Kamis, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 25 April 2019 00:31 wib
6.092 views
Al-Junnah, Penjaga Nyawa Manusia
KORBAN tewas dalam penembakan brutal di dua masjid di Christchurch, New Zealand (Selandia Baru) menjadi 49 orang. Kepolisian Selandia Baru menyebut penembakan brutal itu ‘direncanakan sangat matang’. Seperti dilansir Reuters, Jumat (15/3/2019), Komisioner Kepolisian Selandia Baru, Mike Bush, dalam konferensi pers menyebut korban tewas dalam serangan teroris itu mencapai 49 orang. Perdana Menteri (PM) Jacinda Ardern telah menyebut penembakan brutal ini sebagai ‘serangan teroris’ dan mengecamnya.
Lebih lanjut, Bush menjelaskan bahwa 41 orang tewas dalam penembakan di Masjid Al Noor, Deans Ave kemudian tujuh orang lainnya tewas di sebuah masjid di pinggiran Linwood dan satu orang tewas saat dirawat di rumah sakit.
Diketahui salah satu pelaku penembakan sempat menyiarkan aksi brutalnya via layanan live streaming di internet. Siaran live streaming itu direkam melalui kamera yang dipasang pelaku pada helm yang dipakainya. Video live streaming berdurasi 17 menit itu telah dihapus dari internet oleh otoritas Selandia Baru (detik.com).
Namun, Senator Australia Fraser Anning menyalahkan imigran Muslim atas teror di Christchurch, New Zealand (Selandia Baru). Padahal, teror tersebut menewaskan sebanyak 50 orang. Anning yang dikenal kontroversial menyebut penembakan massal yang dilakukan Brenton Tarrant dan sejumlah pelaku lain itu menyoroti meningkatnya ketakutan atas bertambahnya keberadaan Muslim. Anning yang mewakili negara bagian Queensland di Senat Australia itu, berkomentar lewat serangkaian cuitan di Twitter.
“Penyebab pertumpahan darah sesungguhnya di jalanan Selandia Baru hari ini adalah program imigrasi yang memungkinkan kaum Muslim fanatik untuk bermigrasi ke Selandia Baru,” tulis Anning dalam salah satu cuitannya seperti dilansir dari The Telegraph, Jumat (15/3).
Perdana Menteri (PM) New Zealand (Selandia Baru), Jacinda Ardern, mengecam pernyataan Anning tersebut. Menurut Ardern, komentar tersebut memalukan. Pernyataan Anning juga memicu aksi nekat seorang remaja berusia 17 tahun bernama Will Connolly. Connolly mengepruk kepala Anning yang sedang diwawancara media dengan menggunakan telur hingga telur tersebut pecah berantakan ke pakaian Anning (detik.com).
Sabda Rasulullah Saw: “Seorang Mukmin adalah cermin bagi saudaranya yang beriman, dia melindunginya dari bahaya dan membelanya di belakang punggungnya.” (HR. Bukhari).
Hadits tersebut harusnya sudah cukup untuk membangkitkan rasa kepedulian terhadap kepiluan yang menimpa sesama Muslim. Khususnya, tragedi yang merenggut nyawa Muslim New Zealand. Ya, kasus pelenyapan nyawa semakin hari marak terjadi, mungkin ini bukanlah yang terakhir kali.
Begitu banyak nyawa menghilang, jadi korban tak terkecuali jiwa kaum Muslim yang hidup di berbagai belahan dunia. Keamanan tidak lagi bisa dirasakan saat hidup di dalam sistem Kapitalisme-sekuler. Umat Islam saat ini hidup dalam aturan negara yang tidak menjamin penjagaan. Sebab, telah hilang peran negara sebagai pelindung dalam menjaga jiwa dan kehormatan.
Sikap dunia Barat yang tidak adil terhadap kaum Muslimin di New Zealand, Mali, Suriah, Palestina dan Rohingya. Seakan, saat kaum muslimin jadi korban diam membisu, saat kafir yang jadi korban langsung menuduh Islam sebagai teroris. Dan sangat disayangkan, tindakan penguasa Muslim kepada yang berbuat kriminal tidak membuat jera sama sekali.
Padahal di dalam Islam harga sebuah nyawa seorang manusia begitu berharga. Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (TQS. Al-Ma’idah [5]: 32).
Dari Abdullah bin Amru, dari Nabi Saw, beliau bersabda, “Sungguh, lenyapnya dunia lebih ringan di sisi Allah daripada pembunuhan seorang Muslim.” (HR. An-Nasa’i, At-Tirmidzi, dan Al-Baihaqi).
Betapa luar biasanya Islam menghormati dan menghargai kemanusiaan. Dilukiskan bahwa membunuh satu jiwa tanpa hak seakan membunuh manusia seluruhnya. Dan, yang memelihara kehidupan satu jiwa seolah telah memelihara seluruh jiwa.
Nyawa bahkan dalam ranah Ushul Fiqih masuk dalam kategori “al-Dharuriyat al-Khamsah” (lima hal primer yang wajib dipelihara). Artinya, pada asalnya, nyawa manusia tidak boleh dihilangkan begitu saja tanpa alasan yang jelas. Nyawa orang Muslim maupun kafir, ada sanksi berup qishash dan diyat.
Rasulullah saw pernah bersabda, “Sesungguhnya Imam (Khalifah) adalah perisai (al-junnah), di belakangnya umat berperang dan kepadanya umat berlindung.”(HR Muslim).
Khalifah akan menjaga setiap jiwa dari tindakan penganiayaan. Inilah kerahmatan Islam dalam menjaga setiap jiwa manusia. Berbeda dengan sistem hukum manusia yang sedang diterapkan, orang tidak bisa mendapatkan keadilan. Bungkamnya penguasa muslim terhadap perlindungan kaum Muslimin menunjukkan kebutuhan umat akan seorang khalifah sebagai junnah, sudah sangat mendesak.
Sangat jelas, tanpa adanya seorang Khalifah dan penerapan syariah Islam, terbukti aturan manusia tak bisa mencegah dan tak bisa menjerakan manusia untuk berbuat aniaya terhadap orang lain. Baik bentuknya melukai, menyerang secara fisik, sampai membunuh jiwa. Kondisi seperti hari ini harus segera diminimalisasi dan bahkan diakhiri dengan menghadirkan kembali sistem Islam ke tengah kehidupan.
Nyawa seorang Muslim sesungguhnya sangat berharga. Tapi yang terjadi hari ini nyawa seorang Muslim seperti sangat murah. Di antaranya karena kita tidak punya pelindung. Kehilangan perisai atau al-junnah. Yang dengan hadirnya, kejahatan tak terulang lagi dan darah tidak akan tertumpah tanpa alasan. Kehormatan, harta dan nyawa akan benar-benar dilindungi.**
Nor Aniyah, S.Pd
Pemerhati Masalah Sosial dan Generasi, tinggal di HSS, Kalimantan Selatan
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!