Kamis, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 21 Oktober 2021 14:14 wib
4.868 views
Mulianya Nabi Hinanya Kita
Oleh: KH. Athian Ali, M. Da'i
Ketika di hari raya Rasululloh SAW keluar untuk menunaikan shalat 'ied, beliau melihat beberapa anak sedang girang bermain , kecuali seorang anak yang nampak sedang merenung dan menangis.
Lalu Nabi SAW bertanya kepadanya: “Apa yang membuatmu menangis?” anak tersebut (yang saat itu belum tahu jika yang bertanya adalah Nabi Muhammad SAW) menjawab: “Biarkanlah saya dengan nasib saya wahai Tuan, Ayahku gugur dalam peperangan bersama Rasulullah, dan ibuku menikah lagi dengan pria lain yang kemudian mengambil rumahku dan memakan hartaku, sampai jadilah aku seperti yang tuan lihat sekarang ini.. telanjang, kelaparan, merintih dan lunglai.
Ketika di hari Raya ini aku melihat anak-anak lain begitu riang gembira bermain, perasaanku bertambah sedih maka aku pun menangis”.
Mendengar itu Nabi SAW bertanya kepadanya: “Maukah kamu kalau aku menjadi ayahmu? Aisyah menjadi ibumu? Fatimah menjadi kakakmu? Ali sebagai pamanmu? Hasan dan Husein sebagai saudaramu? ”Dengan sangat gembiranya anak itu menjawab: “Bagaimana mungkin saya menolak wahai Rasululloh?” lalu Nabi SAW membawa anak tersebut kerumah, memberinya makan dan memakaikannya baju baru.
Setelah itu anak tersebut kemudian keluar dan bermain bersama anak-anak yang lain. Mereka lalu bertanya kepadanya: “Tadi kami melihat engkau termenung dan menangis, lalu apa yang membuatmu kini bahagia?” anak tersebut menjawab: “Tadi aku lapar, kini aku kenyang. Sebelumnya aku telanjang, kini aku berbaju. Tadi aku tidak punya ayah namun sekarang Rasululloh menjadi ayahku, Aisyah menjadi ibuku, Fatimah menjadi kakakku, Ali menjadi pamanku, Hasan dan Husein menjadi saudaraku” Serentak anak-anak itu berkata: “Aduhai.. andaikata saja ayah-ayah kami gugur dalam peperangan bersama Rasululloh...” (Diriwayatkan oleh beberapa hadist dengan redaksi berbeda diantaranya HR.Bukhori dalam al-Tarikh al-Kabir (I/395).
Menyimak kisah ini dan menelusuri kepribadian Rasululloh yang agung dan mulia (Q.S Al Qolam : 4) semakin terasa luar biasa mulianya Nabi dan hinanya hamba ini . Padahal kita selaku ummatnya diperintahkan Alloh SWT untuk menjadikan Rasululloh SAW sebagai suri teladan (Q.S. Al Ahzaab: 21).
Rasanya semakin kecut hati, bahkan nyaris hilang harapan akan dapat menikmati syurga bersama Rasululloh, jika saja tidak membaca hadist dari Anas bin Malik.r.a., dimana beliau meriwayatkan, bahwasanya suatu ketika seorang A'raabi (pria Arab pegunungan) bertanya kepada Rasululloh SAW: "Kapankah hari kiamat itu?"
Rasululloh SAW pun balik bertanya: "Apa yang telah engkau persiapkan untuk hari itu?" Pria itu menjawab : " Tidak ada, kecuali cinta saya kepada Alloh SWT dan Rasululloh SAW." Mendengar pernyataan pria itu , Rasul pun lalu bersabda: Engkau (di akhirat nanti ) akan bersama dengan yang engkau cintai."
Mendengar dialog tersebut Anas,r.a, pun berkata : “Kami tidak pernah merasakan kebahagiaan seperti bahagianya kami ketika mendengar sabda Rasululloh SAW, " Engkau akan bersama dengan orang yang kamu cintai "
Setelah itu Anas r.a.pun berkata : “ Aku mencintai Nabi SAW, Abu Bakar, dan Umar, dan aku berharap akan bersama mereka disebabkan kecintaanku pada mereka, walaupun amalku tidak seperti amalan mereka.” ( HR. Bukhori, Muslim, Timidzi )
Janji Alloh SWT lewat Rasul-Nya ini rasanya lebih dari cukup untuk menumbuhkan harapan untuk kita bisa menikmati syurga bersama para Nabi, shiddiqiin, syuhada dan sholihiin ( Q.S. An Nisaa 69 ) jika saja kita mampu mencintai mereka dengan berjuang seperti mereka.
Di antaranya dengan berupaya seoptimal mungkin memanfaatkan semua potensi yang Alloh SWT berikan untuk senantiasa hidup dijalan yang diridhoi Alloh SWT, kendati kita belum, bahkan mungkin tidak akan pernah mampu , beramal dan berjuang seperti mereka, sebab kita sangat yakin dengan janji Alloh SWT lewat RasulNya : Engkau di akhirat nanti akan bersama yang engkau cintai.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!