Jum'at, 14 Jumadil Awwal 1446 H / 5 April 2019 20:41 wib
5.492 views
Melawan Bayangan Sendiri
Oleh: M Rizal Fadillah
"Ingat ingat sekali lagi, akan saya lawan" begitu pekik Jokowi di Yogyakarta. Setelah sampaikan kalimat 4,5 tahun diam dihina, difitnah, dan direndah rendahkan. Tentu itu pidato di depan pendukung. Hak Jokowi untuk bertekad dan bersikap. Berasumsi bahkan berhalusinasi pun sah-sah saja. Ada kebebasan berpendapat dan berkeyakinan di negeri berkonstitusi ini.
Hanya ada yang mempertanyakan mau melawan siapa ? Kontestan pesaing, partai lawan, netizen, atau rakyat ? Memang tak jelas. Lalu dengan cara apa melawannya apakah dengan fitnah tandingan, menghina yang lebih menyakitkan, dengan "tabok" atau hoaks intensif ? Yang benar seharusnya ya jalur hukum jika Bapak Presiden menghargai hukum. Kalau tidak menghormati, maka hukum rimba yang berlaku. Indonesia maju menjadi mundur. Mungkin menjadi maju mundur maju mundur seperti undur-undur.
Rasanya 4,5 tahun Bapak Presiden tidak diam. Bukankah semangat sekali berbuat hinggap diulang-ulang kerja, kerja, dan kerja. Infrastruktur juga dibangga banggakan. Jadi tidak diam kok. Konon kerja adalah perlawanan. Nah kalau sekarang menyebut 4,5 tahun ternyata diam, maka rakyat bersyukur telah diberi tahu yang sebenarnya. Sayang juga sih jika pekerjaan yang melelahkan hilang begitu saja oleh sikap emosi dengan "melawan".
Introspeksi juga lebih baik. Tak mungkin orang menghina jika tak terbuka ruang berbuat hina. Tak mungkin pula orang memfitnah jika kita diam dan tak mengklarifikasi. Tak mungkin pula masyarakat merendah-rendahkan jika pekerjaan kita mulia, agung, mendahulukan kepentingan rakyat ketimbang diri atau kelompok.
Bagusnya sadari kelemahan, minta maaf pada publik, baru do'a dan minta restu untuk maju kembali. Mungkin rakyat memaafkan dan memberi kepercayaan kembali. Tapi dengan sikap sok bersih, sok sederhana, tak ada kelemahan, merasa korban finah ini dan itu, yang tentu sebagian besar rakyat tidak simpati.
Pekik lawan, hakekatnya melawan diri sendiri. Musuh utama Bapak Presiden bukan Pak Prabowo, tapi bayangan sendiri. Jika Jokowi bagus dalam memimpin tentu rakyat semua rela dipimpin lagi.
Tak ada pekik Prabowo di tempat kampanye pasangan nol satu. Tak perlu dibayar rakyat untuk datang dan tak perlu pencitraan-pencitraan segala. Cuma bikin mual. Dengan tampil apa adanya rakyat akan mendukung.
Tapi fakta berbicara lain. Inilah yang mesti diintrospeksi. Bangun sifat malu. Anda memang tidak mampu Pak Presiden. Tidak mampu.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!