Rabu, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 23 Mei 2018 15:32 wib
6.132 views
Adil Menilai Social Experiment Peluk Pria Berjenggot & Wanita Bercadar
Teror bom siapa pun pelakunya apakah teroris beneran atau teroris jadi-jadian endingnya sama aja: menebar ketakutan dan menciptakan islamophobia dimana-mana. Orang jadi takut dengan jenggot dan cadar dan semua yang berbau Islam.
Social experiment yang digagas sebagian orang, saya gak kenal siapa mereka dan gak wajib kenal bertujuan mencounter efek negatif dari bom ini.
Beberapa orang berdiri dipinggir jalan ada laki ada perempuan lengkap dengan cadar untuk yang perempuan, dan jenggot bagi yang laki. Sambil membawa spanduk bertuliskan "kalau kamu merasa aman peluk saya" mereka menunggu orang yang melintas. Kemudian beberapa orang yang lewat, laki dan perempuan bergantian memeluk mereka. Laki memeluk laki, perempuan memeluk perempuan. Ada yang salah?!
Yang ada mereka menangis, yang melihat pun terharu. Dan aksi ini akhirnya viral dimana-mana. Sampai-sampai bukan cuma muslim, non muslim dan bahkan polisi juga terlibat dan ikut menshare karena sepakat bahwa pesan yang dibawa kebaikan.
Serupa dengan aksi ini adalah aksi seorang ustadz yang menampilkan ketiga istrinya duduk berdampingan menunjukkan kedamaian hidup poligami. Beliau dan tentu kawan-kawan beliau ingin menunjukkan kepada publik tidak ada yang salah pada syariat poligami sebagaimana kecaman orang-orang liberal dan kaum feminis yang selalu menjelek-jelekkan syariat yang suci ini. Dengan aksi ini akhirnya orang-orang pun tahu bahwa tidak semua pelaku poligami itu dzalim dan buruk. Bahkan tidak sedikit keluarga poligami yang justru hidupnya jauh lebih tentram daripada banyak keluarga monogami.
Aksi-aksi kebaikan seperti ini sebaiknya diapresiasi bukan dicemooh, didukung bukan dihina. Adapun kekurangan yang terjadi hendaknya seseorang saling memaafkan bukan membesar-besarkan. Tidak ada yang bilang ustadz pelaku poligami tersebut telah memajang-majang istrinya, menjadikannya etalase serta cemoohan lainnya. Atau mengatakan ini cara-cara haraki!! Lalu kenapa kita tidak berpikir positif saat orang lain mengupayakan kebaikan yang sama?! Apa sudah sebegitu akut sudut pandang kita sehingga kebaikan tertolak kecuali dari kelompok kita saja?! Semoga tidak ya...
Yuk ah kita berbenah. Ada tauhid yang lebih urgent untuk dibenahi!
Ust. Jafar Salih
(Murid Syaikh Muqbil Al Wadi'i, tahun 2001)
*Disadur dari FaceBook Dede Nur
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!