Jum'at, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 30 April 2021 09:47 wib
4.730 views
Palestina, Israel dan Hegemoni Barat
Oleh: Maftucha S. Pd
Israel kembali mengusik kekhusyukan pelaksanaan ibadah puasa warga Palestina dengan melarang berbuka puasa di masjid alAqsa dan melarang menggunakan pengeras suara saat tarawih. Tidak hanya itu Media Palestina melaporkan pada Jumat pagi bahwa tentara Israel melancarkan serangan artileri dan udara di Jalur Gaza (konfirmasitimes.com-jakarta)
Rezim Israel bertindak dengan dalih yang diklaim para pejabatnya bahwa sebuah roket telah ditembakkan dari Jalur Gaza dekat permukiman Zionis di sekitar jalur tersebut. Hal ini menyebabkan seorang pemuda ditangkap dan dibunuh oleh seorang pemukim Zionis di timur Nablus, dekat Yerikho.
Bicara terkait Israel yang merebut tanah palestina memang penuh dengan konflik, darah dan perjuangan. Tentu Indonesia pun pernah merasakan bagaimana tanah air ini pernah dijajah oleh Belanda dan Jepang. Jalan satu-satunya ya sama yakni dengan mengusir penjajah dari tanah yang bukan miliknya.
Namun konflik Israel dan Palestina tentu lebih berbeda dari hanya sekedar memberikan kemerdekaan. Mengusir Israel dari tanah Palestina seharusnya mudah, karena siapalah Israel, toh penduduknya tidak lebih banyak dari warga Palestina. Jika mau pun negara negara tetangga bisa ikut angkat senjata mengusir Israel dari tanah Palestina.
Namun ternyata tidak semudah itu, keberadaan Israel di tanah Palestina tentu tidak bisa dilepaskan dari induk semang yang selama ini melindunginya. Sama halnya dengan keberadaan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kenapa Indonesia begitu rumit dan sulit untuk menumpasnya? Akhirnya kita harus berbicara behind the scene atas keberadaan mereka semua termasuk Israel.
Pencaplokan Israel atas tanah Palestina terjadi pasca Perang Dunia I. Kekhilafahan Turki Utsmani saat itu mengalami kekalahan, Inggris sebagai pemenang Perang Dunia I memberikan wilayah Palestina yang merupakan bagian dari wilayah Khilafah Turki Utsmani kepada bangsa Yahudi melalui Deklarasi Balfour (1917), Deklarasi Balfour yang menyatakan, “Pemerintah Yang Mulia mendukung pendirian rumah nasional untuk rakyat Yahudi di Palestina, dan akan melakukan upaya terbaik mereka untuk memfasilitasi pencapaian tujuan ini.” Dari peristiwa ini, bangsa Yahudi menganggap bahwa kawasan Palestina adalah tanah air mereka.
Israel Alat Hegemoni Amerika di Timur Tengah
Dari berbagai konflik antara Israel dan Palestina akhirnya Pada 1947, PBB dalam hal ini dikomandoi oleh Amerika memilih untuk membagi wilayah yang diperebutkan menjadi tiga bagian; satu untuk orang Yahudi, satu untuk orang Arab, dan rezim perwalian internasional di Yerusalem.
Sejak itu Amerika lah yang memberikan jalan bagi Israel untuk terus menguasai wilayah palestina dan membantai warga Palestina yang melakukan perjuangan atas hak haknya. Pada tahun 2000 AS juga menyelenggarakan KTT perdamaian namun gagal. Asisten Profesor Maha Nassar, dari Sekolah Studi Timur Tengah dan Afrika Utara di University of Arizona, berpendapat bahwa dukungan AS terhadap Israel telah menjadi salah satu alasan utama mengapa konflik ini sangat sulit untuk diselesaikan (matamatapolitik.com)
Amerika di sepanjang konflik Israel dan Palestina selalu memihak kepada Israel, mulai dari kebijakan yang menyerang seperti Josh W Bush dan Trump atau yang terlihat soft namun sejatinya sama saja seperti Obama dan Joe Biden.
Kepentingan Amerika di Timur Tengah
Amerika saat ini masih mengikrarkan dirinya sebagai negara nomor satu sekaligus menjadi polisi dunia, sebagai negara kapitalis Amerika memiliki kepentingan ekonomi atas Arab Saudi, 70% cadangan minyak dunia ada di Arab Saudi, sementara AS hanya memiliki 3% cadangan minyak Kepentingan AS di Timur Tengah dilakukan demi kelancaran suplai minyak Menjaga hak-hak eksplorasi Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah
AS memiliki kepentingan politik menyuarakan liberal kapitalis, dalam hal ini Israel menjadi alat bagi Amerika untuk terus menancapkan kakinya di Timur Tengah, untuk menghentikan para pejuang Islam yang dianggap AS membahayakan posisinya, seperti gerakan di Suriah dan Palestina.
Pangkalan militernya di kawasan Timur Tengah menekan gerakan-gerakan yang dianggap radikal untuk memelihara status quo atas saluran minyak dari Timur Tengah membendung kekuatan persatuan Timur Tengah dengan mendirikan basis-basis militer
Timur Tengah juga merupakan poros dari jalur dunia bagi kawasan Eropa, Asia, dan Afrika. Tentu ini menjadi jalur strategis yang harus dikuasai.
Maka berharap menyelesaikan masalah Palestina ke PBB sama saja dengan menjerumuskan diri ke jurang yang lebih dalam karena PBB yang dikomando oleh AS akan terus memihak kepada Israel
Berharap kepada Liga Arab juga omong kosong karena penguasa Arab seia sekata dengan tuannya yakni AS.
Jalan satu satunya untuk masalah Palestina dan wilayah wilayah yang dijajah AS adalah dengan menghadapkannya pada kekuatan politik yang sama, yakni pemerintahan Islam yang pernah menjadikan Palestina dan dua pertiga wilayah dunia merasakan kedamaian di bawah pemerintahannya, yakni mewujudkan Khilafah Islamiyah yang selama ini ditakuti oleh AS dan sekutunya. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!