Rabu, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 28 Juli 2021 21:36 wib
3.906 views
Optimis Takwa dan Dakwah di Tengah Wabah
Oleh:
Ernadaa Rasyidah || Pemerhati Generasi
SUDAH setahun lebih wabah Covid-19 melanda negeri. Menjalani aktivitas kehidupan di tengah wabah tentu tidak mudah, banyak kondisi yang mengharuskan kita segera beradaptasi. Beragam aktivitas daring meniscayakan kita harus melek teknologi. Jika dalam kondisi normal sebelum wabah kita bisa dengan mudah saling sapa dan bertatap muka, menjalin nikmatnya ukhuwah secara langsung. Namun di tengah wabah hari ini, bertemu justru bisa jadi awal musibah.
Sebagai seorang muslim, meningkatkan ketakwaan, berbuat kebajikan kapan dan dan dalam kondisi apapun harus tetap dijalankan sebagaimana sabda Rasulullah:
اِتَّقِ اللّٰهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
Bertakwalah kepada Allah dimana dan kapan saja kalian berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan yang akan menghapusnya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik. (HR Ahmad).
Takwa adalah melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah. Implementasi takwa adalah terikat dengan syari'ah. Tentu pengetahuan akan hukum-hukum syari'ah dari semua yang kita jalani adalah syarat mutlak. Tanpa itu takwa tidak akan terealisasi. Karena itu, pertanyaan berikut harus dijawab sebelum melakukan apapun, boleh atau tidak, halal atau haram, Allah ridha atau tidak.
Salah satu aktvitas yang merupakan perintah Allah adalah dakwah, menyeru manusia ke jalan Allah dengan hikmah sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk."(TQS. An-Nahl 16:125).
Realisasi dakwah harus terwujud dalam aktivitas amar ma'ruf nahy munkar. Meski tidak bisa keluar rumah karena harus stay at home, bukan berarti kewajiban dakwah otomatis terhenti atau jeda hingga kondisi normal kembali.
Justru semangat dakwah terus harus digelorakan, terlebih di era digital saat ini. Berbagai aplikasi bisa dimanfaatkan sebagai sarana dalam menyampaikan dakwah. Menjalankan aktivitas dakwah adalah amalan mulia, bekal kita menjemput kematian dalam keadaan husnul khatimah. Terlebih dalam kondisi hari ini, kematian sealah bgtu dekat maka taat harus menjadi pegangan dalam kehidupan.
Kita semua tentu menginginkan wabah segera berakhir, namun sebagai hamba kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Wabah hari ini adalah ujian dan ketetapan Allah yang wajib kita terima sebagai qadha Allah yang terbaik.
Adapun hikmah wabah memungkinkan kita memiliki lebih banyak waktu berkumpul dengan keluarga, merekatkan kebersamaan dan waktu yang tepat untuk aktivitas amar ma'ruf nahy munkar di tengah keluarga. Demikian pula di tengah pandemi saat ini aktivitas online dan akses internet semakin meningkat, sehingga menjadi peluang besar bagi pengemban dakwah menyebarkan ide Islam melalui jejaring sosial media, menjadikan setiap ketikan jari dilayar gadget mendulang pahala jariah.
Kaum muslim adalah umat terbaik, Allah SWT berfirman:
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." (QS. Ali 'Imran:110).
Gelar khoiru ummah disematkan Allah dalam Al-Qur'an tersebab aktivtas dakwah amar ma'ruf nahy munkar dihidupkan. Aktivitas mulia inilah yang meniscayakan adanya perubahan baik skala individu, masyarakat hingga negara. Tersebab dakwah, kehidupan jahiliyah berganti kehidupan mulia dengan sinar Islam. Dan karena dakwah pula, Islam tersebar diseluruh penjuru dunia hingga nikmat Islam bisa kita rasakan hingga saat ini.
Kondisi wabah saat ini, seharusnya menjadikan kita mengambil hikmah, menyikapi musibah dengan cara pandang Islam. Melalui wabah Covid-19 ini mengingatkan akan lemahnya kita sebagai makhluk. Hanya dengan makhluk Allah yang super mini dan kasat mata saja bisa memporak porandakan dunia. Dengan begitu, tumbuh kesadaran akan kebutuhan kita pada Allah setiap waktu, terikat secara totalitas pada syariah Allah, sebagai wujud taqwa.
Kita juga harus memiliki harapan kuat dan menjauhkan diri dari sikap putus asa dari rahmat Allah dalam kondisi apapun, sembari meyakini Allah tidak pernah memberikan ujian pada hamba-Nya melebihi batas kesanggupannya.
Dari Shuhaib, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999).
Imam Al-Munawi berkata dalam Faidhul Qadir, “Keadaan seorang mukmin semuanya itu baik". Hanya didapati hal ini pada seorang mukmin. Keajaibannya adalah ketika ia diberi kesenangan berupa sehat, keselamatan, harta dan kedudukan, maka ia bersyukur pada Allah atas karunia tersebut. Ia akan dicatat termasuk orang yang bersyukur. Ketika ia ditimpa musibah, mendapatkan ujian, menghadapi wabah ia bersabar. Ia akan dicatat termasuk orang yang bersabar dalam ketatan.
Sebagai seorang mukmin, wajib menyikapi setiap kondisi dengan optimisme, mengambil hikmah disetiap kejadian dan menjadikan dirinya tetap produktif di tengah wabah. Memiliki kemapuan menjadikan setiap tantangan menjadi sebuah peluang.
Karena itu, tidak cukup seorang muslim menjadi penonton. Tetapi, harus menjadi aktor pemain dalam mengemban aktivitas mulia bernama dakwah. Kondisi pandemi di era digital saat ini bukanlah halangan untuk tetap produktif melakukan aktivitas dakwah, kita tetap mampu menjadi pelopor perubahan, mengukir peradaban dunia dengan sinar Islam meski tidak bertemu satu sama lain.
Kehadirannya menjadi tumpuan umat, mengeluarkan umat dari kerusakan sistem hidup sekuler kapitalis, menuju sistem Islam yang sesuai fitrah manusia. Istiqomah menyambut seruan Allah, merealisasikan janji-Nya, menebarkan Islam sebagai rahmatan lil 'alamiin. Wallahu'alam bi shawwab.*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!