Sabtu, 12 Jumadil Awwal 1446 H / 4 Mei 2019 20:19 wib
5.324 views
Sexy Killers dan Wajah Buruk Demokrasi
BARU-BARU ini netizen dikejutkan dengan film berjudul "Sexy Killers" di kanal youtube. Film dokumenter ini berdurasi 1 jam 28 menit yang dipublikasikan oleh Watchdoc Image dan berhasil ditonton 21,5 juta viewer lebih. "Sexy Killers" merupakan sebuah film dokumenter yang merekam aktivitas pertambangan dan masyarakat di sekitarnya yang langsung terkena imbas dari kerusakan ditimbulkan aktivitas penambang tersebut.
Mulai dari kerusakan rumah, lahan, hingga bahkan krisis air bersih sampai air minum keruh yang terpaksa harus diminum. Yang menarik, film dokumenter ini menceritakan dalang dibalik aktivitas tersebut yang menyeret para elit politik yang sedang bertarung dalam pemilu 2019.
Film dokumenter "Sexy Killers" akan membawa kita menelusuri sebuah wilayah di Balik papan, Kalimantan Timur, di mana salah satu lokasi tambang batu bara terbesar di Indonesia berada. Pertama melihatnya, kita akan disapa oleh berjuta-juta hektar tanah telah gundul dengan bekas galian yang dibiarkan begitu saja.
Dengan lokasi tambang yang berada persis di sekitar pemukiman warga, menyebabkan beberapa rumah mengalami kemiringan hingga hancur total. Jalanan banyak yang pecah dan amblas. Bahkan air yang diminum oleh warga sekitar juga tidak lagi bening, melainkan berwarna keruh. Dan yang paling menyedihkan adalah banyak anak-anak yang kehilangan nyawa akibat jatuh ke lubang galian yang berada persis di dekat sekolah.
Lantas siapa yang harus bertanggung jawab akan hal ini? Pemerintah pusat? Pemerintah daerah atau pemilik perusahaan? Kelihatannya, semua pihak tersebut tampak "cuci tangan" pada kondisi yang menimpa warga. Dari rekaman wawancara pada Gubernur Kalimantan Timur, terlihat bahwa beliau hanya mengatakan "nasib" dan "turut prihatin" pada anak-anak yang menjadi korban dari lubang galian tersebut. Padahal menurut peraturan Menteri Lingkungan Hidup jarak minimal lubang galian dengan pemukiman warga adalah 500 meter, namun dalam video tersebut kita bisa lihat bahwa jangankan 500 meter, 100 meter juga tidak sampai.
Setelah ditambang, batu bara dimasukkan ke dalam kapal tongkang untuk dikirimkan ke PLTU. Lagi-lagi pembangunan PLTU memakan banyak perselisihan. Para petani yang direbut sawahnya meski belum dibeli, nelayan yang ikannya hilang akibat tongkang batu bara yang melintasi lautan.
Dan yang paling parah adalah asap pembakaran alias limbah B3 yang mengandung senyawa mematikan dan menimbulkan pencemaran tanah, tumbuhan bahkan udara sehingga membawa penyakit berbahaya bagi warga sekitar seperti batuk, sesak napas, asma, hingga kanker nasofaring (bagian atas tenggorokan). Bahkan berdasarkan penelitian Green peace (2015), PLTU batu bara di Indonesia sudah menyebabkan kematian prematur 6500 jiwa setiap tahunnya.
Apakah masyarakat diam dan pasrah? Tentu saja tidak. Beragam aksi dan demonstrasi dilancarkan pada perusahaan dan PLTU yang telah mengecam keselamatan mereka. Namun hasilnya gugatan mereka lebih banyak ditolak di pengadilan, bahkan beberapa dari mereka berakhir membawa kita pada siapa dalang yang berada dibalik aktivitas tersebut.
Dari perusahaan PLTU, ada PT Adaro dengan beberapa nama terungkap seperti Sandiaga Uno (calon wakil presiden 02), Erwin Suryadjaya, Teddy Rachmat, Benny Subianto, dan Garibaldi Thohir (saudara kandung Erick Thohir, juru bicara TKN 01). Kemudian ada PT Rakabu Sejahtera, di mana Gibran Rakabumningraka (Putra ke-1 Presiden Joko Widodo) pernah menjadi pemegang saham dan komisaris, lalu digantikan Kaesang Pangarep (Putra ke-3 Presiden Joko Widodo).
PT Rakabu Sejahtera adalah perusahaan mebeul yang mempunyai berbagai aktivitas seperti kontruksi, pembebasan lahan, hingga pengembangan wilayah transmigrasi sehingga sering berhubungan dengan grup perusahaan tambang PT Toba Sejahtera yang dimiliki Luhut Panjaitan (Menteri Kemaritiman & timses Jokowi), dan 2 timses Jokowi yang menjadi komisaris yaitu Fachrul Razi dan Suaidi Marasabessy.
Nama-nama lain di tambang batu bara di antaranya adalah Oesman Sapta Oedang (penasihat TKN 01) di PT Total Orbit, Andi Syamsudin Arsyad (pernah menjadi bendahara TKN 01) di grup Johnlin, Hary Tanoesoedibjo (penasihat TKN 01, ketua umum Perindo) di MNC Energy & Natural Resources dan 9 anak perusahaan, Jusuf Kalla (Wakil Presiden, dewan pengarah TKN 01) di grup Kalla dalam 2 anak perusahaan.
Di kubu 02, ada Prabowo Subianto (calon presiden 02) yang memiliki 8 perusahaan tambang yang berada di Kalimantan Timur, Sandiaga Uno (calon wakil presiden 02) di PT Saratoga Investama Sedaya, PT Adaro, lalu ada Hasyim Djojohadikusumo (adik Prabowo, BPN 02) di PT Hitam Perkasa, dan Ferry Musyidan Baldan (BPN 02) pemilik 3 perusahaan tambang di Berau. Lalu anehnya, perusahaan-perusahaan tambang yang telah menelan banyak korban tersebut juga mendapat label halal sehingga mempunyai saham syariah di pasar modal.
Dari film dokumenter "Sexy Killers", kita dapat melihat bagaimana romantisme para elit politik dengan usaha pertambangan mereka. Bukan tidak mungkin bahwa majunya mereka dalam pemilu Indonesia 2019 adalah untuk mengamankan perusahaan beserta aset yang tersimpan di dalamnya. Lihatlah alur perusahaan pertambangan, di mana mereka semua (kubu 01 & 02) sebenarnya saling bekerja sama, lantas mengapa kita yang tersulut politik adu domba yang memecah belah umat?
Tanggapan netizen akan film dokumenter tersebut pun beragam. Ada yang salut dengan keberanian Watchdoc membuat film dokumenter ini, ada yang menyeru untuk membuka mata untuk kedua paslon presiden, ada yang menyeru untuk tidak golput walau kedua paslon sama-sama berada dalam lingkaran setan, dan ada juga yang menyeru inilah wajah buruk demokrasi, kongkalikong antara penguasa dan pengusaha. Bahkan ada berpendapat, Ganti Sistem Demokrasi dengan Khilafah Islamiyyah.
Lantas, Bagaimana dengan mereka para pemilik perusahaan? Tidak adakah i'tikad baik untuk mengganti batu bara menjadi panel surya untuk menyelamatkan alam? Atau memang betul, bahwa batu bara adalah energi termurah karena ongkos pertanggungjawaban limbah diserahkan pada lingkungan dan warga di sekitarnya. Lalu, bagaimana kerusakan yang ditimbulkan oleh limbah tersebut 2 dekade mendatang? Tidak terbayangkan kerusakan yang ditimbulkannya!!!. Semakin membuka mata kita, wajah buruk demokrasi yang sebenarnya.
Allah SWT berfirman dalam Surat Ar-Rum 41
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, agar mereka merasakan sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).( Q.S. Ar Rum:41)
Inilah pesta demokrasi yang disajikan oleh barat. Menanti pemimpin yang akan peduli dengan kondisi rakyat yang benar-benar mencintai Rakyat, hanya pepesan kosong tak mungkin terealisasi. Penantian jalan panjang untuk membenasi persoalan Negeri ini tak kunjung selesai. Carut marut krisis multidimensi makin tak tertampung lagi pada akal sehat. Akankah kita harus bertahan dengan sistem demokrasi?
Agaknya kita harus merenungi firman Allah SWT dalam surat Ar-Rum ayat 41, bahwa kerusakan negeri ini baik di darat dan lautan akibat tangan-tangan yang tidak mau berhukum dengan hukum Allah SWT, ingin bebas-sebebasnya tanpa ikatan agama. Tangan-tangan berpaham sekuler "memisahkan Islam dari kancah politik mengatur kehidupan negara. Berlepas dari hukum Allah SWT adalah kemaksiat terbesar di muka bumi ini.
Menurut Imam Abul ‘Aliyah ar-Riyaahi berkata, “Barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi maka (berarti) dia telah berbuat kerusakan padanya, karena perbaikan di muka bumi dan di langit (hanyalah dicapai) dengan ketaatan (kepada Allah Ta’ala). Kembali Taat pada syariat, kembali taat pada hukum Allah yang Maha Kuat. Dan pastinya, Syariat hanya dalam bingkai Islam Rahmatan Lil A'lamiin. Hanya Islam yang mampu mengatasi segala hal dengan sempurna. Dan kesempurnaan penerapannya hanya melalui Khilafah Islamiyyah.*
Alin FM
Penulis dan Praktisi Multimedia
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!