Kamis, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 2 Mei 2019 11:27 wib
5.854 views
Suka-cita Anak-anak WNI Muslim di Osaka Menyambut Ramadhan
KURANG dari seminggu lagi, bulan penuh berkah dan hikmah, Ramadhan mulia segera tiba. Kebahagiaan dirasakan oleh setiap umat muslim di seluruh dunia dalam menyambut kedatangannya, tak terkecuali ummat muslim di negeri matahari terbit, Jepang. Tinggal di negeri yang mayoritas penduduknya non-muslim, tidak mengurangi sedikit pun antusias dalam menyambut dan mempersiapkan diri akan datangnya bulan yang setiap amal akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT. Orang tua, pemuda, bahkan hingga anak-anak bersuka-cita ikut serta dalam kegiatan-kegiatan menyambut Ramadhan hingga mempersiapkan agenda-agenda di Bulan Ramadhan.
Salah satunya, pada 28 April 2019 lalu, Ibu-ibu WNI muslim yang tergabung dalam komunitas pengajian Hanifah bekerja sama dengan para orang tua WNI muslim yang tergabung dalam komunitas Pengajian hidayah (juga beranggotakan muallaf Jepang yang merupakan suami/istri WNI muslim), dan komunitas muslim-osaka beserta Keluarga Masyarakat Islam Indonesia (KMII) Kansai mengadakan sebuah event tahunan dalam menyambut Ramadhan, yaitu Gebyar Ramadhan.
Gebyar Ramadhan ini salah satunya bertujuan untuk mengenalkan dan memperdalam kecintaan kepada anak-anak terhadap bulan Ramadhan, berikut menghadirkan suasana Ramadhan yang senantiasa dirindukan. Tidak dapat dipungkiri, bertumbuh dan berkembang di negeri dengan penduduk mayoritas non-muslim membuat anak-anak memiliki keterbatasan dalam mengenal Islam dengan baik, termasuk ajaran-ajaran yang ada di dalamnya, khususnya tentang Ramadhan.
Sedikit sekali program/ sarana yang bisa dimanfaatkan oleh anak-anak untuk memperdalam pemahamannya tentang ilmu agama. Pun, pendidikan formal memiliki keterbatasan dalam memfasilitasi anak-anak untuk belajar ilmu agama. Tak heran, terkadang, mempraktikan amalan-amalan rukun Islam pun menjadi tantangan sendiri bagi mereka. Tak sedikit juga orang tua yang bercerita tentang tantangannya dalam meyakinkan sang anak untuk melaksanakan sholat lima waktu dan puasa Ramadhan di Sekolah (yang umumnya full day), selain dari menanamkan rasa percaya diri anak untuk membawa dan makan siang dengan “bento” (bekal makanan) yang berbeda dari siswa-siswa lainnya. Kegiatan gebyar Ramadhan ini menjadi momentum yang dirasakan tepat untuk memperkuat jati diri anak sebagai Muslim sekaligus menjadi bekal untuk berbaur dengan siswa lainnya dan tetap membawa nilai-nilai Islam dalam pergaulannya.
Gebyar Ramadhan kali ini berlangsung dengan sangat meriah. Ketua panitia, Ibu Annisa, menyampaikan bahwa kegiatan ini diikuti oleh sekitar 80 anak dari usia preschool hingga anak-anak sekolah dasar dan dihadiri oleh sekitar 150 orang tua yang datang dari area Kansai, seperti Osaka, Kobe, Nara, dan Kyoto. Ini pun menjadi kegiatan Gebyar Ramadhan terbesar dari sejak tahun 2014 ketika pertama kali dilaksnakan. Beragam rangkaian kegiatan disiapkan oleh panitia termasuk hidangan makanan khas Indonesia, seperti sate ayam, opor ayam, dan beragam jenis kue-kue khas Nusantara yang dibawa secara sukarela oleh para volunteer.
Rangkaian gebyar Ramadhan dibuka dengan penampilan grup terdiri dari 15 anak membacakan surat-surat pendek dalam Al-quran juga doa-doa harian yang berkaitan dengan Ramadhan. Selanjutnya, anak-anak mengikuti kegiatan game, petualangan mengunjungi pos-pos yang berisikan kegiatan kreasi seni, hafalan surat-surat pendek dan doa harian, dan lain-lain. Acara kemudian ditunda untuk sholat dzuhur dan santap makan siang. Banyaknya hidangan, membuat peserta sangat antusias dan rela mengantri panjang untuk mengambil makanan yang disajikan secara prasmanan. Iringan lagu-lagu tentang Ramadhan sebagai backsound santap makan siang, menambah kerinduan terhadap bulan Ramadhan.
Kegiatan dilanjutkan kembali dengan penampilan elegan sebuah drama yang mengilustrasikan kisa seorang siswa (karakter: Ana) saat berpuasa Ramadhan di salah satu sekolah dasar di Jepang. Percakapan antara anak muslim dengan siswa jepang lainnya menggambarkan suasana saat Ana berinisiatif untuk meninggalkan kelas menuju ruang kesehatan saat siswa Jepang lainnya bersiap untuk makan siang. Siswa lainnya bertanya mengapa Ana tidak menyiapkan makan siangnya, dan Ana pun menjawab bahwa dia sedang berpuasa.
Ana pun menjelaskan tentang alasannya berpuasa dan kebaikan-kebaikan yang bisa didapatkannya dengan berpuasa, sehingga siswa lain pun tertarik untuk mencoba berpuasa. Istilah puasa sendiri sebetulnya sudah dikenal di Jepang, yang disebut dengan “断食” (dibaca: danjiki). Namun ini hanya sekedar puasa dengan tujuan tertentu yang tidak terkait dengan waktu dan durasi. Oleh karena itu mereka merasa penasaran dan takjub kepada orang Islam yang melakukan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari selama satu bulan penuh. Namun belakangan ini, sejak terus bertambahnya ummat Islam di Jepang, mereka mulai mengenal istilah (bulan) Ramadhan dan mengetahui puasa yang dilakukan oleh orang Islam.
Selanjutnya, sebuah penampilan yang memukau pun berhasil ditunjukkan oleh tim musikalisasi puisi dan akustik, yang melantunkan sholawat dan pembacaan puisi berbahasa jepang yang menceritakan tentang Rasulullah SAW. Acara kemudian ditutup dengan permainan yang dipandu oleh muslimah Jepang dan pembagian bingkisan untuk para peserta.
Para peserta merasa sangat senang bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini, dan berharap agar acara seperti ini bisa secara rutin dilakukan. Acara seperti ini dianggap bisa menjadi sarana dalam mempererat tali silaturahim antar warga negara Indonesia dan juga sebagai sarana belajar bagi anak-anak. Berada ditengah masyarakat yang mayoritas non muslim tidak menjadi alasan untuk acuh terhadap kewajiban sebagai Muslim, justru harus lebih bersemangat lagi dalam memperdalam ilmu agama.
Oleh: Abdul Rohman Supandi
Foto: Dokumentasi panitia
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!