Sabtu, 7 Jumadil Awwal 1446 H / 15 April 2017 06:05 wib
5.612 views
Keberagaman Indonesia. Salah Siapa?
SUARA PEMBACA:
Indonesia memang bukan negara Islam, karena perundang-undangannya tidak bersumber 100 % dari Al-quran dan Sunnah Rasul. Indonesia juga bukan bagian integral kekhilafahan di masa lampau ( di sekolah-sekolah umum khilafah sering di sebut kerajaan Islam), sehingga sejarah islam tidak begitu kentara sebagaimana di negeri-negeri Timur Tengah. Penduduk Indonesia pun tidak semua-nya beragama Islam, bahkan pemimpinnya tidak sedikit yang non Islam. Sangat beragam, sehingga seolah Indonesia tidak bisa di afiliasikan kepada entitas agama atau ras tertentu.
Presiden Indonesia Joko Widodo di dalamnya pidatonya yang diliput oleh salah satu media, kembali mengingatkan.
“keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia adalah aset negara yang harus dijaga. Jangan sampai muncul persoalan di tengah masyarakat yang disebabkan oleh keberagaman tersebut. Saya hanya ingin titip, mumpung di Sumatera utara, ingatkan semua, bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku dan agama,ras. Suku saja ada 714 suku. Negara lain paling satu hingga tiga suku, kita 714,” ujar Jokowi di tugu titik nol pusat Peradaban islam Nusantara, Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara seperti yang disampaikan oleh kepala biro pers media dan informasi sekretariat presiden, Jumat ( 24/3/2017). (Detiknews.com).
Tidak ada yang salah dengan keberagaman Indonesia. Terhadap perbedaan fisik, jenis kelamin, nasab, suku, dan bangsa, manusia dipandang setara, tidak ada yang lebih tinggi atau mulia dari yang lain. Sebab faktanya semua keberagaman tersebut terjadi dalam wilayah yang tidak dikuasai manusia. Adapun terhadap keberagaman dalam kepercayaan, sikap dan perilakunya, manusia tidak dipandang sederajat. Ada yang mulia dan ada yang hina, bergantung pada kadar ketaqwaannya. Jika sebab kemuliaan manusia adalah ketaatanya kepada risalah Allah, dan pembangkangan menjadi sebab kehinaan berarti yang benar adalah risalah Allah.
Sebaliknya semua keyakinan, nilai, gaya hidup, dan sistem kehidupan yang lain adalah salah, sesat dan menyesatkan. Begitulah islam mensikapi keragaman manusia dengan proporsi yang sesuai dengan fitrahnya, karena itulah 1400 tahun islam mampu menjaga kemuliaan manusia, dengan keberagaman yang ada baik ras atau agama, semua keberagaman itu di bawah satu komando seorang khalifah.
Kiriman Puspita Ningtiyas, mahasiswa STIS SBI Surabaya
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!