Selasa, 26 Jumadil Akhir 1446 H / 14 Mei 2019 03:37 wib
3.838 views
Ramadhan Bulan Pendidikan Berbasis Takwa
Oleh: Siti Aisah S. Pd
Ramadhan kali ini yang bertepatan dengan bulan Mei, yang selalu ada acara seremonial hari pendidikan nasional. Bahkan Bupati Bandung Dadang M. Naser mengajak semua elemen untuk turut serta mengevaluasi peran pendidikan di Kabupaten Bandung terhadap kecerdasan bangsa.
"Saya mengimbau kepada seluruh komponen daerah, terutama pemangku kebijakan bidang pendidikan untuk berpikir kreatif dan bertindak konstruktif serta melakukan percepatan pembangunan pendidikan berkualitas dan terjangkau," tutur Dadang saat menjadi inspektur Upacara Hari Pendidikan Nasional di SMPN 1 Katapang, Kabupaten Bandung, Kamis 2 Mei 2019.
Selain itu beliau pun menyampaikan bahwasanya target Pemkab Bandung adalah membangun pendidikan berkualitas yang sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
"Salah satunya adalah menciptakan SDM dengan pengetahuan dan skill mumpuni agar siap menghadapi dunia kerja. Kabupaten Bandung sendiri saat ini sudah mencapai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 71,75 poin. Angka itu salah satunya dicapai berkat indeks pendidikan yang sudah 63,71 poin. Dari penilaian ini kabupaten Bandung harus terus meningkatkan kualitas generasi muda. Terlebih dengan bonus demografi yang dimiliki di tengah tantangan era globalisasi.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) itu sendiri adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara di seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup dan standar penilaian ini pun digunakan oleh PBB untuk menentukan termasuk negara berkembangkah atau tidak.
Sedangkan Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) memiliki beberapa manfaat yaitu: pertama: IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). Kedua: IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara. Ketiga: Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU).
Namun, ternyata Inilah dasar perhitungan yang digunakan dan diterbitkan UNDP sebagai penentuan IPM: (1) Umur panjang dan hidup sehat yang diukur dengan angka harapan hidup saat kelahiran, (2) Pengetahuan yang dihitung dari angka harapan sekolah dan angka rata-rata lama sekolah, dan (3) Standar hidup layak yang dihitung dari Produk Domestik Bruto/PDB (keseimbangan kemampuan berbe;anja) per kapita.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, Juhana mengimbau semua elemen untuk terus mendorong generasi muda untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Hal ini ditunjukan sebagai motivasi agar generasi muda terus melanjutkan sekolah, lanjutnya Juhana pun berharap, bahwa penghargaan yang diberikan kepada siswa berprestasi bisa memicu penerimanya untuk terus meningkatkan prestasi dan kinerjasiswanya. Pikiranrakyat.com.2019/05/03).
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diterbitkan oleh UNDP mungkin menjadi indikator yang paling komprehensif, tetapi tidak sepenuhnya kompatibel dan cukup untuk mengukur pembangunan manusia dalam perspektif Islam.
Karena teori yang mendasari dalam konsep IPM dalam mengembangkan manusia tidak didasarkan pada Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Peringatan Hardiknas kerap hanya menjadi seremoni tahunan saja. Perintah-perintah Allah SWT terkadang terlalaikan, sehingga menjadikan sistem pendidikan telah terwarnai dengan paham sekularisme.
Akibatnya, Islam seperti hanya sekedar alat pemuas jasadiyah dan bahkan menjadi mirip ajaran kerahiban yang hanya mengatur tata cara ibadah ritual dan moral saja. Padahal Islam adalah sistem kehidupan yang luas. Islam mengatur hubungan manusia dengan Al-Khâliq, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, juga hubungan manusia dengan sesamanya.
Pendidikan -dalam sejarah manusia- tentu bertujuan melahirkan sumber daya manusia yang handal. Pendidikan pula yang menentukan kualitas sosok atau pribadi pembangun peradaban. Negara dengan peradaban yang maju dan berkesejahteraan sebagaimana Negara Khilafah Islam dahulu juga ditentukan oleh pengelolaan pendidikan pada masa itu.
Dengan demikian, untuk mencetak SDM handal, maka sistem pendidikan harus disiapkan secara benar, baik dari sisi paradigma membangun pendidikan, tidak terpengaruh oleh penilaian Indeks barat hingga persiapan implementasinya di lapangan. Pendidikan di Indonesia menganut azas sekulerisme. Yakni, tidak mendasarkan proses pendidikannya kepada Islam (sebagai agama yang sahih).
Kalau pun mengambil Islam, hanya untuk melengkapi pendidikan keagamaan (peribadahan) dan pembentukan akhlak atau moral belaka. Sedangkan dalam perkara lainnya, peserta didik tidak dididik dengan panduan Islam. Tak ada pendidikan politik Islam. Tak ada pula pendidikan budaya dan sosial Islami. Pun senantiasa memisahkan antara sains – sosial humaniora dengan aspek akidah Islam.
Penjajahan atas dunia pendidikan terasa nyatanya, saat konsep ajaran Islam yang telah mengalami sekularisasi pun dijauhkan pula dari risalah Islam yang hakiki. Akidah Islam dijadikan hanya sebatas membahas masalah keakhiratan saja tidak menjadi asas dalam kehidupan dunia. Syariahnya hanya dibatasi dalam masalah ibadah ritual dan akhlak. Tidak dipakai untuk mengatur bidang pendidikan, sosial, ekonomi, politik dan negara. Karena pada dasarnya Indeks pembangunan manusia ditinjau dari seberapa takwanya keimanan seseorang.
Namun, pada faktanya distorsi makna takwa ini hanya membuat kehati-hatian dalam beramal saja. Dan semakin hari makna takwa pada Allah SWT kian pudar dalam kehidupan. Sedangkan praktik riba masih merajalela. Kecurangan ujian nasional dan bisnis tentang PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) terus terjadi. Perzinaan dan LGBT menjadi-jadi di tengah-tengah remaja milenial ini.
Kezaliman dan kebohongan dalam politik dan pemerintahan tak kunjung henti Jika yang digunakan masih menggunakan standar barat maka, lihatlah bagaimana kondisi remaja saat ini disana (baca:negara maju) sebut saja Eropa negara-negara disana memberikan kebebasan seluas-luasnya bagi para masyarat untuk bertingkahlaku, berpendapat dan memiliki hak milik, sehingga tak ayal kriminalisasi disana pun meningkat. ‘my body it’s mine' adalah salah satu pendapat yang membebaskan pengeksplorasian terhadap tubuh. Sehingga jangan ada aturan tentang kewajiban menutup aurat dan pernikahan sejenis pun harus bisa dilindungi pemerintah.
Demikian dahsyatnya kerusakan yang ditimbulkan akibat sekularisme hingga orang tidak merasa berdosa dan hilang rasa takutnya kepada Allah SWT. Padahal dalam ajaran Islam, negara itu ada untuk menjaga dan melindungi masyarakat dan melindungi ketakwaan mereka.
Moment Ramadhan bisa dijadikan sebagai perubahan agar semakin bertakwa. Langkah yang bisa dilakukan untuk memelihara dan menyempurnakan ketakwaan kepada Allah SWT antara lain:
Pertama, menjadikan akidah Islam bukan sekadar akidah ruhiyyah, tetapi juga akidah siyasiyah, yakni asas dalam kehidupan dunia. Dengan itu semua urusan dunia maupun akhirat selalu dilandasi oleh dorongan keimanan kepada Allah SWT.
Kedua, senantiasa menjadikan Islam sebagai standar untuk menilai perbuatan terpuji-tercela dan baik-buruk. Pertimbangan dalam beramal hanyalah halal dan haram, bukan manfaat atau madarat; bukan pula ridha atau benci manusia, apalagi berdasarkan penilaian IPM ala manusia. Seharusnya yang di cari semata-mata adalah keridhaan Ilahi sekalipun orang-orang mencaci dirinya.
Ketiga, bersabar dalam menjalankan ketaatan pada Allah SWT sebagaimana para nabi dan rasul, juga orang-orang salih dalam menjalankan perintah dan larangan Allah SWT. Nabi saw. Bersabda:
فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ الصَّبْرُ فِيهِ مِثْلُ قَبْضٍ عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ فِيهِمْ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلاً يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِهِ
Artinya : “Sungguh di belakang kalian adalah masa kesabaran. Bersabar pada masa itu seperti menggenggam bara api. Pahala bagi yang melakukannya seperti 50 orang yang mengerjakan amalnya” (HR Abu Daud).
Keempat, berdakwah mengajak umat untuk sama-sama meniti jalan ketakwaan dan menghilangkan kemungkaran. Ia takut bila berdiam diri justru akan mendatangkan bencana dari Allah SWT (Lihat: QS al-Anfal [8]: 25).
Kelima, segera memohon ampunan kepada Allah SWT dan kembali pada ketaatan manakala telah melakukan kemungkaran (Lihat: QS Ali Imran [3]: 135).
Keenam, menumbuhkan kerinduan pada ridha Allah dan surga-Nya. Dengan begitu sandaran yang dijadikan bukan hanya sebatas penilaian manusia saja Kehidupan kapitalis saat ini telah menyandera umat untuk kembali menerapkan sistem pendidikan yang sahih. Maka wajarlah jika berbagai persoalan pendidikan terus saja bermunculan. Problem guru yang tak kunjung selesai. Belum lagi problem siswa yang terus mengelus dada.
Sampai kapan umat dan insan pendidikan di Indonesia menyadari kekeliruannya. Dan tidak terpaku pada penilaian barat yang notabene tidak akan melahirkan sistem pendidikan yang sahih. Di sinilah perjuangan itu harus selalu digelorakan. Dakwah Islam dan terus berdakwah. Semoga Allah segera menurunkan pertolongan-Nya. Aamiin. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!