Rabu, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 27 Desember 2017 08:55 wib
3.668 views
Janji Balfour dan Janji Rasulullah Bagi Tanah yang Disucikan
Oleh: Ashaima Va
Seabad lalu seorang Menlu Inggris, Sir Arthur Balfour mengeluarkan dokumen setebal 67 halaman yang berisi dukungan Inggris agar warga Yahudi memiliki tanah sendiri di Palestina. Seratus tahun berlalu, Janji yang mengerikan telah dibuat. Janji yang membuat ribuan muslim Palestina terusir dari tanahnya sendiri, menjadi pengungsi lalu dibantai.
Menlu Inggris Boris Johnson mendukung apa yang telah dilakukan pendahulu mereka dalam membuka akses bagi berdirinya negara Israel. "Saya bangga terhadap peran Inggris dalam mendirikan Israel," tulis Johnson dalam harian Telegraph. (Antaranews, 30/10/2017). Bahkan Boris berpendapat jika dua negara--Israel dan Palestina--adalah solusi yang paling pantas bagi perdamaian Timur Tengah.
Deklarasi Balfour bukanlah tindak kezaliman yang terakhir. Setelahnya beruntun kesepakatan-kesepakatan dibuat sampai menyisakan wilayah yang secuil bagi Palestina. Tercatat pada tahun 1922 Kongres AS menyutujui dukungan pendirian Israel di tanah Palestina.
Pada tahun 1948 zionis Israel mendeklarasikan negara Yahudi. Deklarasi yang menyulut kemarahan negeri-negeri Arab. Suriah, Mesir, Yordan, Libanon, dan Irak bersekutu melancarkan perang Arab. Perang yang lucunya semakin memperluas wilayah Israel. Perang yang hanya menyisakan tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur bagi Palestina.
Penyerangan demi penyerangan dilancarkan yahudi dalam mencaplok wilayah-wilayah Palestina. Darah dan air mata senantiasa mengakrabi muslim Palestina. Ketidakadilan yang berjalan beriringan dengan pengkhianatan bertubi menimpa mereka. Salah satunya adalah penyerangan di Shabra dan Shatila. Pekat menangkup saat camp pengungsian di desa Shabra dan Shatila, Libanon, dibombardir oleh pasukan Yahudi. Camp yang berisikan wanita dan anak-anak ini terlumat binasa.
Setiap agresi militer Yahudi selalu berujung pada berkurangnya wilayah Palestina. Sejak Deklarasi Balfour 1917 hingga perjanjian damai Oslo pada tahun 1993 lonjakan penduduk Yahudi mencapai 116.300. Dan pada tahun 2016 jumlah penduduk Yahudi menjadi 420.000 (eramuslim, 17/11/2016). Sungguh invasi yang harus dibayar mahal dengan nyawa dan tangis rakyat Palestina.
Never trust the Jews, sebuah maklumat yang melegenda. Sejak masa nabi-nabi terdahulu, masa Rasulullah, hingga masa kini kaum Yahudi memang tak bisa dipegang omongannya. Setiap kesepakatan berbuah pelanggaran terhadap kesepakatan tersebut. Pada tahun 1949, PBB bersedia mengakui keanggotaan Israel dengan syarat Israel harus menerima resolusi 18 dan 194, yaitu Israel mengakui negara Palestina dan para pengungsi dikembalikan. Resolusi yang tak pernah dipatuhi, tapi tetap pengakuan di PBB mereka peroleh.
Tak hanya itu, sejak tahun 1980, Yahudi mengklaim Yerusalem sebagai wilayah mereka. Padahal dalam US Partition Plan ditetapkan Yerusalem sebagai Corpus Separatum (kota internasional yang tidak boleh diklaim oleh siapapun). Lalu kasus yang mutakhir adalah pengakuan presiden AS Donald Trump terhadap wilayah Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Pidato kenegaraan Trump yang disampaikan di Gedung Putih, Washington DC, pada Rabu siang waktu setempat (6/12) (detikNews 7/12/2017).
Pengakuan yang menuai reaksi keras dari rakyat Palestina dan dunia internasional. Namun Amerika bergeming dengan keputusannya. Kantor Dubesnya akan berpindah dari Tel Aviv menuju Yerusalem.
Sungguh Israel sebenarnya tak sekuat itu. Setiap invasinya mampu dilancarkan karena dukungan Amerika. Tiap resolusi-resolusi PBB selalu dimentahkan oleh veto dari Amerika. Jangan lupakan juga tiap pangkalan militer AS yang ada di negeri-negeri Arab turut memberi ruang bagi bombardir rudal-rudal Israel dan AS ke Palestina.
Sebut saja pangkalan militer AU USA di Dahran, Jeddah (King Abdul Aziz Air Base, King Fahd Air Base), Saudi Arabia; Pangkalan Militer AU USA, Ali Salem Kuwait City di Kuwait; Pangkalan Militer AL USA Divisi V Manama, di Bahrain; Pangkalan Militer AU USA Udeid, di Qatar; Pangkalan Militer AU USA Dhafra, di Uni Emirat Arab; Pangkalan Militer AU USA Al-Mushna, di Oman; Pangkalan Militer AU USA Incirlik Air Base, Izmir Air Base, dll di Turki. Dan masih banyak lagi. (Fokustoday.com 27/07/2017).
Benarlah ungkapan, It is not because of the power of the enemy but it is because the betrayal of "our" leaders. Israel dan AS menang bukan karena kekuatan mereka, mereka menang karena pengkhianatan yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin negeri kaum muslimin. Dengan veto AS yang membayangi tiap kebijakan PBB dan terbukanya perbatasan negeri-negeri tetangga bagi pangkalan militer AS, agaknya masa depan Palestina masih gelap.
Mereka boleh berbangga dengan janji Balfour, tapi hendaknya kaum muslim pun jangan melupakan janji Rasulullah dan kabar gembira dalam hadist riwayat Abu Dawud. Nabi bersabda, "wahai Ibnu Hawalah, jika engkau telah melihat Khilafah menempati tanah yang disucikan (Palestina) maka akan datanglah saatnya banyak gempa, guncangan, fitnah, dan perkara-perkara besar. Saat itu kiamat lebih dekat dari manusia daripada tanganku ini dari kepalamu."
Hanya kepada Allah saja-lah kita berharap, karena sistem khilafah yang menerapkan syariah saja telah terbukti nyata melakukan pembelaan terhadap negeri Islam Palestina. Sebagaimana ketika tokoh Zionis Teodore Herzl meminta tanah Palestina untuk bangsa Yahudi. Ratusan juta poundsterling ditawarkan, belum lagi iming-iming perdirian kapal induk dan universitas. Namun Khalifah Sultan Abdul Hamid II tegas menolaknya. Wallahu a'lam bish-showab. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!