Jum'at, 9 Rajab 1446 H / 6 Mei 2011 15:41 wib
9.809 views
Puisi Ketegaran Aji Ahmad Faisal, Mujahid Ciketing Selama di Penjara
BEKASI (voa-islam.com) – Orang kedua setelah KH Murhali Barda yang namanya melambung menjadi objek percaturan dalam kasus insiden Ciketing adalah Aji Ahmad Faisal. Pemuda yang berdomisili di Rawa Lumbu Bekasi ini ditangkap polisi di Jakarta, Kamis sore (7/10/2010) karena melakukan penusukan tak sengaja terhadap sekretaris Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Hasian Lumbantoruan Sihombing.
Pria kelahiran Pemalang Jawa Tengah 28 tahun silam ini bukanlah seorang ustadz atau aktivis ormas Islam lainnya. Aji, demikian ia biasa disapa, adalah seorang penyair jalanan yang biasa mengamen puisi di atas bus kota di Jakarta. Bersama komunitas PIJAR (Pinggir Jalan Raya), Aji yang menjabat sebagai Kepala Bidang Kesenian, biasa membagikan pemikiran dan spirit keislamannya dengan membaca puisi di bus kota.
Tak ada kesedihan di wajah Aji, meski tujuh bulan ia menghuni jeruji besi. Kepada voa-islam.com, Aji mengungkapkan kebahagiaannya selama hidup di penjara, karena di sinilah Aji menemukan makna hidup dan hakikat Islam, dipandu oleh Ustadz KH Murhali Barda, mantan Ketua FPI Bekasi Raya yang senasib dengannya.
“Jadi ane anggap di penjara lagi nyantren, lagi uzlah,” tuturnya dengan bangga kepada voa-islam.com. Selain ibadah, zikir dan baca Al-Qur’an, Aji mengusir kejenuhan dan kebosanan dengan menulis beberapa puisi. Inilah dua buah puisi gubahan Aji selama di penjara:
AZZAM KAMI
Di balik jeruji besi kami bersaksi,
Bahwa perjuangan tak kan berhenti,
Dibalik tembok yang berdiri kokoh,
Barisan kami takkan pernah roboh,
Kami perangi kaum kuffar
Teriakan takbir,
Allahu akbar! Allahu akbar!
Wahai kaum kuffar...
Sejengkal pun langkah kami takkan mundur,
Tak sedetik pun semangat kami takkan pudar,
Demi tegaknya Syariat Islam.
(Bulak Kapal Bekasi, Mei 2011)
TAK PERLU
Tak perlu menangis
Hanya karena dituduh ekstrimis
Tak perlu berduka
Hanya karena dipenjara.
Tak perlu resah
Karena ini adalah uzlah
Tak perlu menangis
Tak perlu berduka
Karena suatu perkara
Menangis dan berdukalah karena dosa.
Bulak Kapal, Desember 2010
Yang sedang beruzlah,
Aji Ahmad Faisal
[taz]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!