Kamis, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 9 Februari 2017 21:36 wib
6.835 views
Skenario Pembenturan Massa Itu...
Oleh: Umar Syarifudin (Pengasuh Majelis Taklim Al-Ukhuwah)
"Semakin jelas hukum menjadi subordinasi politik," ujar Fadli melalui akun Twitter @fadlizon, Jumat (20/1/2017).
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini juga menyayangkan dengan cara penanganan aksi demonstrasi. Dia mengingatkan adanya potensi bahaya jika menangani aksi demonstrasi dengan cara membenturkan kelompok massa. "Skenario membenturkan massa dengan massa adalah cara-cara lama, kuno dan berbahaya. Ibarat menciptakan titik api kalau membesar sulit dipadamkan," ucapnya.
(http://nasional.sindonews.com/read/1172637/12/gerindra-prihatin-adanya-skenario-membenturkan-massa-1484899437).
Begitulah Realitasnya… Diam Atau Merubah?
Situasi yang dirasakan umat bahwa gerakan Islam kritis diberikan ruang sempit, budaya premanisme dan anarkisme dipelihara. Dan yang dirasakan elemen umat saat ini dalam kasak-kusuk dan ekspresi terbuka mereka bahwa penguasa yang disebut sebagai “representasi demokrasi“ menetapkan bukti sikapnya yang tidak berpihak pada umat Islam.
Akan tetapi pemerintah akan gagal dalam upayanya menutup pintu kebangkitan politik umat. Tentu tindakan represif tidak akan bisa membungkam sikap kritis masyarakat, dari membuka tabir kejahatan-kejahatan penguasa zalim. Siapapun yang tampil menyerukan tegaknya kebenaran akan terus manjadi suara umat. Gerakan Islam ideologis akan terus melanjutkan perjuangannya berdampingan dengan umat sampai tegaknya Islam.
Begitulah realitasnya, waktu telah menunjukkan bahwa demokrasi mewakili sistem di mana aturan adalah untuk kepentingan orang kaya daripada untuk rakyat biasa. yang perlu disorot adalah bahwa tindakan sewenang-wenang pemimpin terhadap rakyat dengan berbagai kebijakannya. Tak dapat dipungkiri, masyarakat di negara-negara yang mengadopsi kapitalisme dan liberalisme adalah masyarakat yang sakit secara psikologis maupun sosial. Masyarakat kapitalis, sekular dan liberal sedang tenggelam di bawah lautan masalah sosial dan moral. Semuanya disebabkan oleh sistem nilai dan hukum mereka. Penguasa kapitalis juga tengah menderita perilaku hilangnya rasa hormat, perilaku anti-rakyat, dan inferior di hadapan tekanan asing.
Situasi yang dirasakan umat bahwa rakyat menderita kemiskinan meski kekayaan mereka sangat melimpah. Sementara penguasa liberal justru melayani tuan-tuan kapitalis. Pemerintah membuang-buang kekayaan umat dan memberikannya melalui jalur ‘investasi’kepada perusahaan-perusahaan kapitalis asing.
Sistem kapitalisme sekarang ini hanya melindungi kepentingan penjajah dan kelas penguasa saja. Perusahan multinasional dan elit kayalah yang berdaulat dalam demokrasi, bukan rakyat. Bisnis besar membiayai proses pemilihan, membiayai para kandidat dan banyak pihak dalam pertukaran bagi berlakunya hukum yang melayani kepentingan finansial mereka.
Kita melihat bagaimana dalam kondisi krisis multidimensi ini, bisnis multi-triliun terselamatkan oleh pemerintah, sedangkan usaha kecil dan warga negara biasa telah meninggalkan belas kasihan pasar sehingga menderita kehancuran finansial.
Selain itu, di dunia Muslim umumnya, “demokrasi” sering digunakan untuk memberikan udara legitimasi kepada rezim diktator dimana mereka yang disangka melakukan kerusakan terhadap negara dianiaya, dipenjara dan kadang-kadang bahkan dibunuh. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!