Rabu, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 24 Januari 2018 18:59 wib
6.509 views
Ketika Kaum Muslimin Terbingkai Satu Perasaan Dan Satu Pemikiran
Sahabat VOA-Islam...
“Dahulu, kaum muslimin merupakan umat yang satu, Negara yang satu, dan khilafah yang satu” (Syaikh Atha Bin Khalil Abu Ar Rasythah). Kaum muslimin saat itu di bingkai dalam satu perasaan, satu pemikiran dan satu peraturan. Sehingga ketika seorang muslimah berteriak minta tolong karena peristiwa pelecehan yang di lakukan pasukan romawi di Amuria.
Maka Khalifah Al Mu’tashim Billah yang berkedudukan di Bagdad, mengirimkan pasukan tempurnya. Dimana pasukan yang berada digaris depan telah sampai di Amuria dan pasukan yang berada di garis belakang masih berkumpul di halaman tempat tinggalnya khalifah.
Karena satu perasaan dan satu pemikiran pula, tujuh juta kaum muslimin mengawal satu peraturan dari Allah SWT untuk di tegakkan yaitu larangan mengambil orang – orang kafir sebagai pemimpin.
Bila milyaran kaum muslimin terbingkai dalam satu perasaan, satu pemikiran untuk menegakkan semua peraturan dari Allah SWT, tentunya takkan ada genosida, tak ada perampasan wilayah, takkan pernah terjadi perampokan sumber daya alam. Serta kehormatan yang terkoyak, kelaparan yang melanda,tentunya tak pernah di alami.
Sejarah telah membuktikannya. Kurang dari 200 tindak kriminal yang pernah terjadi, selama 13 abad lebih ketika peraturan Allah SWT diterapkan secara menyeluruh. Itu hanya terjadi di masa khilafah.
Zaman now, khilafah menjadi polemik. Padahal Hanzhalah bin Shaifi al Katib pernah berkata “ Aku heran dengan apa yang diobrolkan manusia. Mereka ingin khilafah lenyap, padahal jika khilafah lenyap kebaikan dari merekapun lenyap, setelah itu mereka akan hina dina”.
Ini adalah tentang persatuan kaum muslimin yang tercabik- cabik di peristiwa kelam itu, 3 maret 1924. Kini kisahnya hanya menjadi negara – negara kecil yang saling acuh, cuek bebek karena dibelenggu nasionalisme (ashobiyah). Sehingga dari ujung timur hingga ujung barat, banyak terjadi fitnah pada kaum muslimin.
Fitnah terhadap kaum muslimin, berupa penindasan, kedzaliman, dihalang – halangi dari jalan menjalankan syariat. Penyebabnya adalah keengganan kaum muslimin untuk bersatu. Tidak mau saling melindungi dan menguatkan. Ogah saling tolong menolong. Dan fitnah ini tidak akan hilang sampai umat islam kembali kepada jihad.
Untuk itu, mewujudkan persatuan dan tolong menolong dalam ketaqwaan untuk mengembalikan kemuliaan islam adalah suatu kewajiban. Upaya mengembalikan kemuliaan islam yakni dengan menolong agama Allah, melalui dakwah yang menyeru kepada jalan-Nya dan berjihad dijalan-Nya.
Allah SWT berjanji dalam firmanNya “ Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang – orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh (itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an . Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar” (TQS At Taubah (9) : 111).
Dari Abu Abdirrahman Al Hubuli dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda kepadanya “ Wahai Abu Sa’id, barang siapa ridla Allah sebagai Rabbnya, islam sebagai agamanya, dan Muhammad sebagai Nabinya, maka ia pasti masuk surga”. Abu Sa’id takjum seraya berkata “ Wahai Rasulullah, sudikah anda mengulanginya lagi untukku?” Beliaupun mengulanginya, kemudian beliau melanjutkannya “ Dan ada satu amalan yang dengannya seorang hamba akan di angkat derajatnya di surga sebanyak seratus derajat, antara derajat satu dengan derajat yang lain seperti jarak antara langit dan bumi”. Abu Sa’id berkata “ Amalan apakah itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab “ Jihad di jalan Allah, jihad di jalan Allah” (HR Muslim).
Ini tentunya tentang persatuan. “ Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lainnya. Tidak boleh mendzoliminya dan tidak boleh pula menyerahkan kepada orang yang hendak menyakitinya. Barang siapa yang memperhatikan kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kebutuhannya. Barang siapa yang melapangkan kesulitan seorang muslim, niscaya Allah akan melapangkan kesulitan – kesulitannya di hari kiamat. Dan barang siapa menutupi kesalahan seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi kesalahannya kelak di hari kiamat” (HR Bukhari no 2442, Muslim no 2580, Ahmad no 5646, Abu Dawud no 4893, At – Tirmidzi no 1426, dari Abdullah bin Umar, r.a).
Hanya keimanan kepada Allah-lah yang dapat mempersatukan kaum muslimin. “Iman yang kuat, yang didalamnya tidak terbetik keraguan sedikitpun. Bahkan tidak memberi ruang munculnya jalan – jalan yang dapat meragukan. Setitik keraguan akan mendorong kepada suatu kegagalan, menyebabkan kekufuran dan pembangkangan” (Syaikh Taqiyuddin An Nabhani).
Kaum muslimin bukan seperti air yang selalu berubah bentuknya berdasarkan tempat yang menampungnya. Kaum muslimin tidak selabil air yang selalu berkamuflase pada wadahnya. Kaum muslimin adalah air yang dididihkan api kebenaran islam diatas tungku keimanan. Air yang bergejolak mendorong kaum muslimin untuk mengembalikan kemulian islam. Sehingga al quds terbebaskan dari kedzoliman para imperialis. Tidak dengan cara pembagian wilayah, atau menghijrahkan penduduknya.
Pembebasan al quds adalah dengan keimanan. Keimanan bahwa Allah telah menetapkan al Quds sebagai tanah milik kaum muslimin. Keimanan terhadap perintah jihad untuk melindungi tanah kaum muslimin. Pembebasan al Quds, bukan dengan jalan menghijrahkan penduduknya, namun mendatangkan kaum muslimin sebagai saudaranya untuk melindunginya, melapangkan kesulitannya, membebaskannya dari predator imperialis dan sekaligus mengusirnya. Dihinakannya al Quds, maka terhinakan juga kaum muslimin. .
Pada riwayat dahulu kala, dengan keimanan, 3ribu pasukan kaum muslim membebaskan al Quds dengan melawan 200ribu pasukan romawi. Dengan keimanan, konstantinopel ditaklukan kaum muslimin dengan memindahkan kapal perangnya melewati bukit. Dan kini, dengan keimanan, al Quds, Yaman, Suriah, Rohingnya, dan yang lainnya di bebaskan kaum muslimin dibawah naungan satu kepemimpinan umum.
Bagaimanapun beratnya problematika yang dihadapi kaum muslimin. Seberapa banyakpun energy yang di perlukan kaum muslimin untuk satu perubahan. Namun dengan persatuan yang dibingkai dalam satu perasaan dan satu pemikiran, akan meringankan kaum muslimin dalam upaya mewujudkan tegaknya islam. Dengan tegaknya islam, nyawa manusia akan terjaga. Demikian juga dengan akidah, harta, akal, keturunan, kewibawaan dan Negara.
Maka tolong menolong untuk menegakkan islam adalah bentuk tolong menolong yang sangat mulia. Allah SWT berfirman “ Hai orang – orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu da meneguhkan kedudukanmu” (TQS Muhammad (47) : 7). Wallah a’lam bi ash shawab. [syahid/voa-islam.com]
Kiriman Dedah Kuslinah, ST
Jalan Tabrani Achmad Komplek Duta Mas Blok A no 1Pontianak
Kalimantan Barat
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!