Rabu, 15 Jumadil Akhir 1446 H / 24 Juni 2015 21:30 wib
7.717 views
Mahfud MD: Sebaiknya Tidak Meminta jika Ingin Memimpin Negeri (1)
YOGYAKARTA (voa-islam.com)- Konsep dan ciri kepemimpinan dalam Islam tersebut juga dikenal dalam budaya Jawa. Mahfud MD menuturkan bahwa budaya Jawa juga mengenal Hasta Brata sebagai keluhuran konsep kepemimpinan Jawa.
Dalam bahasa Sansekerta, Hasta berarti delapan, sedangkan Brata berarti perilaku atau tindakan pengendalian diri. Hasta Brata melambangkan kepemimpinan dalam delapan unsur alam, yakni bumi, matahari, api, samudra, langit, angin, bulan, dan bintang. Tiap unsur Hasta Brata mengartikan tiap karakteristik ideal dari seorang pemimpin.
Adapun kedelapan unsur tersebut:
Mahambeg Mring Kismo (meniru sifat bumi). Bumi diibaratkan sebagai ibu pertiwi, sebagai tempat berpijak. Sebagai ibu pertiwi, bumi memiliki peran sebagai ibu yang harus memelihara dan menjadi pengasuh, pemomong, dan pengayom bagi makhluk yang hidup di bumi.
“Bumi juga mengisyaratkan sifat yang dapat dipercaya,” tuturnya.
Mahambeg Mring Warih (meniru sifat air). Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan siapapun termasuk pengikutnya. Air selalu mengalir kebawah, artinya pemimpin harus memperhatikan potensi, kebutuhan dan kepentingan pengikutnya, bukan mengikuti kebutuhan atasannya. Serta menyuburkan pengikutnya yang telah diberi harapan.
“Pemimpin harus menyuburkan, memberi harapan pada pengikutnya,” tuturnya.
Mahambeg Mring Samirono (meniru sifat angin). Pemimpin yang menguasai sifat angin adalah ia yang selalu terukur bicaranya. Setiap perkataannya selalu disertai argumentasi serta dilengkapi data dan fakta.
“Seperti angin, ia harus menyejukkan,” tuturnya.
Mahambeg Mring Condro (meniru sifat bulan). Dalam memperlakukan anak buahnya, seorang pemimpin harus dilandasi oleh aspek-aspek sosio-emosional. Pemimpin harus memperhatikan harkat dan martabat pengikutnya sebagai sesama, atau nguwongke.
Mahambeg Mring Suryo (meniru sifat matahari). Seorang pemimpin yang menguasai sifat matahari harus mampu memberikan inspirasi dan semangat kepada rakyatnya untuk menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi.
Mahambeg Mring Samodra (meniru sifat laut/samudra). Seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan hati dan pandangan, dapat menampung semua aspirasi dari siapa saja, dengan penuh kesabaran, kasih sayang, dan pengertian terhadap rakyatnya.
Mahambeg Mring Wukir (meniru sifat gunung). Layaknya sifat gunung yang teguh dan kokoh, seorang pemimpin harus memiliki keteguhan-kekuatan fisik dan psikis serta tidak mudah menyerah untuk membela kebenaran maupun membela rakyatnya.
Mahambeg Mring Dahono (meniru sifat api). Seorang pemimpin yang menguasai sifat Api adalah ia yang cekatan dan tuntas dalam menyelesaikan persoalan. Juga selalu konsisten dan objektif dalam menegakkan aturan, tegas, tidak pandang bulu dan objektif, serta tidak memihak.
Demokrasi Terbaik di antara Yang Tersedia
Mahfudh MD mengakui, demokrasi bukanlah sistem yang sempurna. Banyak kelemahan yang dimiliki oleh system demokrasi. Ia pun tidak ragu menyebut demokrasi sebagai sistem yang buruk.
Dijelaskannya, Plato dan Aristoteles telah menyebutkan bagaimana demokrasi akan memberi peluang terjadinya ekses-ekses buruk, seperti narsisme, provokasi, atau bahkan peluang terpilihnya pemimpin yang tidak dapat berlaku adil.
“Dalam demokrasi, dimungkinkan ada seseorang membuat poster tentang dirinya sendiri, ia temple sendiri, juga ia lihat sendiri,” ujarnya disambut tawa oleh para hadirin.
Namun betapapun buruk sistem demokrasi, dikatakan oleh Mahfud MD bahwa demokrasi merupakan sistem terbaik dari sistem yang tersedia. Oleh karena itu, kepemimpinan berakhlakul karimah dibutuhkan oleh bangsa ini untuk mewarnai demokrasi ke arah lebih baik. ** (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!