Jum'at, 14 Jumadil Awwal 1446 H / 5 April 2019 22:04 wib
5.004 views
Waspadai China
Oleh: M Rizal Fadillah
Rencana penandatanganan Proyek One Belt One Road China dengan Indonesia bulan April depan perlu dipertimbangkan kembali.
Tahap pertama untuk proyek di Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Bali cukup rawan dilihat aspek geo strategis dan geo politis bangsa Indonesia di tengah serbuan Tenaga Kerja Asing asal China.
Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan sangat bersemangat untuk suksesnya program yang dicanangkan sebagai kepentingan global Pemerintah China tersebut. Telah ada pembahasan serius dalam Global Maritime Fulcrum Belt and Road Inisiative (GMF-BRI) China.
Ada empat bahaya besar mengancam bangsa Indonesia yang mesti dipertimbangkan dengan kita ikut program "hegemoni" China ini.
Pertama, pembangunan infrastruktur pelabuhan, kereta api, jalan tol atau tenaga listrik seluruhnya menggunakan dana hutang dari China yang berpengaruh terhadap neraca pembayaran sekaligus "pendiktean politik" China atas Indonesia. Pengambilalihan oleh China atas Pelabuhan di Srilanka yang tak mampu membayar hutang adalah pelajaran berharga. Penjajahan melalui hutang adalah modus kolonialisme abad ini.
Kedua, pembangunan infrastruktur berbasis hutang senantiasa bersyarat penggunaan tenaga kerja yang didatangkan langsung dari negara China. Invasi tenaga kerja ini bisa menggoncangkan stabilitas sosial dan politik. Menambah angka pengangguran tenaga kerja dalam negeri.
Bonus demografi yang didengungkan bagi peningkatan kesempatan alokasi angkatan kerja menjadi "waste" dan justru dimanfaatkan oleh tenaga kerja asing China. Belum lagi jika tenaga kerja itu ternyata adalah penyusup tentara. Lebih berbahaya lagi.
Ketiga, pembangunan pelabuhan dan sarana lain di pantai-pantai itu sama saja dengan menyiapkan pangkalan militer bagi pasukan China. Peperangan diawali pendaratan pasukan di pantai. Jalur laut adalah jalan terpenting invasi militer. China memilki angkatan laut yang kuat di dunia yang dikenal dengan "blue water navy". China akan meningkatkan kekuatan laut dengan alasan untuk melindungi kepentingan ekonomi China di jalur sutranya.
Keempat, OBOR China dipastikan meningkatkan ketegangan global yang menyeret negara-negara yang berada di jalur One Belt One Road nya. Amerika dan Sekutunya akan datang dan bersiap mengantisipasi ambisi hegemoni China di bawah kepemimpinan Xi Jinping. Ini artinya Indonesia menjadi area konflik dua kepentingan raksasa China dan Amerika. Ditambah Rusia yang biasa nimbrung.
Dengan tingkat kerawanan tinggi seperti ini, proyek Belt and Road Inisiative (BRI) patut dipertimbangkan kembali. Mudharat masa depan lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang akan didapat.
Di tengah Kota dan Desa yang praktis sektor ekonomi telah didominasi oleh pengusaha besar dan menengah yang bukan pribumi, maka wajar ambisi China untuk menguasai dunia melalui jalur sutra di Indonesia ini untuk diwaspadai.
Jangan tergiur kepentingan pendek yang berbau komisi dan korupsi dari proyek-proyek besar. Pak Luhut masih ingat Meikarta yang dibela habis habisan. Ternyata sarat korupsi.
Luhut Binsar Panjaitan jangan jadi kepanjangan negara Cina dalam menguasai jalur maritim. Fokus saja untuk menjahit kedaulatan negara Republik Indonesia yang mulai dicabik-cabik. Siapapun tidak boleh menjahit dan membantu pengibaran bendera merah bintang lima di Indonesia. Nasionalisme para pemimpin negara nampaknya mesti ditatar kembali.
Catatan terpenting bangsa saat ini adalah Pemerintah baru 2019 tak boleh melanjutkan kebijakan berbahaya ini. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!