Rabu, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 10 Juni 2020 19:15 wib
4.654 views
Sekolah Dibuka Tahun Depan: Perbaiki Kurikulum Agar Akademi Tak Jadi Beban
GUBERNUR Jawa Barat, Ridwan Kamil memastikan sektor pendidikan belum akan pulih atau kembali ke sekolah dalam waktu dekat. Namun, menurutnya, wacana yang mengemuka bahwa, sekolah akan kembali dibuka Januari 2021 (Radar Bogor 04/06/20). Namun belum ada arahan atau kebijakan resmi dari Kemendikbud sendiri. Kordinasi belum dilakukan sehingga masih meraba-raba kebijakan pendidikan.
Sebelumnya dalam wacana new normal yang diputuskan pemerintah pusat agenda pembukaan sekolah ada dalam fase ketiga yakni mulai tanggal 15 Juni 2020. Namun hal ini dinilai mengabaikan bahkan mengorbankan ananda dalam serangan Corona. Mengingat jumlah anak yang terinfeksi Corona sangat tinggi apalagi dengan imunitas yang belum kuat seperti orang dewasa. Serta corona mengintai manula dan anak-anak. Kebimbangan guru dan orang tua sangat sulit untuk mengizinkan ananda beraktivitas diluar rumah.
Wacana pembukaan sekolah harus melalui kajian secara matang dan teruji, fakta dan opini harus dikaji demi keputusan tepat agar tak menjadikan anak bak kelinci percobaan. Hal ini jelas membuka kembali sekolah memiliki resiko tinggi dalam situasi Corona yang masih menggila. Penundaan pembukaan sekolah menjadi langkah tepat, namun butuh perbaikan dalam menjalankan kegiatan pembelajaran. Bukan sekadar belajar online dirumah dengan dilepas begitu saja, pada faktanya ananda menjadi stress bahkan jutrus keluyuran mencari angin segar karena bosan dengan kegiatan.
Memang sudah menjadi alami dengan keadaan ditengah pandemi, berdiam diri dan mengerjakan segalanya dirumah. Serta meninggalnya kegiatan dan tak berpergian keluar. Pasti bosan akan melanda mengingat ini bukan hal biasa yang kita lakukan, karena rutinitas sehari-hari yang beraktivitas bebas diluar rumah. Namun kebosanan ini harus kita lawan, karena pandemi lebih berbahaya mengancam nyawa.
Dari masalah itu artinya pendidikan harus dibenahi, mulai dari kurikulum, materi, penilaian, hingga teknis yang pembelajaran. Pada faktanya beban akademi berupa nilai masih jadi tuntutan, banyak guru dan sekolah telah memberikan soal Penilaian Akhir Semester ke rumah. Nilai masih menjadi produk dan indikator pendidikan walaupun pembelajaran dilakukan secara daring dengan fasilitas seadanya dirumah. Tak memungkiri banyak ananda yang tak paham dengan materi, bisa jadi fasilitas tak memadai hingga bimbingan orang tua tak sesuai ekspektasi Kemendikbud sendiri.
Apalagi dengan tahun ajaran baru, penerimaan siswa baru menjadi rutinitas untuk memulai pendidikan. PPDB via online menjadi solusinya, namun sayang masih banyak jutaan pelajar yang tak bisa mengakses informasi mengenai penerimaan siswa atau mahasiswa pada lembaga pendidikan yang dituju. Hal ini bisa jadi informasi tak sampai karena fasilitas yang tak memadai dan sosialisasi yang kurang menyebar.
Pembenahan sistem pendidikan harus segera dilakukan, mengingat pandemi tak bisa membuat rampung seluruh indikator pengajaran. Materi banyak yang tak tersampaikan apalagi membuat ananda paham. Hal ini justru mencerminkan pendidikan hanya sekedar mengejar nilai semata dengan mengenyampingkan ilmu yang seharusnya dikejar dan dikuasai generasi muda. PR besar bagi orang tua saat ananda belajar dirumah, selain menyiapkan kebutuhan pokok orang tua dituntut membayar SPP dan menjadi guru yang tau segala ilmu pengetahuan. Tak jarang orang tua marah besar saat ananda menanyakan tugas yang tak dipahami, alhasil keharmonisan keluarga sulit dijaga karena émosi orang tua terus membludak belum lagi dengan dendam yang dipendam ananda.
Kurikulum baru harus segera diramu. Pendidikan akhlak sangat mudah dipahami dan diajarkan orang tua dirumah. Begitu pun dengan pendidikan dasar agama yang harus diperkuat. Boleh jadi dengan kemampuan membaca Al-Qur'an dengan benar atau merancang hafalan Al-Qur'an bagi ananda. Memang tak semua wali siswa adalah ustadz dan ustadzah namun ilmu agama menjadi penting dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Keluarga bisa belajar bersama. Apalagi ilmu agama menjadi jalan menuju kehidupan akhirat. Yang artinya harus diimplementasikan dalam berkehidupan.
Begitupula dengan ilmu keterampilan, bisa dipelajari dirumah tanpa harus dijejali akademi. Keterampilan dirumah sangat banyak yang bisa dilakukan seperti membereskan serta merapihkan rumah, memasak, berkebun, hingga bisnis online menjadi pilihan. Keterampilan tersebut bisa dirasakan secara langsung dengan produk/jasa yang dihasilkan.
Tak lupa dengan ilmu eksak jua memang harus dipelajari. Namun hal ini tak boleh dijejali. Karena potensi ananda sangat berbeda bahkan dengan jenis-jenis yang mampu dinilai dengan indikator tersendiri. Ilmuan memang dibutuhkan namun tetap pembelajaran tak harus dipaksakan. Membentuk para ahli bukan pekerja industri dengan kemampuan yang Dipaksakan dan dinilai dengan indikator yang sama.
Begitupula dengan fasilitas pembelajaran dirumah, Pemerintah harus menjamin dan memudahkan agar siswa mampu menjalani pembelajaran via online. Tak lupa hal ini butuh Koordinasi dan kerja sama seluruh aspek kehidupan, menyiapkan orang tua sebagai pembimbing dan mampu mencukupi kebutuhan pokok keluarga. Kolaborasi seluruh lembaga Pemerintah sangat dibutuhkan. Mengingat pendidikan menjadi aset terpenting bagi bangsa dan negara.
Kemendikbud harus segera berbenah, agar sekolah dari rumah tak membosankan apalagi menyiksa diri. Mengingat belajar dirumah masih lama dilakukan.*
Anita Irmawati
Bogor, Jawa Barat
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!