Ahad, 18 Jumadil Akhir 1446 H / 31 Mei 2020 23:09 wib
4.168 views
Jadilah Umat Rabbani Bukan Umat 'Ramadhani'
Oleh: Irsan Pebri Maulana (Mahasiswa Fisip Unpas)
Ramadhan memang telah berlalu, tetapi setelah Ramadhan selesai bukan berarti ketaqwaan kepada Allah kita juga selesai.
Sebab hikmahnya ibadah shaum selama sebulan penuh justru untuk menguatkan dan menaikkan derajat kita ke level taqwa (QS al-Baqarah [2]: 183).
Selama Ramadhan diberi riyadhah (pelatihan) yang luar biasa. Mereka ‘dipaksa’ menahan hawa nafsu lapar, haus dan dorongan seksual sejak fajar hingga Maghrib.
Mereka didorong untuk melakukan tilawah al-Quran dan qiyamul lail (shalat tarawih), banyak bersedekah dll. Yaa itu hal mudah untuk dilakukan di bulan Ramadhan namanya juga pelatihan namun yang sebenarnya yaitu setelah bulan ramadhan di mana kita dihadapkan dengan segala godaan maka kita harus tahan dari godaan untuk tetap taat kepada Allah SWT.
Ibnu Taimiyah pun mengingatkan, "Siapa saja yang bertekad meninggalkan maksiat pada bulan Ramadhan saja, tanpa memiliki tekad yang sama pada bulan lainnya, ia bukan seorang yang benar-benar bertobat.” (Al-Majmu’ al-Fatawa, 10/743).
Padahal amal yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah keteguhan atau keistiqamahan. Suatu ketika Nabi SAW dimintai nasihat oleh seorang sahabat. Beliau lalu bersabda:
Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah! (HR Muslim).
Bagaimana supaya kita istiqomah? Pertama: Mengingat kematian dan tempat kembali kepada Allah SWT. Kedua: Menjadikan Allah SWT dan Rasul-Nya sebagai satu-satunya yang ditaati secara mutlak.
Ketiga: Menaati setiap perintah Allah SWT tanpa memisahkan satu hukum dengan hukum yang lain.Keempat: Bersabar dalam ketaatan.Kelima: Tetap beramal sekalipun hanya sedikit.
Maka dari itu penulis mengajak "marilah kepada semuanya untuk menjadi hamba yang selalu merasa dekat dengan Allah SWT". Allah SWT. berfirman:
Di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi. Jika dia memperoleh kebajikan, tetaplah dia dalam keadaan itu. Jika dia ditimpa suatu bencana, berbaliklah dia ke belakang. Rugilah dia di dunia dan di akhirat. Yang demikian adalah kerugian yang nyata. (TQS al-Hajj [22]: 11).
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!