agama Islam ini jadi Kristen, dengan kata lain pemurtadan,” jelasnya di hadapan massa aksi yang terdiri dari berbagai macam Ormas Islam seperti FPI, DDII, LPI, GAPAS, ALMANAR, Muhammadiyah, NU, FUI, FUUI, ANNAS, Syarikat Islam, KAMMI.
“Mereka menganggap umat Islam itu nol, tidak ada harganya,” pungkasnya. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!