Jum'at, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 21 Agutus 2020 21:50 wib
5.290 views
Film Jejak Khilafah di Nusantara: Diblokir karena Paranoid?
Oleh: Alga Biru
Apalah arti pro-kontra dibanding hikmah yang bisa kita petik sesudahnya? Bukankah banyak orang yang kejatuhan bintang setelah dicekal dan menjadi kontroversial? Ya, bukan main “serunya” nonton live streaming kali ini. Bukan live streaming acara olahraga loh ya. Namun nonton jarak jauh karena harus #DiRumahAja yang tema filmnya lain dari yang lain. Film dokumenter berjudul Jejak Khilafah di Nusantara diproduksi secara apik oleh tim Khilafah Chanel mendokumentasikan bagaimana jejak-jejak khilafah bertebar di titik-titik penting di Nusantara yang kita cintai ini.
Tanggal 21 Agustus 2020 bertepatan dengan 1 Muharram 1442 H, tayangan yang ditunggu-tunggu akhirnya tampil juga. Sempat tersendat di awal, acara dibuka oleh bincang-bincang tokoh yang menghadirkan para ustadz kawakan. Ustadz Rahmat Labib dengan karakter tegas dan kharismanya menjelaskan makna hijrah yang sebenarnya. Nama lain yang tidak absen yakni Ustadz Ismail Yusanto yang memberi pencerahan secara argumetatif bagaimana kedudukan sejarah dan seperti apa sebaiknya kita mendudukan fakta-fakta sejarah yang ditilik dari berbagai sisi.
Tampil pula selaku script writer, Septian AW, memaparkan kepentingan film ini diangkat ke tengah-tengah masyarakat lewat media yang sesuai zaman. Terakhir, Nicko Pandawa (selaku sutradara) turut melengkapi argumentasi senada tentang urgensitas film untuk ditonton segenap lapisan masyarakat, baik yang ada di Indonesia, bahkan tidak tertutup kemungkinan juga disaksikan oleh masyarakat dunia.
Keseruan menonton kian membuncah tatkala pemutaran video live streaming terhenti di tengah jalan yang konon mengalami blokir ini. Padahal kalau dipikir-pikir, penayangan video pun bersifat ilmiah dan bisa diuji keabsahannya. Respon ini tentu menarik dan semakin membuat pemirsa penasaran. Bagaimana mungkin tayangan sebagus ini dicekal dan dihentikan penyebarluasannya? Tidak cukup sekali, tetapi berkali-kali tautan kloningan pemutaran Jejak Khilafah di Nusantara diblokir oleh pemerintah.
Kenapa ada kesan parno alias takut dengan pemutaran film tersebut? Ustadz Labib (sapaan akrab beliau) menyanggah pertanyaan tersebut, “Tidak perlu ada yang ditakutkan dalam kekuasaan Islam yaitu Khilafah karena bukti yang menunjukkan itu adalah kebaikan, serta menyebarkan Islam ke Nusantara adalah hidayah.”
Kemudian beliau pun menambahkan bahwa upaya penerapan Islam oleh baginda Rasulullah SAW bersifat damai dan bukanlah paksaan pada pihak atau agama manapun. Islam dianut secara sukarela baik sebagai sistem hidup maupun agama.
“Oleh karena itu semestinya tidak ada yang perlu ditakutkan dengan Khilafah ini karena Khilafah itu sejatinya adalah menerapkan Islam secara Kaffah. Dan syariat Islam itu dari Allah SWT maka bagaimana mungkin ajaran dari Allah zalim pada manusia sendiri, yang ada hanya adalah kebaikan kebaikan dan kebaikan,” ungkapnya.
Terlepas berbagai respon yang datang setelah menonton film tersebut, paling tidak kita mengetahui bagaimana geliat masyarakat Indonesia menyambut ide khilafah di tengah-tengah mereka. Sebagian orang bertanya-tanya tentang Khilafah, ada juga yang meragukan bahkan tidak sedikit yang memperjuangkannya. Boleh jadi inilah penyaluran ghirah keislaman yang selama ini kerap tercederai di alam sekularisme seperti sekarang ini. Perjuangan umat islam masih terus berlanjut, hingga Allah Swt menetapkan takdirnya. Wallahu’alam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!