Oleh: Irfan S. Awwas
Di forum ILC, Selasa 15 Oktober 2019, Ali Mochtar Ngabalin mengajukan tantangan debat dengan siapa saja yang mengatakan rezim Jokowi anti Islam. Dengan narasi sarkastis dan nada jumawa, Tenaga ahli Kantor Staf Presiden, yang sebentar lagi akan dibubarkan itu, lantang menantang.
"Siapa saja di ruangan ini, saya siap berdebat dengan dalil Qur'an, hadits maupun lainnya, yang mengatakan rezim Jokowi adalah rezim anti Islam. Tunjukkan pada saya satu fakta saja, yang menunjukan rezim ini anti Islam," kata Ngabalin, seakan tidak ada orang yang mampu mementahkan logika jongkoknya.
Mungkin dengan mengucapkan tantangan itu, Ngabalin merasa gagah dan cerdas. Tetapi, Ngabalin sesungguhnya sedang membongkar kebodohannya tanpa sadar.
Benarlah, seperti bunyi mahfuzhat/ pepatah Arab: *_"Man katsura kalamuhu, katsura saqatuhu, siapa yang banyak omongnya, banyak pula jatuhnya"._*
Sebagai orang yang menahbiskan diri jadi abdi dalem istana, Ngabalin hendak meyakinkan rakyat Indonesia, bahwa rezim Jokowi bukan anti Islam. Jika begitu: *"Tunjukkan satu fakta bahwa rezim Jokowi adalah rezim yang mencintai dan menghormati Islam, agama mayoritas rakyat negeri ini.*
Apakah membiarkan pembunuhan imam masjid, tanpa proses pengadilan, karena pelakunya diklaim polisi sebafai orang gila, bukti cinta Islam? Apakah mempersekusi ulama, aktivis muslim yang berseberangan dengan rezim, itu bukti cinta Islam? Apakah menghapus ajaran Islam tentang perang dan jihad dari buku sejarah Islam di sekolah, bukan kebencian pada Islam?
Menolak syariat Islam dan membiarkan partai anti agama menista Islam, bukti cinta Islam. Riba, diharamkan menurut Islam, tapi rezim menjadikan riba sebagai sistem ekonomi negara, bukti penghormatan pada Islam? Dan masih banyak yang lainnya.
Memilih ulama sebagai wapres, itu bukti yang terang benderang cinta Islam kan? Itu benar. Tapi sejarah mencatat, bahwa ulama juga pernah bekerjasama dengan PKI dibawah bendera nasakom, dan kemudian membubarkan partai Islam Masyumi dimasa orla.
Tuan Ngabalin, tetaplah bersikap jujur dan adil. Berterus teranglah dengan kebenaran, sekalipun anda abdi dalem istana. [PurWD/voa-islam.com]
Jogjakarta, 17/10/2019