Kamis, 27 Rabiul Akhir 1446 H / 23 April 2020 16:02 wib
5.028 views
Ramadhan, Momentum Mewujudkan Ketaatan Secara Totalitas
Oleh:
Djumriah Lina Johan
Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Sosial Ekonomi Islam
MARHABAN ya Ramadhan. “Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR.Ahmad).
Tak terasa bulan suci Ramadhan kembali menyapa kaum Muslimin di dunia. Bulan yang penuh keberkahan serta dilipatgandakannya amal kebaikan menyambut di depan mata. Benak dan wajah kaum Muslimin pun menyiratkan kebahagiaannya.
Ibnu Rajab Al-Hambali menjelaskan, “Bagaimana tidak gembira? seorang mukmin diberi kabar gembira dengan terbukanya pintu-pintu surga. Tertutupnya pintu-pintu neraka. Bagaimana mungkin seorang yang berakal tidak bergembira jika diberi kabar tentang sebuah waktu yang di dalamnya para setan dibelenggu. Dari sisi manakah ada suatu waktu menyamai waktu ini (Ramadhan).” [Latha'if Al Ma'arif hlm. 148]
Masya Allah. Walau hati membuncah menyambut datangnya bulan penuh pengampunan. Namun, realitas situasi dan kondisi saat ini akan sangat berbeda dengan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Ya, tersebab adanya wabah Covid-19 yang kini meraja di hampir seluruh belahan dunia.
Meski demikian, tentu sebagai hamba Allah SWT yang mendapat taklif syara’ berupa kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan tetap berjalan sebagaimana biasa. Tak ada alasan untuk tidak menjalankan ibadah puasa. Sebab, sejatinya puasa ialah amalan yang langsung dihisab oleh Allah.
Tentu bulan penuh keberkahan ini tak hanya sekadar kita isi dengan berpuasa saja. Melainkan ditambah dengan amalan-amalan sunnah yang lain. Yakni, menegakkan shalat tarawih, tahajud, rawatib, dhuha, mengkhatamkan Al Qur’an, menambah hafalan, shadaqah, memberikan pinjaman kepada saudara yang membutuhkan, menangguhkan pembayaran hutang untuk orang yang lapang, membebaskan orang dari kesulitan, memberi makan dan minum untuk setiap yang bernyawa, makan sahur, menyegerakan berbuka, memperbanyak shalawat, dzikir, dan do’a, menutupi kesalahan orang yang taat, memaafkan, menahan marah, sabar, serta istiqamah menjalankan amalan-amalan tersebut.
Selain menjalankan amalan tersebut di atas, sudah seyogianya kita menjadikan momentum ramadhan kali ini sebagai titik tolak taubat kolektif atas kemaksiatan yang dilakukan umat akibat mengabaikan hukum-hukum Allah. Apalagi di bulan ini, Allah SWT telah berjanji, “Wahai hamba-hambaKu! Setiap siang dan malam kalian senantiasa berbuat salah, namun Aku mengampuni semua dosa. Karena itu, mohonlah ampunanKu agar Aku mengampuni kalian.” (Hadits Qudsi Riwayat Muslim 4674)
Bagi kaum Muslimin yang meyakini adanya Allah sebagai pencipta, pasti meyakini pula bahwa wabah yang menimpa penduduk bumi saat ini tidak lain merupakan ujian, teguran, dan azab dari Allah SWT. Ujian bagi para pengemban dakwah Islam kaffah. Teguran bagi umatNya yang lalai dari seruan penerapan hukum syariah. Serta azab bagi mereka yang sombong dan acapkali menyiksa kaum Muslimin di berbagai negara di dunia.
Inilah waktu yang tepat untuk kita bermuhasabah dan bertaubat. Karena fakta berbicara, kecanggihan teknologi, kelengkapan fasilitas kesehatan, kecakapan tenaga kesehatan, maju dan berkembangnya ekonomi sebuah negara. Tak mampu membendung penyebaran virus corona. Dengan demikian, patutlah kita berpikir bahwa ini semua akibat pelalaian terdapat hukum Allah.
Maka wajib hukumnya kaum Muslimin di Indonesia maupun dunia secara keseluruhan untuk melakukan taubat kepada Allah. Dan menjadikan ramadhan kali ini menjadi batu loncatan mewujudkan ketaatan secara totalitas yakni dengan menerapkan hukum syariah di setiap lini kehidupan.
Bukankah Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (TQS. Ali Imran ayat 133)
Jelas, bahwa kolaborasi Corona dan Ramadhan menyadarkan kita akan kelemahan manusia dalam mengurusi dan mengatur kehidupannya. Butuh petunjuk yang berasal dari Allah SWT agar keberkahan dan keselamatan hidup di dunia dan akhirat terjamin. Dengan demikian, mari kita bersama bertaubat dengan sebaik-baik taubat agar wabah segera diangkat dan hukum Allah kembali ditegakkan di tengah-tengah kaum Muslimin. Wallahu a’lam.*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!