Home | Redaksi | Advertisement | Kirim Naskah | Pedoman Pemberitaan Media Siber
Facebook RSS
4.934 views

Gaji BPIP, Sudahkah Pancasilais?

Oleh: Rizky D. Iswari (Pengajar dan Aktivis Mahasiswa)

Sejak di terbitkannya Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2018 tentang Hak Keuangan dan Fasilitas Lainnya bagi Pimpinan, Pejabat, dan Pegawai Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) pada 23 Mei lalu, banyak bermunculan tanggapan negatif dari masyarakat.

Pasalnya, gaji pemimpin BPIP yang dipegang oleh Megawati Soekarnoputri, yang diputuskan dalam Perpres tersebut sangat fantastis, yaitu Rp 112.548.000 per bulan.

Sementara itu, jajaran Anggota Dewan Pengarah yang berjumlah delapan orang, masing-masing mendapatkan Rp 100.811.000 per bulan. (kompas.com)

Polemik gaji tersebut menurut beberapa tokoh dianggap sudah sesuai dengan kinerja BPIP. Wapres Jusuf Kalla menyatakan bahwa gaji BPIP terlihat lebih besar karena gaji pokok dan tunjangannya langsung digabung menjadi satu, di mana jumlah tersebut sudah mencakup biaya transportasi, rumah, komunikasi, dll.

Di sisi lain, menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Asman Abnur, menyatakan bahwa gaji itu sudah sesuai dengan beban kinerjanya yang tergolong berat karena menyangkut masalah ideologi negara, dasar negara, dan hal itu adalah perkara yang sangat substantif sekali. (kompas.com).

Jika dilihat lebih lanjut, tugas BPIP dijelaskan dalam Perpres No 7 tahun 2018 pada pasal 3 dan 4. Beberapa diantaranya yang penting untuk disoroti karena berkaitan dengan beban kinerja dan gaji yaitu:

BPIP mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan arah kebijakan pembinaan ideologi Pancasila, melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembinaan ideologi Pancasila secara menyeluruh dan berkelanjutan, dan melaksanakan penyusunan standardisasi pendidikan dan pelatihan, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan...”.

Inilah yang kemudian dijadikan acuan ‘beratnya’ tugas BPIP yang layak mendapatkan gaji yang besar pula. Padahal, jika melihat tugas lembaga tersebut, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan tugas yang diemban oleh seorang guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di sekolah-sekolah formal.

Dalam susunan kurikulumnya, tidak diragukan lagi bahwa mereka pun juga turut menjaga ideologi pancasila dengan berkontribusi memberikan pembinaan dan pemahaman kepada para peserta didik. Hanya saja kemudian, gaji yang diterima oleh guru dengan yang didapatkan oleh pegawai BPIP sangatlah jauh berbeda.

Dengan demikian, jelaslah bahwa gaji pegawai BPIP yang sangat fantastis di tengah-tengah kondisi ekonomi Indonesia yang carut marut sangat tidak etis. Masih banyakanya rakyat yang hidup di bawah garis kemiskinan, menumpuknya hutang luar negeri, polemik THR, rendahnya gaji guru dan lain sebagainya menunjukkan bukti bahwa pemerintah terkesan lebih mementingkan kepentingan pejabat dibandingkan kesejahteraan rakyat kecil.

Jikalau BPIP adalah lembaga yang bertugas menjalankan nilai-nilai dari pancasila, maka hal ini justru tidak mencerminkan hal tersebut. Sila ke-5 yang menyatakan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia, nyatanya tercoreng dengan adanya kasus ini. Maka patut dipertanyakan kembali, sudah pancasilais kah gaji BPIP?

Pernyataan menarik yang disampaikan oleh Koordinator Aliansi Lembaga Analisis Kebijakan dan Anggaran (Alaska) Adri Zulpianto, yang menyatakan bahwa pemerintah saat ini selalu tidak sanggup membebani anngaran kepentingan dan keperluan rakyat setiap tahunnya tetapi, besarnya anggaran negara malah selalu ada untuk para pejabat di kepemerintahan (politik.rmol.co).

Memang hal itu terbukti, dicabutnya subsidi BBM, subsidi listrik, penambahn utang luar negeri menjadi contoh nyata penambahan beban rakyat. Inikah yang disebut bahwa pemerintah dan lembaga BPIP yang dibentuk itu sudah mencerminakan pancasilais?

Betapapun kuat mereka mengklaim dirinya sebagai pancasilais nomer satu namun fakta menunjukkan sebaliknya. Dengan jelas yang terjadi di negeri ini, keadilan bagi seluruh rakyat belum tercapai, kesejahteraan sosial juga masih belum terlihat, kemanusiaan yang adil dan beradab pun semakin samar.

Para pemimpin dan pejabat negeri ini masih jauh dari nilai-nilai pancasila itu sendiri. Kurangnya ketakwaan, rasa keadilan dan tanggung jawab nya sebagai pengurus urusan umat, menjadikan umat makin hidup sengsara sementara para penguasa semakin sejahtera. Inilah bedanya dalam sistem yang diatur oleh wahyu Tuhan. Sistem yang berlandasakan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang sudah jelas teruji kebenaran dan mampu membawa kesejahteraan.

Dalam naungan sistem islam, maka syarat utama dari seorang pemimpin adalah ia seorang muslim yang adil dan mampu dalam mengemban tugasnya, dan pastinya adalah orang yang mampu memimpin dengan dasar takwa. Bahwa kewajiban sebagai seorang pemimpin adalah kewajiban yang mulia dan nantinya akan dimintai pertanggungjwaban oleh Allah swt.

Dengan landasan kepemimpinan itulah keadilan bagi masyarakat dapat terwujud karena penguasa tidak lagi memimpin dengan asas manfaat melainkan asas ketakwaan.

Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!

Citizens Jurnalism lainnya:

+Pasang iklan

Gamis Syari Murah Terbaru Original

FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id

Cari Obat Herbal Murah & Berkualitas?

Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com

Dicari, Reseller & Dropshipper Tas Online

Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com

NABAWI HERBA

Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%. Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Innalillahi..!! Ustadzah Pesantren Tahfizh Kecelakaan, Kepala Gegar Otak Koma 5 Hari

Ustadzah Salma Khoirunnisa, salah satu pengajar di Pesantren Tahfizul Quran Darul Arqom Sukoharjo mengalami kecelakaan. Kondisinya masih belum sadar, dan sempat koma selama 5 hari karena diperkirakan...

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Tutup Tahun Dengan Bakti Sosial Kesehatan di Pelosok Negeri

Diawali dengan berniat karena Allah, berperan aktif menebarkan amal sholeh dan turut serta membantu pemerintah memberikan kemudahan kepada umat mendapatkan pelayanan kesehatan, maka Ulurtangan...

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Ayah Wafat, Ibu Cacat, Bayu Anak Yatim Ingin Terus Bersekolah

Rafli Bayu Aryanto (11) anak yatim asal Weru, Sukoharjo ini membutuhkan biaya masuk sekolah tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Namun kondisi ibu Wiyati (44) yang cacat kaki tak mampu untuk...

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Program Sedekah Barang Ulurtangan Sukses Menyebarkan Kasih dan Berkah Bagi Muallaf di Kampung Pupunjul

Alhamdulillah, pada Sabtu, (18/11/2023), Yayasan Ulurtangan.com dengan penuh rasa syukur berhasil melaksanakan program Sedekah Barangku sebagai wujud nyata kepedulian terhadap sesama umat Islam....

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Merengek Kesakitan, Bayi Arga Muhammad Tak Kuat Perutnya Terus Membesar. Yuk Bantu..!!

Sungguh miris kondisi Arga Muhammad Akbar (2) anak kedua pasangan Misran dan Sudarti ini, sudah sebulan ini perutnya terus membesar bagai balon yang mau meletus. Keluarganya butuh biaya berobat...

Latest News

MUI

Sedekah Al Quran

Sedekah Air untuk Pondok Pesantren

Must Read!
X