Jum'at, 27 Jumadil Awwal 1446 H / 8 Mei 2020 14:25 wib
3.756 views
Santri Al-Bayan Sepulang Umrah
Oleh:
Enzen Okta Rifai
Pendidik dan pengasuh di Ponpes Al-Bayan, Banten, alumni International University of Africa, Republik Sudan
KEBERANGKATAN umrah para santri Pesantren Al-Bayan, sebelum masa pandemi Covid-19 beberapa bulan lalu, dipimpin langsung oleh pengasuh pondok K.H. Eeng Nuraheni, sambil menyampaikan visi dan misi tentang pentingnya ibadah umrah dalam praktik amaliah. Lebih dari 60 santri beserta para guru mereka, telah diberangkatkan dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Makkah al-Mukarromah.
Semula program ini menjadi rutinitas tahunan dalam program study tour santri Al-Bayan yang biasanya menempuh jalur darat ribuan kilometer menuju Gontor, Madura hingga keliling Jawa untuk mengadakan ziarah Walisongo. Tetapi, selama dua tahun ini, memiliki keistimewaan bagi santri kelas 6 untuk menempuhnya melalui jalur udara hingga mencapai Makkah dan Madinah, ziarah langsung ke makam Rasulullah sang penerang (al-bayan), pembawa risalah kebenaran yang menerangi peradaban sejarah umat manusia.
Dalam acara manasik, ditegaskan mengenai keutamaan berdoa dan bermunajat, agar masyarakat Indonesia mendapat penerangan dan pencerahan, penuh kedamaian, kesehatan dan ketentraman selalu. Semoga Allah Swt memberkahi rakyat Indonesia dengan kualitas manusia yang teguh menghadapi ujian kesabaran di tengah pandemi Corona ini.
Sebagai pengasuh dan pembimbing anak-anak santri, K.H. Eeng Nurhaeni menekankan para calon jamaah agar memahami persoalan substantif tentang makna umrah itu sendiri. Karena itu, keikhlasan dalam beribadah harus menjadi patokan utama yang harus dikedepankan, di samping sunah-sunah lainnya. Kiai Eeng berikhtiar untuk terus membimbing mereka selama perjalanan umrah, bahkan bertekad memandu mereka hingga di depan pintu Multazam dan Hajar Aswad.
Tempat-tampat di mana doa-doa dapat diterima (istijabah) adalah target tersendiri bagi para santri Al-Bayan. Di samping garis vertikal Multazam di hadapan Ka’bah, ada juga Hijr Ismail, perjalanan antara Shafa dan Marwa, hingga Raudlah di sekitar Masjid Nabawi di Madinah al-Munawwaroh. Dalam kegiatan manasik selama beberapa bulan, dijelaskan pula mengenai syarat-syarat sahnya ibadah umrah, mengenai moral massage dan intisari dari nilai religiusitas, di mana peluang-peluang emas yang mendukung pesan-pesan ilahiyah yang universal mesti dipahami dan diperdalam konteks dan maknanya. Sehingga kualitas ibadah mengandung bobot dan muatan yang mendalam, serta terpenuhinya hasrat untuk memekarkan potensi spiritual dan wawasan keilmuan bagi para santri.
Tak lupa diterangkan pula mengenai kualitas keikhlasan dalam melakukan ibadah umrah dengan hati yang bersih dan tulus. Sehingga kelak akan membawa efek yang baik bagi perkembangan mental dan jiwa anak-didik, serta membawa misi dakwah dan ilmu pengetahuan melalui praktik langsung di lapangan.
“Rasanya kurang adil bila kita dapat mempraktikkan langsung kegiatan berwudhu, solat ataupun puasa pada saat menyampaikan pelajaran di depan kelas, sementara kegiatan umrah dan haji hanya berupa teks-teks kitab yang tidak ada praktiknya di lapangan. Karena itu, Al-Bayan menilai penting bagi para guru dan santrinya untuk diberangkatkan umrah, agar teori-teori itu dapat dipraktikkan langsung kepada para murid,” ujar Kiai Eeng Nurhaeni.
Dalam aspek yang lebih luas, Kiai Eeng menggagas tentang pentingnya wadah dan sarana dalam bentuk miniatur Ka’bah dan Masjidil Haram yang mewakili suasana dan lingkungan yang serupa dengan kota suci Makkah. Gagasan yang mulia ini diniscayakan dengan pertimbangan bahwa Indonesia, sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, mesti mengedepankan jiwa yang didasari rasa empati atas meninggalnya ribuan korban setiap tahunnya dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah. Di sisi lain, secara ilmiah kita harus berikhtiar seoptimal-mungkin agar ribuan korban jiwa dalam pelaksanaan ibadah tersebut, dapat diminimalisir dengan izin Allah Swt.
Rencananya, miniatur masjidil haram ini dilengkapi dengan miniatur tempat-tempat vital dalam syariat ibadah haji dan umrah, di antaranya sarana untuk thawaf, sa’i, hajar aswad, lapangan arafah, fasilitas untuk balang jumroh, di samping lokasi-lokasi strategis untuk menunaikan doa-doa istijabah. Praktik dan training pelaksanaan ibadah ini, akan dipandu dan dibimbing langsung oleh Kiai Eeng bersama para trainer yang kompeten dalam penanganan ibadah haji dan umrah.
Oleh karena itu, pesantren Al-Bayan memandang penting bagi para guru, santri, pelajar, mahasiswa, masyarakat penyelenggara haji dan umrah – berikut para calon jamaah dari seluruh penjuru negeri – agar memanfaatkan sarana dan infrastruktur yang tersedia nantinya. Sehingga mereka dapat memahami gambaran suasana Makkah, serta kesiapan-kesiapan mental spiritual pada saat pelaksanaan ibadah.
Di sisi lain, output dari gagasan mulia ini akan menjadi sarana dakwah dan syiar tentang ilmu pengetahuan agama, melalui praktik langsung di lapangan, serta akan memberikan sumbangan pencerahan bagi kemajuan sejarah peradaban Islam, sebagai penerang jalan bagi sekalian alam.*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!