Rabu, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 17 Oktober 2012 09:55 wib
12.916 views
Bantu Kekeringan & Cegah Kristenisasi, DDII Bangun Sumur di Wonogiri
Wonogiri, (voa-islam.com) – Akibat musim kemarau panjang yang melanda sebagian besar daerah dan kawasan di Indonesia, akhirnya membuat warga masyarakat mengalami kekurangan air dan lahan pertanian juga terkena musibah kekeringan.
Kekurangan air dan kekeringan yang berkepanjangan itu terjadi di kabupaten Wonogiri propinsi Jawa Tengah. Daerah yang berada di sebelah selatan kota Solo ini, sejak awal tahun 2012 sudah mengalami paceklik berupa kekurangan air dan kekeringan.
Daerah di kabupaten Wonogiri yang paling parah mengalami kekeringan dan kekurangan air yakni di desa Pucung kecamatan Eromoko. Desa yang berada paling selatan di kabupaten Wonogiri dan berbatasan dengan kecamatan Ponjong Kabupaten gunung Kidul propinsi Yogyakarta tersebut dihuni oleh 4.000 jiwa penduduk.
Tak heran jika masyarakat sekitar yang ada didaerah sana, setiap hari selalu bersusah payah untuk mendapatkan air baik untuk kebutuhan air minum, mandi dan ternak mereka bagaimanapun caranya. Bahkan tak jarang ada pihak-pihak yang memanfaatkan kondisi warga yang sedang membutuhkan air tersebut untuk kepentingan tertentu.
Salah satunya yaitu upaya para misionaris yang bercokol di kecamatan Eromoko untuk mengkristenkan dan memurtadkan warga masyarakat yang bisa mereka pengaruhi. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu pengurus Dewan Da’wah Islamiyyah Indonesia (DDII) Jawa Tengah, ustadz Aris Munandar Al-Fatah, Lc. seusai mengisi pengajian rutin Jum’at pagi (5/10/2012) disalah satu masjid di Solo beberapa waktu yang lalu.
Ustadz Aris menyampaikan bahwa bapak Ashari selaku Lurah desa Pucung datang ke kantor DDII Jateng di Islamic Center Pabelan Kartosuro Surakarta untuk menyampaikan kondisi daerahnya yang sedang mengalami kekeringan dan saudara-saudara muslim di sana yang sangat kekurangan air.
”Beberapa waktu yang lalu, bapak lurah yang ada disalah satu daerah di Eromoko, tepatnya didesa Pucung, menyampaikan bahwa kondisi saudara muslim kita yang ada ditempat tersebut, dimana mereka sangat-sangat kekurangan air,” ungkap ustadz Aris.
Dalam kesempatan tersebut, Pak Polo (sebutan untuk kepala desa didaerah Pucung) juga mengutarakan sebuah fakta, bahwasanya daerah lain (masih satu kecamatan di Eromoko) ada yang sudah dibina oleh missionaris.
“Tapi di daerah lain, yang sudah dibina oleh missionaris, itu sudah kecukupan air. Nah, ada sebuah penawaran dari missionaris kepada pak lurah ini, bagaimana kalau kemudian dibantu oleh lembaga atau LSM asing yang tentunya mereka ada maunya atau udang dibalik batu. Nah, atas persoalan itu kemudian mereka hadir kekantor Dewan Da’wah untuk mengeluhkan kasus itu,” tambahnya.
Setelah DDII Jateng mengutus anggotanya untuk melakukan survei ke desa Pucung kecamatan Eromoko, ternyata upaya kristenisasi yang ada didaerah tersebut sudah berlangsung 10 tahun yang lalu. Akan tetapi, puncak dari kristenisasi tersebut yang kemudian berhasil membuat warga masyarakat Eromoko hampir 85 % menjadi Kristen yaitu terjadi pada awal 2009 sampai sekarang ini.
Dan yang lebih mencengangkan lagi, ternyata missionaris yang bergerak disitu adalah seorang wanita asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bernama Ipon. Ipon kemudian menikah dengan laki-laki asli Eromoko agar bisa mendapatkan KTP dan diakui sebagai warga setempat, supaya misi pemurtadannya berjalan lebih mudah.
Pada awal tahun 2009, karena waktu itu masyarakat sedang kekurangan makanan, maka para missionaris menggunakan sarana mie instan untuk memuluskan misi mereka dengan istilah yang terkenal yaitu “Pemurtadan Supermi”.
Sekarang ini, pada tahun 2012 karena daerah Wonogiri, tepatnya didesa Pucung kecamatan Eromoko sedang mengalami kekeringan dan kekurangan air, maka mereka menggunakan sarana dan memberikan bantuan air sebagai “wasilah” dalam memalancarkan aksi busuk permurtadan yang mereka lakukan.
“Ternyata setelah kita ketahui baik dari pak Lurah ataupun tim yang kita tugasi untuk survei kesana, persoalan ini (upaya kristenisasi, red.) ternyata sudah berlangsung selama 10 tahun. Tentu prosesnya tidak saja air, dulu masa-masa pembagian supermi yang dikenal dengan pemurtadan supermi. Mereka sudah bergerak. Tapi yang perlu dicatat, bahwa mereka adalah orang-orang yang saat ini perlu kita selamatkan, terutama dari pemurtadan,” tegasnya.
Dalam catatan DDII Jateng, sebanyak 7 dusun dari 15 dusun yang ada di desa Pucung mengalami kekeringan dan kekurangan air. 7 dusun tersebut yaitu dusun Kangkung, Jalakan, Turi, Gundi, Pule, Brengkut dan Mijil. Sedangkan jumlah penduduk yang mayoritas sudah murtad ada di 4 dusun, yakni dusun Bongos, Kedung Gudel, Tukul dan Pule.
Ustadz Aris juga mengungkapkan, sebetulnya pemerintah desa yang bekerjasama dengan lembaga-lembaga Islam di daerah Eromoko telah berupaya mencari solusi dari permasalahan kekurangan air tersebut dengan cara hendak membangun bendungan air yang diambil atau disedot dari sungai dan sumber mata air yang ada dibawah gua-gua didaerah Pucung.
Akan tetapi, upaya mereka sejak tahun 2009 untuk membangun bendungan air itu selalu kandas dikarenakan tidak adanya respon positif dari pemerintah kota Wonogiri, dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum (DPU). DPU memang kadang kala memberikan bantuan air yang disuplai melalui tangki air, tapi menurut Pak Polo, hal tersebut kurang maksimal, apalagi jika suplai air dari DPU terlambat atau bahkan tidak datang.
“Bahkan keinginan untuk membangun bendungan air didalam gua tersebut sudah sejak tahun 2009 tidak bisa terealisir. Baik oleh pemerintah desa setempat, oleh umat islam, oleh beberapa LSM Islam, itu tidak bisa terealisir karena adanya hambatan-hambatan dana,” ungkap ustadz Aris.
Maka, setelah mendengar persoalan dan permasalahan tersebut, DDII Jateng kemudian berkomitmen untuk segera memulai membangun bendungan air yang ada didalam Gua Suruh yang terletak di dusun Kangkung, desa Pucung agar bisa secepatnya membantu saudara-saudara muslim disana.
“Akhirnya, kemudian kita berkomitmen dengan itu untuk memulai saja dengan membangun bendungan air bawah tanah didalam Gua Suruh,” ucapnya.
DDII Jateng memilih Gua Suruh sebagai tempat untuk membuat bendungan air karena gua tersebut belum dikuasai oleh missionaris. Jadi untuk sekedar diketahui saja, didesa Pucung itu terdapat banyak sekali gua yang didalamnya terdapat sumber mata air. Dan missionaris sudah mendayagunakan 3 gua yang ada di desa Pucung sebagai tempat untuk pengambilan air.
Pembangunan “Sumur Untuk Sedulur” dari Mata Air Gua Suruh
Selain itu, DDII Jateng memilih Gua Suruh sebagai tempat pembuatan bendungan air karena mendapatkan masukan dari Keluarga Mahasiswa Pecinta Alam (KMPA) Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Giri Bahama (GB) bahwa, sungai bawah tanah yang ada didalam Gua Suruh merupakan sumber mata air yang paling besar potensi airnya dari pada gua-gua yang ada didesa Pucung dan kawasan Eromoko lainnya.
“Sungai bawah tanah ini yang telah coba kami ukur beberapa tahun, kalau puncak musim kemarau kayak gini, debit air bisa mencapai 1,5 sampai 2 liter per detik. Harapannya, dari debit ini akan mencukupi 6 sampai 7 dusun,” ungkap Arif Jauhari, selaku pendamping program pembuatan bendungan air dari KMPA Fakultas Geografi UMS GB saat ditemui voa-islam.com Ahad siang (14/10/2012) dis ekretariat pengangkatan air bawah tanah Gua Suruh desa Pucung.
KMPA Fakultas Geografi UMS GB adalah sebuah lembaga yang menaungi alumni-alumni Fakultas Geografi UMS yang bergerak dibidang penelitian dan pembuatan sumur bawah tanah didalam gua. Sampai saat ini, pengurus KMPA Fakultas Geografi UMS GB berjumlah 20 orang yang merupakan alumni pada tahun 2004 – 2005.
Dengan pengalaman segudang yang dimiliki oleh tim KMPA Fakultas Geografi UMS GB itulah yang kemudian membuat DDII Jateng mengajaknya untuk kerjasama dalam program sosial tersebut. Selain itu, pertimbangan lain dari dipilihnya KMPA Fakultas Geografi UMS GB sebagai partner DDII Jateng dalam usaha mulianya ini karena Arif dan teman-temannya yang lain sudah sangat mengenal betul Gua Suruh tersebut.
Menurut DDII Jateng, dana yang dibutuhkan untuk pembuatan bendungan air ini sebesar Rp. 73.633.000,. Sedangkan rinciannya yaitu, untuk pembuatan bendungan air didalam gua dengan ukuran dalamnya 70 meter (20 meter pondasi dan 50 meter isi bendungan), lebar 1 meter dan lebarnya 5 meter, membutuhkan dana sebesar Rp. 32.450.000,-.
Kemudian untuk peralatan vertical dan safety untuk masuk kedalam gua suruh yang dalamnya 200 meter (50 meter menurun atau vertikal kedalam gua, dan perjalanan menuju lokasi pembuatan bendungan air sepanjang 150 meter secara horizontal) sebesar Rp. 34.525.000,-, personal safety sebesar Rp. 3.180.000,- dan penerangan didalam gua sebesar Rp. 3.478.000,-. Jadi total keseluruhan dana yang dibutuhkan untuk pengerjaan program yang diberi nama DDII Jateng “Sumur Untuk Sedulur” ini sebesar Rp. 73.633.000,-
Sedangkan menurut Ustadz Aris, dari 73.633.000 dana yang dibutuhkan untuk membuat bendungan air bawah tanah tersebut, DDII Jateng telah berhasil menghimpun dana sebesar 32 juta-an untuk tahap pertama yakni pembuatan bendungan air didalam Gua Suruh.
Jadi, dalam program pembuatan “Sumur Untuk Sedulur”, ada 4 tahap yang harus dilalui oleh DDII Jateng dan KMPA Fakultas Geografi UMS GB. Pertama melakukan survei menganai kondisi tanah, bebatuan dan air yang ada di Gua Suruh, tahap kedua pembuatan bendungan air yang harus dikerjakan didalam gua sedalam 200 meter itu, tahap ketiga pengangkatan air keatas gua suruh yang menggunakan pompa air yang khusus, dan yang keempat yaitu pendistribusian kepada masyarakat.
Bagi kaum muslimin yang berkeinginan membantu program pembuatan “Sumur Untuk Sedulur” DDII Jateng yang bekerjasama dengan KMPA Fakultas Geografi UMS GB, bisa menyalurkannya melalui LAZIS DEWAN DA’WAH JAWA TENGAH Jl. Pabelan Baru I, No. 77 Pabelan Kartasura Solo Jawa Tengah 57162 dengan menghubungi Habib Ismail, SE. Manager IDC & LAZIS DDII Jawa Tengah dengan nomor 081 329 333 094 / 087 734 893 978. [Bekti/VOA]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!