Selasa, 22 Jumadil Awwal 1446 H / 31 Desember 2019 14:52 wib
4.840 views
Carut Marut Kebijakan Pendidikan
Oleh: Ima Khusi, A.Md.
(Member Komunitas Muslimah Peduli Generasi)
Membahas dunia pendidikan memang tidak akan ada habisnya. Pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan, baik dalam hal pribadi maupun negara. Belum tuntas permasalahan tentang sistem zonasi, tentang UN yang berbasis online, kini timbul lagi kebijakan penghapusan UN.
Baru baru ini menteri pendidikan mengeluarkan Salah satu kebijakannya adalah menghapus sistem Ujian Nasional mulai 2021 mendatang. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengatakan, UN tahun 2020 akan menjadi UN terakhir.
Penyelenggaraan UN tahun 2021 akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter.
Kebijakan dari Pak menteri yang baru ini akhirnya menuai pro dan kontra baik dari masyarakat maupun dari kalangan pakar pendidikan. Hal ini seakan-akan makin menegaskan kalau ganti menteri pasti ganti kebijakan, ganti kurikulum.
Menyoal masalah UN dari dulu hingga sekarang setiap ada kebijakan baru memang selalu menimbulkan polemik, hal ini dikarena pemerintah pada dasarnya tidak punya konsep pasti dari pendidikan itu sendiri. Dan setiap kebijakan baru yang dikeluarkan menteri alasannya selalu untuk "memudahkan" meski pada faktanya justru mempersulit dan jlimet.
Permasalahan dalam sistem pendidikan memang tidak akan ada habisnya selama konsep yang diguna masih belum baku (berubah-ubah), apalagi tujuan dari pendidikan itu sendiri juga tidak jelas.
Tujuannya mungkin untuk memperbaiki sistem pendidikan itu sendiri, namun jika konsep yang dipakai adalah konsep barat dan fasilitas untuk pendidikan tidak merata, maka hal tersebut jauh panggang dari api.
Tingginya biaya pendidikan yang harus ditanggung orang tua siswa juga menyebabkan mereka akhirnya hanya menyerahkan pendidikan anak pada sekolah (lepas tangan), ditambah waktu yang harus ditempuh dalam masa pendidikan yang terlalu lama menjadi salah satu faktor kejenuhan anak dalam menempuh pendidikan.
Sehingga makin tinggi dan makin canggih kebijakan sistem pendidikan yang dikeluarkan pemerintah justru membuat anggaran pendidikan itu makin mahal dan para pelaku pendidikan itu sendiri makin pusing dan bingung dalam menentukan konsep pendidikan yang baik.
Bisa kita saksikan saat ini justru makin banyak kenakalan-kenakalan remaja, tawuran, bulliying, pencabulan, hingga bunuh membunuh datang dari dunia pendidikan yaitu sekolah, yang notabene tempat dari pendidikan itu sendiri. Hal ini dikarena ternyata konsep pendidikan yang diterapkan tidak mampu mencerdaskan pelaku pendidikan itu menjadi berakhlaqul karimah
Dalam islam konsep Pendidikan adalah sebuah konsep yang mudah, baik kurikulum, cara belajar, metode pengajarannya bahkan masyarakat mudah menjangkaunya, sedangkan hari ini, pendidikan yang baik justru identik dengan mahal, dengan cara belajar yang rumit yang hasilnya pun belum tentu baik.
Di zaman kebesaran islam, mereka menjadi ahli dibidangnya masing-masing di usia rata-rata 20 tahun, sedangkan pendidikan hari ini usia 22 tahun baru bisa mencari judul skripsi. Sungguh waktu yang sangat lama hanya untuk menempuh sebuah pendidikan.
Pendidikan islam hanya bertujuan pada dua hal pertama qurrota a'yun (penyejuk mata) kedua pemimpin bagi orang yang bertaqwa. Konsep pendidikan islam bertujuan untuk menambah ketaqwaan pada Allah SWT, bukan untuk mendapatkan ijazah apalagi pekerjaan.
Dalam islam pendidikan bertujuan untuk bekal di akhirat kelak bukan hanya duniawi. Generasi islam di didik untuk mengenal peradaban islam dan bagaimana berakhlaqul karimah bukan hanya untuk mencari dunia yang hanya melahirkan budaya bebas tak terarah dan menghilangkan sifat sopan santun dan akhlak mulia.
Jadi kesimpulannya menjadi wajar jika pendidikan di Indonesia tidak akan pernah mengenal kata ideal jika tujuan dari pendidikan itu hanya untuk mengejar urusan dunia, bahkan orang tua siswa pun ketika memilih sekolah untuk putra putrinya takarannya adalah pertama sekolah yang dikenal, kedua ijazah yang dikeluarkan, ketiga cepat dapat kerjaan. Miris bukan? Maka ayo kembali pada konsep pendidikan islam secara kaffah.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!