Kamis, 24 Jumadil Awwal 1446 H / 13 Mei 2021 10:19 wib
4.850 views
Euforia Ramadhan vs Lebaran
Oleh:
Eriga Agustiningsasi, SKM || Penyuluh Kesehatan; Freelance Writer
TAKBIR menggema, menghiasi setiap aktivitas manusia. Setelah sebulan lamanya berpuasa, kaum muslimin kini merayakan hari kemenangannya. Kemenangan melawan hawa nafsu. bahkan kemenangan menahan apa apa yang sebenarnya boleh dilakukan seperti makan dan minum, namun dilarang ketika siang hari saat berpuasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari.
Bisa dibayangkan bagaimana hal yang halal saja bisa ditahan apalagi yang haram? Namun menjadi pertanyaan adalah apakah hal ini hanya berlaku ketika di Bulan Ramadhan? Atau sampai lebaran? Atau justru mampu dilakukan setiap bulan di sepanjang tahun?
Jika diperhatikan bagaimana ajaibnya Ramadhan yang mampu membuat manusia berubah 180 derajat, yang sebelumnya tidak punya target baca Al Qur’an, sering melewatkan sepertiga malam hingga jarang bersedekah, kini di Bulan kaum muslimin berlomba lomba membaca Al Qur’an, menghidupkan malam malamnya dengan dzikir dan sholat, hingga berlomba lomba memebrikan sedekah terbaik selama Ramadhan.
MasyaAllah. Ajaibnya Ramadhan, bulan mulia, bulan penuh ampunan. Predikat takwa satu satunya yang ingin dicapai di bulan Ramadhan ini. Seperti firman Allah dalam Surah Al Baqarah ayat 183, Allah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Jadi wajar jika Ramadhan ajaib merubah seseorang 180 derajat. Menjadi lebih bertakwa. Lebih berhati hati menjaga lisannya, dan lebih giat dalam ibadahnya. Namun apakah ini hanya bertahan di Bulan Ramadhan? Atau sekedar euforia Ramadhan?
Selain Ramadhan, momen Lebaran pun menadi sorotan. Pasalnya lebaran (Hari Raya Idul Fitri) ini dianggap sebagai hari kemenangan, dimana kaum muslimin merayakan kemenangannya selama bulan Ramadhan. Persiapan demi persiapan pun dilakukan. Mulai dari bersih bersih rumah, pilih pilih baju lebaran demi menyuguhkan penampilan terbaik di hari yang baik hingga menyuguhkan berbagai macam hidangan baik makanan berat maupun ringan. Suka cita lebaran menghiasi kehidupan muslim.
Lalu setelah itu? Bagaimana dengan target baca Al Quran yang sempat tersusun rapi di bulan Ramadhan? Bagaimana lisan lisan yang terjaga saat berpuasa, bagaimana malam malam yang dihidupkan dengan sholat dan dzikir? Apakah akan berlalu begitu saja. Layaknya sebuah euforia, Ramadhan dan Lebaran.
Tentu fakta tersebut tidak terlepas dari system yang diterapkan saat ini. Kapitalisme dengan asasnya, pemisahan agama dari kehidupan. Menjadikan agama hanya mengatur perkara hubungan manusia dengan Allah saja dalam hal ibadah ritual, namun memakai aturan manusia jika terkait dengan pengaturan kehidupan. Meletakkan ketakwaan hanya di Bulan Ramadhan dan saat Lebaran? Apakah benar ini yang Allah inginkan? Coba pikirkan.
Allah berfirman dalam Surah Al Baqarah ayat 208, “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”
Maka, sejatinya ketakwaan itu bukan euforia yang hanya berlangsung sesaat, kemudian tiba tiba menghilang. Melainkan ketaan sejati yang berlaku setiap bulan sepanjang zaman. Allah berfirman,
“Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan” (QS. Al Anfaal: 24).
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!