Ahad, 2 Jumadil Akhir 1446 H / 27 Desember 2020 14:51 wib
5.833 views
Agenda RATU Berkah dengan Khilafah Raih 26.000 viewers
Oleh: Raras Wati
Di penghujung tahun 2020, Muslimah Indonesia mengadakan agenda rutin Risalah Akhir Tahun yang disebut RATU. Acara diselenggarakan pada tanggal 26 Desember 2020 pukul 09.00 WIB secara daring melalui zoom dan siaran youtube ini berhasil meraih 26.000 viewers hingga acara selesai.
Kali ini panitia mengusung tema Berkah Dengan Khilafah yang dipandu Hj. Firda Muthmainnah, S.Si, sebagai MC dan Bu Nanik Wijayanti, S.P. selaku host. Dengan menggandeng tiga narasumber yang berkompeten di bidangnya, acara berlangsung dengan penuh makna. Ketiga narasumber tersebut adalah Ibu Hj. Ir. Dedeh Wahidah Achmad (Konsultan dan Trainer Keluarga Sakinah), Ibu Pratma Julia, S.P. (Pengamat Kebijakan Publik), dan Ibu Erma Rahmayanti, S.P. (Pemerhati Kebijakan Keluarga dan Generasi).
Acara dibagi dua sesi talkshow dengan sesi pertama membongkar bagaimana demokrasi telah menunjukkan kebobrokannya sebagai sebuah sistem. Sedangkan sesi kedua menyampaikan gambaran khilafah sebagai alternatif solusi yang dari Allah.
Sebelum talkshow pertama, host menampilkan tayangan video bertema “Demokrasi Mati” yang menunjukkan rapuhnya sistem demokrasi. Video ini semakin memahamkan umat akan kelemahan dan keburukan demokrasi.
Menyambung dengan tayangan tersebut, host memberikan pertanyaan kepada narasumber pertama, Ibu Dedeh Wahidah mengenai demokrasi. Dalam sudut pandang beliau, demokrasi sudah tidak dapat diselamatkan karena dua faktor.
Pertama, demokrasi berasal dari manusia yang memiliki akal terbatas, bukan dari Allah yang Maha Kuasa.
Kedua, demokrasi berselingkuh dengan kapitalis karena membutuhkan biaya besar untuk mencapai jabatan dan kedudukan sebagai pemimpin. Dapat dikatakan jika demokrasi sukses membagi-bagi kekuasaan tapi gagal dalam mendistribusikan kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat. Menurut beliau, sebagai seorang muslim seharusnya hanya mengikuti aturan dari Allah yang ada pada Al-qur’an dan As-sunnah.
Dengan tegas dan lugas, Ibu Pratma Julia sebagai pemateri kedua menyampaikan bahwa tidak memungkinkan demokrasi berkolaborasi dengan syariat. Hal ini disebabkan demokrasi berasal dari akal manusia yang terbatas dan terdapat banyak celah kesalahan. Sementara, aturan islam berasal dari Allah yang Maha Benar. Ini berarti akan mencampur perkara yang haq dan bathil sehingga tidak akan pernah bisa menghasilkan kebaikan.
Selanjutnya, Ibu Erma Rahmayanti sebagai narasumber berikutnya, mendapat pertanyaan dari host terkait jaminan khilafah. Beliau menjelaskan bahwa Allah memberikan jaminan dalam penerapan khilafah.
Pertama, kedaulatan berada di tangan hukum syara’, sehingga posisi konstitusi tidak dapat mengalahkan aturan Allah.
kedua, pemimpin yang ditunjuk dalam kepemimpinan khilafah harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria tersebut adalah kuat ilmu dan bertakwa sehingga akan selalu menghadirkan Allah dalam setiap pengambilan keputusan.
Ketiga, efisiensi birokrasi. Dengan birokrasi yang baik, permasalahan akan segera ditangani karena tidak ada ketimpangan regulasi.
Keempat, kesatuan komando dibawah khalifah. Dimana khalifah juga tidak akan memberi perintah diluar syariat islam.
Usai talkshow sesi pertama, host memberikan kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan melalui chat di zoom maupun di channel youtobe. Host menyampaikan tiga pertanyaan dari peserta dan langsung dijawab oleh narasumber.
Acara dilanjutkan dengan menampilkan testimoni dari dua tokoh yaitu Hj. Irene Handono selaku pakar kristologi dan Hj. Komariah selaku pembina majlis ta’lim. Hj. Irene Handono menyampaikan bahwa dalam demokrasi terdapat arogansi untuk menggeser aturan Allah dan menggantinya dengan aturan manusia. Beliau menganggap kesombongan jika mengatakan tidak ada sistem yang lebih baik dari demokrasi. Menurut beliau, diamnya orang baik akan membawa kerusakan pada umat dan negara. Maka, beliau mengajak untuk kembali pada aturan Allah yang membawa kemaslahatan.
Dari talkshow di sesi pertama tersebut, dapat disimpulkan bahwa demokrasi telah gagal mewujudkan tujuan bernegara.
Acara dilanjutkan dengan talkshow sesi 2 dengan host menyakan langkah menuju terwujudnya khilafah. Kali ini Ibu Dedeh Wahidah menjawab bahwa harus ada tiga komponen dasar yaitu, pertama pemahaman benar terkait penegakkan khilafah. Kedua, keyakinan kokoh agar tidak mudah disesatkan pada pemahaman yang salah. Ketiga, Aksi nyata untuk mewujudkan khilafah. Metode yang digunakan dalam sebuah aksi nyata hendaknya sesuai dengan ajaran Rasulullah, yaitu dakwah pemikiran. Adapun secara rinci beliau mengatakan aksi tersebut harus diiringi dengan mengkaji shirah dan tentang khilafah.
Ibu Pratma Julia mendapatkan kesempatan ke dua pada sesi ini. Beliau menyampaikan bahwa untuk menyatukan kesadaran umat harus ada sekelompok orang yang terkoordinir dengan kegiatan amar ma’ruf nahi mungkar dan beraktivitas politik sebagaimana dicontohkan Rasulullah. Menurut beliau untuk memaksimalkan upaya dakwah, maka semua komponen perlu terlibat dengan memanfaatkan potensi yang ada.
Berikutnya, Ibu Erma Rahmayanti memberikan tanggapan bahwa perlu berhati-hati dalam menyikapi suatu realita yang ada. Umat harus menggunakan parameter islam dan tidak boleh menyerah. Bahkan beliau juga mengatakan, bahwa seorang muslimah juga bisa mengambil peran dalam dakwah tanpa terkecuali.
Memasuki sesi tanya jawab kedua, host menyampaikan pertanyaan pertama dari peserta terkait langkah penegakkan khilafah secara praktis. Pertanyaan tersebut dijawab dengan jelas oleh Ibu Dedeh Wahidah. Beliau menyampaikan bahwa penegakkan khilafah bisa dimulai dengan memperbanyak bacaan, mendengar dan menganalisis kondisi yang ada, serta meningkatkan kadar mengkaji islam kaffah, dan meniatkan semua karena Allah.
Kemudian pertanyaan kedua mengenai perbedaan golongan di tengah penegakkan khilafah dijawab oleh Ibu Pratma Julia. Beliau menjawab bahwa permasalahan furu’ atau cabang tidak menjadi masalah, jika ada perbedaan asal ajaran dasar tetaplah sama.
Dilanjutkan pertanyaan ketiga tentang ketaatan pada ulil amri, dijawab secara oleh Ibu Erma Rahmayanti bahwa ulil amri yang ditaati adalah ulil amri yang taat pada Allah dan RasulNya.
Sebelum acara berakhir, kembali disampaikan testimoni oleh tokoh. Kali ini menghadirkan Dr. Ir. Pugoselpi Rokhman Dahuri, M. Si sebagai tokoh masyarakat yang memberikan testimoni secara jelas bahwa permasalahan bangsa yang carut-marut saat ini akibat umat yang meninggalkan ajaran Islam, sehingga penegakkan syariat menjadi suatu keharusan untuk menyudahi permasalahan saat ini.
Acara diakhiri dengan menampilkan video MMC, pembacaan beberapa testimoni peserta oleh host, dilanjutkan do’a oleh Ustadzah Murti’ah dan kata mutiara dari Host “Tidak ada artinya kehidupan yang kita jalani kecuali amal sholih yang mengantar ke surga.” (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!