Selasa, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 30 April 2019 15:56 wib
2.875 views
PBB Bermuka Dua Soal HAM
Oleh: Ummu Syauqi
Bermuka dua. Itulah ungkapan yang pantas disematkan pada PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) dalam menyikapi masalah HAM. Ungkapan itu tidaklah berlebihan karena faktanya PBB memang menggunakan standar ganda dalam menyikapi setiap kejadian di dunia, apakah termasuk pelanggaran HAM atau tidak.
Wajar saja, karena HAM sejatinya adalah produk dari ideologi mereka, ideologi kapitalisme.Ideologi yang mendewakan kebebasan, dan tidak mau terikat dengan aturan-aturan agama.
Seperti yang dilansir detiknews, Jumat (12/4/2019), kerajaan Brunei Darussalam menuai kecaman global, termasuk dari PBB karena menerapkan hukuman rajam sampai mati kepada kaum LGBTmulai 3 April lalu. PBB menyebut Brunei telah melanggar HAM dan mengecamnya sebagai hukum yang kejam dan tidak manusiawi. Bahkan kepala HAM PBB meminta pemerintah Brunei menghentikan pemberlakuan hukum tersebut.
Setali tiga uang dengan PBB, respon serupa juga ditunjukkan oleh para pemuja HAM yang lainnya. Sebut saja aktor Hollywood, George Clooney yang menyerukan pemboikotan hotel-hotel mewah milik Badan Investasi Brunei di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Italia. Tak mau ketinggalan, para agen travel jaringan transportasi London di Inggris, dan badan-badan keuangan juga turut memutuskan hubungan dengan bisnis-bisnis milik Brunei. Pendek kata, Brunei dibully dari segala arah hanya karena semata-mata ingin menerapkan hukum syariat Islam di negerinya sendiri. Ingat, di negerinya sendiri!
Tentu saja Brunei tidak tinggal diam mendapat kecaman keras seperti itu. Melalui memteri Luar Negerinya, Erywan Yusof, Brunei melakukan pembelaan kepada PBB. Erywan menegaskan bahwa aturan hukum rajam itu lebih bersifat mengedukasi, menangkal, merehabilitasi, dan mendidik dari pada menghukum. Erywan juga menambahkan bahwa hukum itu tidak akan diberlakukan kepada warga nonmuslim di Brunei.
Paradoks di atas sungguh sangat menyakitkan. Brunei sebagai sebuah negara yang berdaulat diposisikan sebagai seorang pesakitan. Padahal Brunei mempunyai hak penuh mengatur urusan negaranya sendiri. Ada apa ini? Mengapa PBB begitu tertarik menggagalkan penerapan hukum syariat Islam di Brunei?
Dengan berapi-api mengecam bahwa Brunei telah melakukan pelanggaran HAM, kejam dan tidak manusiawi! Tapi di lain pihak diam seribu bahasa saat pelanggaran HAM sesungguhnya terjadi di depan matanya. Mengapa respon serupa tak terdengar saat jutaan umat Islam di berbagai negara dibantai?
Mana kecaman pelanggaran HAM terhadap Israel yang dengan rakus merampas pemukiman rakyat Palestina, membunuhi anak-anak dan para wanitanya? Menghancurkan rumah-rumah dan merampas hartanya? PBB bisu.
Mana juga kecaman pelanggaran HAM dan teriakan kejam tak manusiawi kepada pemerintahan Bashar al Assad yang begitu biadab menyiksa dan menganiaya rakyat yang tidak mau tunduk kepadanya? Mana? PBB tidur.
Sungguh hampir di seluruh dunia kaum muslimin mendapat perlakuan yang tidak manusiawi. Teraniaya dan terinjak-injak tak punya harga diri lagi. Di berbagai belahan dunia kaum muslimin mengalami penderitaan yang tak berkesudahan dan terpuruk dalam berbagai aspek kehidupan.Tak bisa diceritakan di sini satu persatu bagaimana nasib malang saudara-saudara muslim yang ada di Rohingnya, India, Uyghur, Irak, Pakistan, Yaman dan negeri-negeri muslim lainnya.
Saat PBB diam membisu dengan penderitaan kaum muslimin karena pelanggaran HAM yang dilakukan negara-negara penjajah, tapi berteriak nyaring pada kaum muslimin yang ingin menerapkan syariat agamanya sendiri, maka kita bisa simpulkan bahwa PBB ada memang bukan untuk mengamankan dunia. PBB didirikan bukan untuk membela yang lemah, tapi justru untuk melanggengkan dan membela kepentingan si penjajah.
Benarlah apa yang Allah firmankan dalam surat Al Imron ayat 118 berikut ini,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لا يَأْلُونَكُمْ خَبَالا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS. Ali Imran[3]: 118)
Seruan HAM hanyalah pemanis saja, tak berbanding lurus dengan faktanya. Oleh karena itu, sudah seharusnya kaum muslimin berhenti berharap kepada PBB dengan ilusi HAMnya.
Umat ini hanya membutuhkan hadirnya sang pembela, sebuah institusi politik rekomendasi sang pencipta. Dialah Khilafah. Khilafahlah yang nantinya akan membentengi dan melindungi kaum muslimin dari segala mara bahaya, memenuhi hak-haknya tanpa perlu diminta. Allahu A’lam bishshowab. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!