Selasa, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 13 Maret 2018 23:51 wib
4.829 views
Penangkapan The Family MCA, Bagian dari Media Framing
Sahabat VOA-Islam...
Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Sodik Mudjahid, merasa prihatin dengan kembali adanya kelompok yang menyebarkan ujaran kebencian di media sosial.
Kali ini, The Family MCA (Muslim Cyber Army), kelompok penyebar ujaran kebencian berhasil diungkap Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri. Sindikat tersebut tergabung dalam sebuah grup WhatsApp untuk menggerakkan aksinya (okezone.com).
Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet) menduga ada dalang atau aktor yang sengaja membentuk kelompok family Muslim Cyber Army (MCA) untuk menebarkan isu-isu provokatif. Bamsoet pun meminta jajaran Polri untuk mengungkap dalang dibalik kelompok family MCA.
"Demi terjaganya ketentraman dan ketertiban umum, penegak hukum harus bertindak tegas terhadap anggota family MCA dan siapa saja yang mengorganisir kelompok ini," kata Bamsoet saat dikonfirmasi Okezone, Kamis 1 Maret 2018.
Wakil Ketua Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) Novel Bamu'min membantah, Muslim Cyber Army (MCA) sebagai kelompok penyebar hoaks. Novel pun mempertanyakan para admin MCA yang ditangkap Bareskrim Polri.
"Nah, yang ditangkap itu harus diselidiki MCA asli atau palsu bentukan dari penguasa. Sebab, MCA asli melawan hoaks dan berakhlak, bukan malah bikin hoaks," kata Novel, (republika.co.id).
Gerakan Kolektif
Bila kita cermati pemberitaan tentang penangkapan admin MCA, setidaknya bisa kita nilai, terdapat ketakutan yang luar biasa dari para pengusung islampobia. Ketakutan ini, memang sudah terlihat, ketika ada gelombang aksi besar-besaran yang dilakukan umat Islam. Satu hal yang ditakutkan oleh pengusung Islampobia ini adalah kebangkitan umat Islam.
Ketika umat bersatu, tanpa melihat status organisasi, kemudian mereka bergabung menyerukan amar makruf pada penguasa yang ada, inilah yang disebut gerakan kolektif. Gerakan kolektif ini lahir dari kehidupan yang tidak memberi kesenangan dan masyarakat sudah cukup "gerah" dengan berbagai peristiwa yang menimpa mereka.
Pada kasus penangkapan MCA, yang bisa jadi yang tertangkap adalah MCA buatan penguasa, hanya untuk memperburuk citra MCA sesungguhnya. Karena kita tahu, aksi 212 lahir berkat andil MCA yang sesungguhnya. Dikatakan Novel, bahwa MCA yang asli adalah MCA yang hanya menggugah konten yang bisa dipertanggungjawabkan dan berbentuk komunitas. MCA yang asli adalah tidak memiliki struktur dan organisasi, tapi merupakan gerakan yang murni untuk kebangkitan umat Islam.
Waspadai Media Framing
Sudah jelas bahwa suara umat Islam saat ini semakin kritis. Kekritisan umat Islam, sangat ditakuti oleh penguasa yang notabene antek kapitalis. Karena itu, dibentuklah media framing, yang tidak menyalahi fakta, namun membelokkan berita secara halus, sesuai pesanan yang diinginkan. MCA yang kita kenal selama ini pemberitaannya selalu bisa dipertanggungjawabkan, dibuat fakta bohong, lalu akhirnya di buatlah media framing sesuai keinginan 'pemesannya'.
Peristiwa yang terjadi, haruslah dikaji dengan pemikiran yang mendalam. Umat Islam, janganlah mudah terprovokasi berita, tanpa melihat peristiwa sebelumnya, kaitan antar peristiwa dan sebab-sebab peristiwa itu terjadi. Sehingga tidak terjebak berbagai framing media saat ini. Wallohua'lam. [syahid/voa-islam.com]
Kiriman Ummu Caliph
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!