Selasa, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 22 Mei 2018 10:41 wib
4.928 views
Waspada Budaya Boros pada Bulan Ramadhan
Oleh:
Asma Ridha, Member Revowriter Aceh
DALAM menjalankan ibadah puasa, menu bukaan apa yang belum dipersiapkan? Emm.. Pastinya masih menyimpan banyak keinginan dan banyak persiapan menjelang santapan berbuka.
Dan biasanya khas kita di Indonesia menyiapkan takjil kolak merupakan menu wajib bagi sebagian masyarakat. Tidak hanya kolak, di mejapun tersedia sop buah, cemilan gorengan, belum lagi hidangan berat nasi dengan sayur mayur dan lauk-pauknya. Serasa penuh energi hendak menyantap semua hidangan pada saat siang hari. Dan ketika tiba saatnya berbuka puasa, apa yang terjadi? Bahkan ada hidangan yang sedikitpun tidak tersentuh.
Demikianlah euforia kita saat berbuka. Disatu sisi inilah nikmat bagi orang yang melaksanakan puasa salah satunya adalah ketika berbuka. Namun di sisi lain, kita menganggap ibadah puasa harus diganjar dengan aneka makanan istimewa setelah seharian penuh menahan lapar dan dahaga. Saat berbuka puasa dan makan sahur, meja makan kita akan dipenuhi dengan aneka makanan dan minuman yang tidak biasa disajikan di hari biasa. Tak jarang malah terkadang sangat berlebihan dan terlalu diada-adakan. Alhasil anggaran belanja pun meningkat drastis.
Padahal perintah puasa mengajarkan kesederhanaan. Namun realitanya justru sebaliknya. Maka bijaklah dalam memenuhi setiap keinginan. Tidak salah jika ingin menyediakan makanan berbuka dengan sajian istimewa. Namun waspadalah ketika menyedikan sajian hidangan agar tidak ada yang mubadzir dan jatuh pada sifat tercela. Demimikian pula ketika menyambut Idul Fitri.
Allah SWT sudah mengingatkan, "Hai anak Adam, pakailah pakaian kalian yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS al-A’raaf: 31).
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا
”Sesungguhnya orang yang mubazir itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhan.” (Surah al-Isra’, ayat 27).
Agar tidak terjebak pada budaya boros dan mubadzir, hal-hal berikut mungkin bisa menjadi solusinya :
1. Bersahaja dan sederhana memgikuti pola berbuka puasa Rasulullah SAW
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
إذا كان أحدكم صائما فليفطر على التمر فإن لم يجد التمر فعلى الماء فإنالماء طهور
Apabila diantara kalian berpuasa, berbukalah dengan kurma, jika tidak ada kurma, maka berbukalah dengan air, sebab air itu suci” (HR. Al-Baihaqi).
Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Miqdad bin Ma’di Karib radhiyallahu anhu, Ia berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu alami wasallam bersabda, “ Tiada tempat paling buruk selain perut yang diisi oleh manusia. Cukuplah bagi manusia beberapa suapan sekedar untuk menegakkan tulang iganya. Jika dia mengisi perutnya, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya, dan sepertiga untuk pernapasan (udara)nya.” (HR. Ath-Thabrani dan Ibnu Abi AD-Dunya)
2. Jangan berlebih-lebihan dalam berbuka dan boros berbelanja
Selain tidak sejalan dengan Sunnah Rasulullah, perilaku boros justru mengantar seorang muslim jatuh ke dalam dosa berikutnya, yaitu boros dan berlebih lebihan (tabzir).Dalam riwayat lain beliau memberi nasihat,
"Sesungguhnya Allah menghalalkan makan dan minum sepanjang tidak mengandung unsur kesombongan dan berlebih-lebihan di dalamnya. (Tafsir Ibnu Katsir Al-araf : 31)"
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata bahwa yang dimaksud boros ada dua pendapat di kalangan para ulama:
1. Boros berarti menginfakkan harta bukan pada jalan yang benar. Ini dapat kita lihat dalam perkataan para pakar tafsir yang telah disebutkan di atas.
2. Boros berarti penyalahgunaan dan bentuk membuang-buang harta. Abu ‘Ubaidah berkata, “Mubadzdzir (orang yang boros) adalah orang yang menyalah-gunakan, merusak dan menghambur-hamburkan harta.” (Lihat Zaadul Masiir, V/ 27-28).
3. Budaya berbagi
Ramadhan adalah mengajarkan hidup berbagi. Marasakan lapar dan dahaga sekaligus berbagi setiap kelebihan rezeki. Maka Rasulullah SAW mengingatkan kita betapa mulianya pola hidup berbagi.
"Barang siapa yang memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu” (Shohih Nasa’i dan Tirmidzi).
Semoga ramadhan ini, justru membentuk karakter pribadi sederhana dan bersahaja. Ingatlah, saudara-saudara kita yang fakir dan miskin justru hanya memakan nasi akik saja sudah sangat bahagia. Belum lagi saudara kita di Palestina, dan wilayah konflik lainnya.
Bisa jadi mereka berbuka hanya dengan cucuran darah. Sementara kita, dengan mudahnya menjadi manusia yang menghambur-hamburkan harta dan mubadzir dalam segala hal. Budaya pamer di sosmed yang semakin mengental telah menggerus jiwa budaya berbagi.*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!