Sabtu, 17 Jumadil Akhir 1446 H / 24 Mei 2014 19:43 wib
105.895 views
Komunitas Salafi Dukung Prabowo, Biasanya Kan Golput. Ada Manuver Apa?
YOGYAKARTA (voa-islam.com) - Seperti dilansir situs gema islam, ada yang berbeda dengan suasana Pemilu tahun ini. Komunitas Salafi yang biasanya Golput kini sebagian besar akan berpartisipasi dalam pemilihan Presiden pada Juli mendatang.
Tokoh muda Salafi Yogyakarta, Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal mengajak kaum muslimin untuk memilih pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Hatta. Dia lakukan karena hanya pasangan ini yang bisa memberikan harapan kepada umat Islam.
“Ya Allah, mudah-mudahan kemenangan berpihak pada Prabowo - Hatta yang disokong oleh partai-partai Islam,” kata Abduh Tuasikal dalam laman Facebooknya, Senin (19/5/2014).
Salafi Dukung Prabowo, Ustadz Abduh Tuasikal: Kami Tak Mau Negara Ini Dipimpin Preman - See more at: http://gemaislam.com/berita/indonesia-news-menuitem/2408-salafi-dukung-prabowo-ustadz-abduh-tuasikal-kami-tak-mau-negara-ini-dipimpin-preman#sthash.re3cJsUX.dpuf
Salafi Dukung Prabowo, Ustadz Abduh Tuasikal: Kami Tak Mau Negara Ini Dipimpin Preman
Alumni S2 Jurusan Kimia di King Saud University ini menilai pasangan Prabowo-Hatta lebih kecil madhorotnya dibanding pasangan Jokowi-JK jika jadi presiden nanti. Dengan tegas dia mengungkapkan, negara ini tidak ingin dikuasai oleh para preman.
“Dibanding negara ini dikuasai partai preman,” ujarnya.
Penyebutan partai preman bagi pengusung Jokowi-JK oleh Murid Syaikh Sholih Al Fauzan ini bukan tanpa alasan. Pasalnya dia mengalami diperlakukan buruk oleh simpatisan PDI P saat kampanye Pileg bulan lalu.
“Kami pernah dizalimi oleh partai tersebut saat masa kampanye kemarin. Saat kepulangan ke Gunungkidul dari Jogja, di tengah-tengah jalan di Bantul, kami mendapatkan masa partai tersebut menghambat jalan, membuat macet sepanjang beberapa kilometer,” ungkapnya.
Bukan hanya membuat macet, rombongan massa kampanye itu merusak mobil yang ditumpanginya.
“Mereka sengaja memukul mobil kami di saat kami sudah berusaha berjalan rindik (pelan), padahal kami sudah sengaja ngambil jalan di pinggir. Tetapi terkena juga bagian atas mobil dengan pukulan bambu mereka,” terangnya.
Meski demikian, pemimpin Pondok Pesantren Darus Sholihin Gunung Kidul Yogyakarta ini meminta maaf dengan penyebutan partai preman.
“Jadi maaf saja kami gelari partainya dengan partai PREMAN. Karena pendukungnya pun semua akui kebanyakan dari kalangan Preman, pengacau dan perusuh yang anarkis dan brutal. Kami warga muslim pun tidak mau negara ini dipimpin oleh kalangan PREMAN,” tukasnya.
Alasan lain yang dilontarkan oleh bapak dua anak ini adalah karena PDI-P terang-terangan anti Islam.
“Anti Islam (hampir semua RUU yang berbau Islam mereka tolak), pro prostitusi (menentang penutupan Dolly) dan Pro miras (tolak perda larangan miras), Pilihlah yang mudhorotnya lebih ringan dibanding preman, nasionalis dan sekuleris yang berkuasa,” tegasnya.
Diapun menukil ucapan ulama besar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. “Kami ingat kata Ibnu Taimiyah: Orang yang cerdas bukanlah orang yang tahu mana yang baik dari yang buruk. Akan tetapi, orang yg cerdas adalah orang yang tahu mana yang terbaik dari dua kebaikan dan mana yang lebih buruk dari dua keburukan.”
Sebagai penguat dari pendapatnya, pemimpin redaksi web muslim.or.id ini menukil sya’ir yang pernah dilantunkan Ibnu Taimiyah: “Orang yang cerdas ketika terkena dua penyakit yang berbeda, ia pun akan mengobati yang lebih berbahaya.”
Memang, kondisinya sekarang sudah darurat dan bahaya, dan ancaman sangat nyata dari kafir musyrikin. (bata/dbs/voa-islam.com)
Ada yang berbeda dengan suasana Pemilu tahun ini. Komunitas Salafi yang biasanya Golput kini sebagian besar akan berpartisipasi dalam pemilihan Presiden pada Juli mendatang.
Tokoh muda Salafi Yogyakarta, Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal mengajak kaum muslimin untuk memilih pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Hatta. Dia lakukan karena hanya pasangan ini yang bisa memberikan harapan kepada umat Islam.
“Ya Allah, mudah2an kemenangan berpihak pada Prabowo - Hatta yang disokong oleh partai-partai Islam,” kata Abduh Tuasikal dalam laman Facebooknya, Senin (19/5/2014).
Alumni S2 Jurusan Kimia di King Saud University ini menilai pasangan Prabowo-Hatta lebih kecil madhorotnya dibanding pasangan Jokowi-JK jika jadi presiden nanti. Dengan tegas dia mengungkapkan, negara ini tidak ingin dikuasai oleh para preman.
“Dibanding negara ini dikuasai partai preman,” ujarnya.
Penyebutan partai preman bagi pengusung Jokowi-JK oleh Murid Syaikh Sholih Al Fauzan ini bukan tanpa alasan. Pasalnya dia mengalami diperlakukan buruk oleh simpatisan PDI P saat kampanye Pileg bulan lalu.
“Kami pernah dizalimi oleh partai tersebut saat masa kampanye kemarin. Saat kepulangan ke Gunungkidul dari Jogja, di tengah-tengah jalan di Bantul, kami mendapatkan masa partai tersebut menghambat jalan, membuat macet sepanjang beberapa kilometer,” ungkapnya.
Bukan hanya membuat macet, rombongan massa kampanye itu merusak mobil yang ditumpanginya.
“Mereka sengaja memukul mobil kami di saat kami sudah berusaha berjalan rindik (pelan), padahal kami sudah sengaja ngambil jalan di pinggir. Tetapi terkena juga bagian atas mobil dengan pukulan bambu mereka,” terangnya.
Meski demikian, pemimpin Pondok Pesantren Darus Sholihin Gunung Kidul Yogyakarta ini meminta maaf dengan penyebutan partai preman.
“Jadi maaf saja kami gelari partainya dengan partai PREMAN. Karena pendukungnya pun semua akui kebanyakan dari kalangan Preman, pengacau dan perusuh yang anarkis dan brutal. Kami warga muslim pun tidak mau negara ini dipimpin oleh kalangan PREMAN,” tukasnya.
Alasan lain yang dilontarkan oleh bapak dua anak ini adalah karena PDIP terang-terangan anti Islam.
“Anti Islam (hampir semua RUU yang berbau Islam mereka tolak), pro prostitusi (menentang penutupan Dolly) dan Pro miras (tolak perda larangan miras),” jelasnya.
Maka, pengisi tetap radio Muslim Yogyakarta ini menganjurkan untuk memilih pasangan Capres yang mudhorotnya lebih ringan.
“Pilihlah yang mudhorotnya lebih ringan dibanding preman, nasionalis dan sekuleris yang berkuasa,” tegasnya.
Diapun menukil ucapan ulama besar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. “Kami ingat kata Ibnu Taimiyah: Orang yang cerdas bukanlah orang yang tahu mana yang baik dari yang buruk. Akan tetapi, orang yg cerdas adalah orang yang tahu mana yang terbaik dari dua kebaikan dan mana yang lebih buruk dari dua keburukan.”
Sebagai penguat dari pendapatnya, pemimpin redaksi web muslim.or.id ini menukil sya’ir yang pernah dilantunkan Ibnu Taimiyah: “Orang yang cerdas ketika terkena dua penyakit yang berbeda, ia pun akan mengobati yang lebih berbahaya.” (bms)
- See more at: http://gemaislam.com/berita/indonesia-news-menuitem/2408-salafi-dukung-prabowo-ustadz-abduh-tuasikal-kami-tak-mau-negara-ini-dipimpin-preman#sthash.re3cJsUX.dpuf
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!