Senin, 12 Jumadil Awwal 1446 H / 22 Mei 2017 08:39 wib
3.517 views
Sobatku Hanya Simbiosis Mutualisme?
Oleh: Amalidatul Ilmi (Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya)
Rasanya kita masih belum sempat move on dengan permasalahan yang menimpa pemuda negeri ini. Kian hari banyak kasus kriminalitas yang ditimbulkan oleh para pemuda. Pada satu bulan terakhir saja sejumlah kasus kriminalitas yang dilakukan oleh para pemuda menguak di khalayak.
Kepolisian berhasil mengungkap grup pedofilia di Facebook Official Loli Candy’s 18+ pada 9/3. Empat orang admin grup ini (tiga pria [Wawan 27 th, DP alias T-Day 17 th dan DS 24 th] dan satu wanita [HDW 16 th] telah ditangkap. Lalu pada 17/3, Polisi menangkap AAJ (24 th) anggota aktif grup ini. DF mengaku telah mencabuli 11 orang anak sejak 2011-2016 dan Wawan mengaku telah mencabuli dua orang anak (Kompas.com, 17/3/17).
Di Malang, seorang mahasiswi Universitas Brawijaya (UB) jurusan Manajemen Sumber Daya Perairan WA (21) melakukan pembunuhan terhadap bayi yang baru dilahirkannya. Jasad bayi yang ditemukan oleh pemilik kos di tas tersangka berjenis kelamin laki-laki (Tribunnews.com 31/3/17).
Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumsel membekuk bandar narkoba jenis ganja kering lintas provinsi. Tersangka MA (22), tercatat masih aktif sebagai mahasiswa di salah satu universitas ternama di Palembang (Sindonews.com 4/4/17).
Sebelumnya kasus serupa juga telah terjadi. Direktorat Reserse Narkoba Polda Riau menangkap empat orang jaringan narkoba asal Pulau Jawa dengan barang bukti 1 Kg Sabu dan 8.000 butir Ekstasi di Riau. Dari empat orang yang ditangkap, satu orang tercatat mahasiswa salah satu universitas di Tangerang Selatan (Sindonews.com 25/3/17).
Di Balikpapan PM (20) terpaksa mengurungkan niatnya memperoleh gelar sarjana. Mahasiswa di salah satu perguruan tinggi ini justru bergelar sebagai narapidana. Aksi nekatnya menjambret tas seorang perempuan, Rabu (5/4) di kawasan Graha Indah, Kilometer 9, berakhir di sel tahanan Polsek Balikpapan Utara. Ia menjambret karena ingin mempunyai handphone (Radartegal.com 6/4/17).
Pertemanan Ala Kapitalis
Kasus-kasus diatas yang dilakukan oleh sebagian banyak pemuda sangat mungkin merupakan fenomena gunung es. Jumlah kasus sebenarnya bisa jauh lebih besar dari yang terungkap. Kasus kriminalitas tak mengenal siapapun pelakunya. Tindakan tersebut dapat saja dilakukan oleh individu maupun kelompok. Namun, sebagian besar tindakan kasus kriminalitas yang dilakukan oleh para pemuda berawal dari pertemanan.
Berteman atau berkawan adalah kebutuhan. Faktanya tidak ada seorangpun yang bisa hidup tanpa orang lain. Dari sini dikembangkan sebuah teori pertemanan; kita berkawan karena kebutuhan. Karena kita butuh bantuan orang lain, maka kita harus berteman dengan orang lain. Tukang sayur butuh tukang pijit karena badannya pegal-pegal. Lalu tukang pijit juga butuh tukang sayur untuk memasak. Akhirnya mereka pun berkawan.
Namun, haruskah kita berkawan dengan orang lain karena asas kebutuhan? Bahasa kasarnya, kita mencari kawan karena ada kepentingan, ibarat udang di balik batu. Contohnya kasus-kasus yang menimpa para pemuda diatas. Kasus pedofilia banyak menyebar di negeri ini, artinya banyak teman yang menjadi jaringan meluaskan tindakan tersebut. Mahasiswi sampai hamil diluar nikah kan tidak mungkin jika tidak diawali pertemanan yang salah. Kasus narkoba, ternyata juga jaringannya gabungan dengan teman-temannya. Kemudian kasus mahasiswa terpaksa menjambret karena ingin memiliki handphone seperti teman-temannya namun tak kunjung terealisasikan.
Sistem kapitalis saat ini mencetak individu yang hedonis. Dimana kebebasan Fun-Food-Fashion telah tersisipkan dalam setiap benak pemuda, terutama dalam aktivitas pertemanan.
Jika, pembaca sempat menonton film legendaris The Godfather I-III, tergambar jelas bagaimana mengatur pertemanan palsu itu dari Mafioso(kelompok mafia) Italia yang tinggal di AS. Don Corleone (diperankan Marlon Brando) adalah The Godfather, ‘bapak’nya kaum Mafioso di Amrik. Bersama anaknya Michael (diperankan Al Pacino) ia menjalankan bisnis kaum mafia. Tapi nggak semua orang suka sama mereka, sebagian malah berencana menghabisi keluarga Corleone. Don dan putranya Michael bukannya nggak tahu, tapi mereka berdua nggak gampang naik darah. Mereka nggak balas menyerang para musuh dalam selimut itu. Mereka justru memperlakukan setiap musuh dengan baik-baik. “Aku harus lebih dekat lagi dengan musuh-musuhku,” kata Michael Corleone. Sabar banget kan nih orang (Iwan Januar, “Kamukah Sobatku”, (Al-Azhar Fresh Zone: Bogor), 2014 hal 9-10).
Tapi jangan berpikir pertemanan para mafia itu adalah sejati. Mereka kumpul bersama-sama karena ada kepentingan: uang! Mereka menjalankan bisnis yang menghasilkan omset jutaan dolar. Seperti kata orang Indonesia; “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.” Daripada melawan polisi federal satu per satu mendingan keroyokan.
Pada hal inilah kita harus mengkritik habis pikiran kaum kapitalis yang menyebutkan bahwa hubungan pertemanan itu sekedar asas manfaat. Mereka bilang kita butuh orang lain karena manusia hidup harus saling ambil manfaat dari sesama. Nah, ini sudah jelas asas kapitalis. Berteman karena kemanfaatan. Artinya, persahabatan dan perkawanan itu sebatas kebutuhan. Kalau aku nggak butuh aku nggak bakal berkawan lagi dengan orang lain. Maka dengan begitu sangat susah mencari kawan sejati.
Pemuda Cinta Islam
Islam adalah agama yang paling mengerti kita para pemuda. Karena hanya Islam yang sesuai dengan fitrah manusia. Kita manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT, Dzat yang menurunkan Islam sebagai aturan hidup kita. Maka, sudah pasti aturan Islam sesuai dengan kehidupan para pemuda karena Allah SWT paling mengerti tentang diri kita.
Karenanya, dapat dipastikan bagi siapa saja pemuda yang mampu hidup dalam ketaatan kepada Allah SWT dan RasulNya, berarti ia telah menjadi manusia yang seutuhnya. Karena ketaatan itu sejatinya adalah sebuah kebutuhan bagi manusia yang menyandarkan seluruh hidupnya kepada Allah SWT sekaligus menjadi harga mati untuk bisa “enjoy” hidup di dunia. Namanya harga mati, berarti mutlak harus dipilih. Sebagaimana Allah SWT berfirman:
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan lain bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah SWT dan RasulNya, maka sungguh dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.” (TQS. Al-Ahzab:36)
Ketaatan inilah yang akan membuat para pemuda muslim percaya diri dalam menjalani kehidupan yang penuh jebakan dan tipuan yang melenakan. Ketaatan kita pada seluruh aturan Allah SWT akan membuat kita mengerti benar tentang tujuan penciptaan kita di dunia ini. Sehingga kita pun paham betul terhadap apa yang musti dilakukan untuk merealisasikan tujuan tersebut. Tanpa ragu pula untuk menolak segala bujuk rayu syaitan agar mengkhianati Allah SWT Yang Maha Pencipta. Termasuk dalam hal pertemanan atau persahabatan.
Pemuda semacam inilah yang menjadi dambaan setiap orang tua. Ketaatan akan menghantarkan pemuda muslim menjadi “Qurrata A’yun” untuk orang tuanya. Berbekal tekad kuat membaja untuk membahagiakan kedua orang tuanya pemuda yang taat akan mengerahkan segala potensi yang ia miliki untuk menjadi pemuda berprestasi, sukses dunia akhirat, hingga menjadi manusia unggulan yang merupakan asset bagi umat Islam.
Sikap bakti dan taatnya akan sanggup melunturkan bahkan menghilangkan kelelahan, keletihan serta kepenatan yang dirasakan orang tua saat membesarkan dan mendidiknya menjadi seorang yang berguna. Bahkan pemuda yang seperti ini adalah investasi tak ternilai harganya bagi orang tuanya kelak di akhirat. Ketaatan membuat pemuda merasakan manisnya Iman dan Cinta karena Allah SWT yang membuatnya senantiasa merindukan Surga yang bertahtakan seluruh kenikmatan bahkan yang tak pernah terbayangkan oleh mata dan pikiran selama di dunia.
Wahai Pemuda Muslim
Untuk menjadi pemuda yang taat kita tidak hanya membutuhkan kesholihan individu tapi juga kesholihan kolektif di masyarakat bahkan di kehidupan bernegara. Oleh karena itu, penerapan Islam secara kaffah alias sempurna dan menyeluruh dalam segala aspek kehidupan juga harus sama-sama kita perjuangkan.
Ketika hukum Islam dapat diterapkan dalam bingkai Negara Khilafah Islamiyah seperti yang telah dicontohkan oleh baginda Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabat serta umat setelahnya. Maka pemuda Muslim akan menjadi generasi unggul berkualitas karena tidak akan ada lagi virus-virus kebebasan yang merusak pemikiran dan perilaku pemuda.
Dengan penerapan Islam yang sempurna di segala kebijakan yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, Khilafah akan menjadi perisai yang akan melindungi seluruh rakyatnya termasuk para pemuda. Melindungi dari segala macam kerusakan, kedzaliman dan kehancuran dari berbagai dimensi kehidupan. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!