Rabu, 27 Jumadil Awwal 1446 H / 13 Mei 2020 12:35 wib
3.464 views
Wabah Masih Menggurita, Akankah Sekolah Dibuka?
Oleh:
Dahlia Kumalasari, Pendidik
LAGI-LAGI kekhawatiran muncul pasca diumumkannya ide sekolah dibuka lagi pada pertengahan Juli 2020. “Kita merencanakan membuka sekolah mulai awal tahun pelajaran baru, sekitar pertengahan Juli,” ujar Plt. Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud Muhammad Hamid kepada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Sabtu (9/5).
Kebijakan ini diambil seiring dengan klaim dari pemerintah yang menyatakan jika pandemi Covid-19 berhasil dikendalikan. Klaim itu didasarkan pada kurva penambahan kasus baru yang terus menurun dalam beberapa hari. Pemerintah bahkan sudah bicara soal prediksi waktu kehidupan akan kembali normal.
“Per 7 Mei, ada kecenderungan angka kasus yang terjadi di Indonesia mengalami penurunan walaupun tidak terlalu drastis. Tingkat kesembuhan juga mengalami kenaikan,” kata Menteri Koordinator PMK Muhadjir Effendy dalam konferensi video lewat saluran YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (8/5).
Namun, pakar epidemiologi menilai klaim itu didasarkan pada kurva dan cara membaca data yang keliru. Justru nyawa masyarakat berpotensi terancam karenanya. Pakar epidemiologi dari Universitas Airlangga Laura Navika Yamani berkata, kesimpulan bahwa kurva penularan Covid-19 telah menurun tak bisa didasari hanya pada penambahan kasus di 2-3 hari terakhir.
Kurva penularan Covid-19 turun harus dilihat dalam jangka waktu satu minggu hingga satu bulan. “Jika terburu-buru relaksasi PSBB, maka hasilnya nanti tidak efektif dan bisa menyebabkan pelonjakan kasus kembali,” kata Laura, Minggu (10/5)
Kebijakan Yang Membingungkan
Inilah kenyataan tinggal di Indonesia. Gonta-ganti kebijakan dalam waktu yang sangat cepat, membuat masyarakatpun jadi kebingungan. Apalagi nampak jelas jika kebijakan yang ada tidak dijalankan dengan baik. Sebagai contoh, diawal penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), transportasi umum yang dipakai kebanyakan masyarakat sangat dibatasi penggunaannya. Bahkan, di beberapa kota jika ketahuan membonceng orang yang tidak tinggal serumah, maka akan dikenakan sanksi. Namun yang membuat heran, mengapa untuk pergerakan manusia melewati transportasi udara (bandara) masih diberi kelonggaran?.
Wacana larangan mudik pun sangat terasa janggal. Mengapa yang dipersulit adalah warga yang ingin mudik antar kota tetapi masih di wilayah Indonesia. Bahkan warga sampai kucing-kucingan dengan pihak terkait, entah dengan cara sembunyi di bagasi bis ataupun sembunyi di bak truk dan ditutupi kain terpal. Sedangkan WNI yang dari luar negeri (entah karena alasan pendidikan ataupun bekerja) sangat dimudahkan untuk pulang ke Indonesia.
Jika virus corona memang belum bisa ditaklukkan sampai saat ini, seharusnya pemerintah sebagai pelindung umat menerapkan kebijakan yang memang benar-benar bisa melindungi semua lapisan masyarakat. Dan kebijakan inipun seharusnya diterapkan secara merata dan adil bagi seluruh penduduk tanpa kecuali.
Apalagi sudah ada peringatan dari banyak pakar terkait klaim dan kebijakan pemerintah yang tidak tepat. Namun terlihat jelas jika pemerintah maju terus pantang mundur meng-golkan “keinginan” untuk segera mengaktifkan lagi kondisi perekonomian di negeri ini.
Yang semakin membuat khawatir para orang tua dan pendidik adalah munculnya ide bahwa sekolah akan dibuka kembali sekitar pertengahan bulan Juli. Padahal para pakar sudah mengingatkan jika kondisi sekarang ini belum bisa dikatakan aman dari wabah. Bagaimanakah nasib anak-anak sekolah kedepannya?. Bukankah ini sama saja dengan memasukkan generasi pada samudra yang penuh dengan virus berbahaya?.
Ambisi Menjadi Penguasa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam jauh-jauh sudah mengingatkan terkait bahayanya orang bodoh yang mengurusi urusan orang umum. Dalam kitab al-Mustadrak ’ala as-Sahihain, al-Hakim mengeluarkan hadist, “Akan tiba pada manusia tahun-tahun penuh kebohongan. Saat itu, orang bohong dianggap jujur. Orang jujur dianggap bohong. Pengkhianat dianggap amanah. Orang amanah dianggap pengkhianat. Ketika itu, orang Ruwaibidhah berbicara. Ada yang bertanya, ’Siapa Ruwaibidhah itu?’ Nabi menjawab, ‘Orang bodoh yang mengurusi urusan orang umum.’”. (HR. al-Hakim, al-Mustadrak ‘ala as-shahihain, V/465).
Imam as-Syathibi menjelaskan, “Mereka mengatakan, bahwa dia adalah orang bodoh yang lemah, yang membicarakan urusan umum. Dia bukan ahlinya untuk berbicara tentang urusan khalayak ramai, tetapi tetap saja dia menyatakannya.” (As-Syathibi, al-I’tisham, II/681)
Pandemi wabah corona bukanlah sesuatu yang remeh. Wabah ini sungguh telah berdampak besar pada semua lapisan masyarakat. Mulai dari masalah pendidikan, ekonomi, politik, keamanan, kesehatan, hingga urusan nyawa. Maka selayaknya penyelesaian masalah pandemi harus benar-benar serius dicarikan solusinya. Apalagi sampai saat ini, angka kematian akibat virus corona terus merangkak naik.
Sehingga saat ini sangat urgen sekali dibutuhkan sebuah kepemimpinan yang menggunakan ilmunya yang mumpuni dan diiringi dengan panduan syariah-Nya, agar tewujud sebuah solusi yang solutif agar bisa keluar dari pandemi wabah corona. Wa ma taufiqi illa billah.*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!