Senin, 28 Jumadil Akhir 1446 H / 22 Juli 2024 22:07 wib
28.119 views
Benarkah PMT/Pemberian Makanan Tambahan Solusi Zero Stunting?
Oleh: Umi Hanifah
Kasus stunting di Jember masih tinggi. Pemkab Jember membuat program PMT/Pemberian Makanan Tambahan buat ibu hamil, ibu menyusui, dan balita stunting.
Menjadi sebuah pertanyaan, benarkah Pemberian Makanan Tambahan bisa mengatasi zero stunting? Mengingat bahwa kasus stunting tidak berdiri sendiri namun ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya.
Pertama, kemiskinan membuat masyarakat tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok pangan dengan standar gizi yang mencukupi. Mereka hanya bisa beli beras, itupun sudah berat karena harganya yang melonjak.
Kedua, minimnya pemahaman terkait gizi karena masyarakat lebih peduli untuk bisa makan kenyang entah bergizi atau tidak. Sulitnya mendapatkan makanan pokok, bisa juga menjadi sebab tidak pernah berpikir tentang gizi.
Ketiga, sempitnya lapangan pekerjaan membuat pendapatan keluarga tak menentu. Ini berakibat masyarakat abai dengan gizi, alih-alih pemenuhan gizi bisa makan saja sudah bersyukur meski dengan lauk pauk seadanya.
Keempat, abainya peran negara. Dalam sistem Demokrasi Kapitalisme, masalah pangan menjadi problem yang pelik. Rakyat sulit mendapatkan kebutuhan pokok lantaran harganya yang mahal. Mahalnya bahan pokok karena komoditas tersebut dikuasai para kapital. Contoh, padi di tingkat petani harganya murah namun harga beras sangat mahal.
Mahalnya pangan karena mulai dari hulu yaitu produksi bibit padi, pupuk, obat-obatan, alat pertanian dan lainnya semua dikuasai swasta atau perusahaan besar. Di tingkat hilir yaitu, pengepakkan dan pemasaran juga dikendalikan para pemilik modal. Ini semua karena negara lepas tangan untuk mengurusinya, dan menyerahkan pada perusahaan atas nama swastanisasi. Tak ayal perusahaan akan mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Tentu saja kasus stunting terus menghantui karena kesalahan berawal dari salah kelola pengurusan kebutuhan rakyat.
Islam solusi Stunting
Islam mewajibkan pemimpin/negara memenuhi keperluan dasar rakyat seperti, sandang, pangan, papan dengan layak, murah, bahkan gratis dengan kualitas terbaik. Karena sejatinya pemimpin adalah pengurus keperluan rakyatnya.
Rasulullah SAW bersabda, "Imam [kepala negara] itu laksana penggembala, dan dialah penanggung jawab rakyat yang digembalakannya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Pemimpin dalam lslam dipilih orang yang bertaqwa karena amanahnya besar dan berat pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT.
“Tidaklah mati seorang hamba yang Allah minta untuk mengurus rakyat, sedangkan dia dalam keadaan menipu (mengkhianati) rakyatnya, kecuali Allah mengharamkan surga bagi dirinya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Meski menjabat hanya 3 tahun namun sejarah mencatat tidak ada rakyatnya yang berhak menerima zakat. Ini menunjukkan pemimpin yang memperhatikan kesejahteraan rakyatnya individu perindividu. Ia tidak mempedulikan tubuhnya yang letih dan kurus karena Umar tahu betapa berat perhitungannya di akhirat ketika mengabaikan amanahnya.
Sumber pendapatan negara untuk mengurusi keperluan rakyat bisa berasal dari sumber daya alam baik minyak, gas, emas, batu bara, besi, hutan dengan semua potensinya, serta laut beserta kekayaan yang ada di dalamnya. Semuanya itu hanya boleh di kelola oleh negara dan tentu saja negara akan sanggup memenuhi kebutuhan rakyatnya tanpa harus mengandeng swasta.
Jelas, solusi zero stunting ketika lslam diterapkan dalam semua lini kehidupan, sebaliknya kasus stunting akan tetap ada selama sistem yang di terapkan adalah Demokrasi Kapitalisme. Allahu A’lam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!