Selasa, 26 Jumadil Awwal 1446 H / 19 Desember 2017 17:10 wib
4.446 views
Islam Moderat: Islam Rahmatalillalamin?
Oleh: Nonik Sumarsih (Mahasiswa Biologi ITS)
Dunia pendidikan memang selalu menjadi alternatif yang sangat efisien dan efektif untuk membentuk pola pemahaman pada peserta didiknya. Sebagaimana dalam konferensi yang diadakan 21-24 Nopember 2017 kapan lalu di Serpong dunia pendidikan secara khusus diharapkan menjadi ujung tombak mengkampanyekan islam moderat.
Ormas islam yang memiliki jaringan sekolah dikumpulkan dan berikrar menyebarkan islam moderat yang rahmatallilalamin untuk mencegah radikalisme melalui dunia pendidikan. Perbincangan mencegah menjalarnya radikalisme memang menjadi tranding topic di dunia pendidikan, terutama wilayah kampus yang disinyalir menjadi angin segar untuk pertumbuhan paham ini.
Hal tersebut pun membuat presiden turun tangan untuk mencegah paham ini agar tidak semakin meluas dikalangan pemuda. Undangan untuk rektor seluruh indonesia pun dilakoni untuk membahas hal ini di Bali September lalu. Adanya polarisasi labeling islam antara islam radikal maupun islam moderat merupakan fenomena menarik untuk dicermati akhir-akhir ini.
Sebagaimana hasil deklarasi Serpong, setidaknya terdapat empat poin tentang Islam Moderat. Namun, dari ke empat poin tersebut islam moderat yang diwacanakan sebagai rahmatallilalamin tampak hanya membahas tentang permasalahan individual dan masyarakat saja tanpa menyentuh permasalahan negara.
Sejatinya agama islam telah sempurna sejak dia turunkan, ajarannya menyeluruh untuk mengatur kehidupan sebagaimana yang kita nyakini. Namun, meskipun ajaran islam ini dinyakini sempurna dan menyeluruh ajarannya tak sedikit dari kalangan umat muslim yang belum tergambar kesempurnaannya? Kenapa?
Sebab aturan islam yang diketahui hanya membahas masalah sholat, puasa, zakat, haji. Walhasil ketika islam berbicara masalah pengelolaan sumber daya alam yang tidak boleh ada swastanisasi, berbicara masalah pergaulan batasan antara laki-laki dan perempuan, masalah politik terdengar layaknya alien yang masuk ke bumi, asing !
Sebagaimana misinya, islam diturunkan untuk menjadi rahmatallilalamin. Menurut Syaikh Taqiyyudin An Nabhani islam diturunkan sebagai rahmat bagi manusia bermakna bahwa rislahnya diturunkan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi mereka dan mencegah kemafasadatan. Namun, tujuan ini tidak akan terwujud apabila aturan islam hanya satu persatu yang diambil.
Layaknya prasmanan yang diambil hanya yang disuka, ajaran islam dipakai ketika untuk mengurusi pernikahan, kelahiran, dan kematian. Islam dicampakkan dari masalah ekonomi, pendidikan, kesehatan, politik. Hukum potong tangan, rajam terlihat menakutkan dan tidak manusiawi sehingga enggan mengambilnya.
Maka wajar islam tak nampak indah karena sebagian dari tubuhnya terpelanting. Bagaimana kita bisa melihat suatu keindahan jika salah satunya tertutupi? Oleh karena itu, islam sebagai rahmatalilalamin akan logis dirasakan ketika islam diterapkan secara menyeluruh. Ketika Islam digunakan sebagai standard kehidupan baik individu, masyarakat ataupun negara.
Jika islam hanya digunakan sebagai simbol, slogan, asksesoris, diambil ajaran spiritualnya saja dan ajaran politiknya ditinggalkan maka yang terwujud adalah sekulerisme. Sekulerisme itu memisahkan agama dari kehidupan akibatnya meskipun percaya adanya tuhan tapi ogah diatur sama aturannya.
Apa jadinya jika manusia itu tidak diatur dengan aturan pencipta? Seperti motor Honda yang diservice dengan cara motor Suzuki, apakah motor Honda itu akan bisa digunakan sebagaimana mestinya? Maka hal logis jawaban tersebut adalah motor Honda itu malfungsi sebab diservice tidak sesuai dengan petunjuk pabriknya.
Pun dengan manusia, dia adalah ciptaan atau bahasa kerenya dia adalah makhluk. Ketika makhluk itu tidak diatur dengan aturan pencipta sebagaimana mestinya, otomatis dia akan rusak. Hal tersebut tidak terkecuali ketika aturan tersebut hanya diambil sebagian-sebagian.
Masih hangat dibenak kita, drama kecelakaan Papa SetNov dengan tiang listrik. Topik tersebut sempat menjadi tranding topic beserta meme (sindiran) diberbagai sosial media beberapa hari. Namun, ditengah yuforia Papa SetNov dan tiang listrik, publik dialihkan dari penjualan beberapa aset negera kepada pihak asing oleh penguasa.
Inilah sebagian kecil kerusakan yang tampak di depan publik. Ketika hukum menjadi tumpul pada orang-orang “tertentu”, ketika hukum memperbolehkan aset negara yang seharusnya dikelola untuk kepentingan rakyat dijual kepada pihak asing. Maka permasalahan yang senada – kasus yang merugikan rakyat – akan berulang dengan berbagai versinya.
Bisakah hal tersebut diselesaikan dengan cara kita berdoa agar diberikan pemimpin yang amanah, dihindarkan dari berbagai kerusakan ? Disinilah pentingnya aturan islam dalam bernegara, menjadikan aturan berasal dari pencipta bukan buatan manusia yang syarat dengan berbagai kepentingan dan monopoli satu sama lain. Hanya mereka yang taat kepada Alloh dan Rasul-Nya yang layak disebut pemimpin.
Taat dalam pengertian mengamalkan seluruh aturan pencipta. Pemimpin yang mengelola sumber daya alam untuk kepentingan rakyat, bukan yang melegalkan swastanisasi dan menjual kepada pihak asing. Jadi bisakah islam rahmatallilalamin itu dicapai dengan menjadikannya sebagai islam moderat? [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!