Rabu, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 14 Maret 2012 00:00 wib
13.453 views
Bentrok Antar Desa Kristen Di Saparua Gunakan Senjata Api dan Bom
SAPARUA (voa-islam.com) - Bentrok antara desa Kristen di Pulau Saparua yaitu desa Porto dan desa Haria kembali pecah. Bentrokan itu sendiri dilatar belakangi kasus lama yakni persengketaan kepemilikan sumber mata air (istilah di Saparua: air raja). Masing-masing dari dua desa tersebut mengklaim atas kepemilikan sumber mata air yang terletak di perbatasan.
Bentrokan terakhir antara desa Porto dan Haria terjadi sejak awal September 2011 lalu dan saat ini masih bersitegang. Akibat bentrokan ini sebenarnya begitu merugikan, banyak korban jiwa melayang, kehilangan harta benda dan rumah-rumah pun hancur.
Bentrokkan terakhir terjadi pada Rabu 7 Februari 2012 lalu diawali dengan adanya penembakan terhadap seorang warga Porto. Penembakan terjadi ketika sebuah angkutan kota jurusan Saparua-Porto yang dikawal oleh Polisi dan dikemudikan oleh Andre Latuhamallo (30 tahun) melintas di depan RSUD Saparua tiba-tiba ditembaki oleh orang tak dikenal.
Akibat penembakan ini seorang warga Porto Ny Latuhamallo (39 tahun) tertembak pada bagian tulang belakang sebelah kanan. Korban saat itu masih dirawat di RSUD Saparua. Dampak penembakan terhadap angkutan kota jurusan Porto-Saparua tersebut terjadi baku tembak dan juga disusul dengan beberapa kali ledakan bom.
Salah seorang perwira polisi yang tak mau disebutkan namanya saat bertugas di Saparua mengatakan kepada voa-islam.com bahwa bentrokkan antara desa Porto dan desa Haria yang kerap terjadi akhir-akhir ini menggunakan senjata api dan bom.
Masih menurut keterangan polisi tersebut bahwa senjata yang banyak digunakan oleh warga di dua kampung Kristen itu adalah jenis Getmi buatan Australia. Sangat mengherankan, pihak keamanan sendiri sampai saat ini masih mempertanyakan dari mana datangnya senjata api, amunisi dan bom yang begitu banyak.
Selain itu ketika terjadi perang antar kampung pecah terdengar ratusan kali bunyi tembakkan, namun di tempat kejadian aparat keamanan hanya menemukan tiga selongsong peluru saja. Diduga kuat sudah ada pembagian tugas dari para perusuh, yaitu sebagian melakukan penembakan dan sebagian yang lain membersihkan selongsong peluru untuk menghilangkan jejak.
Kondisi terakhir di Saparua sendiri masih belum sepenuhnya kondusif. Kita berharap mengingat jumlah warga muslim di Saparua minoritas, mudah-mudahan pertikaian antar desa Kristen ini tidak mengancam keselamatan saudara muslim kita di desa Kulur dan desa Sirisori yang letaknya tidak jauh dari desa Porto dan desa Haria. [AF]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!