Rabu, 25 Jumadil Awwal 1446 H / 11 Januari 2017 11:30 wib
8.733 views
Dinamika Konspirasi dan Propaganda Dunia Terhadap Islam
Oleh: Baramasi Gusti Putra (Mahasiswa STEI SEBI)
Kejahatan dan diskriminasi saat ini kian telah menjadi tontonan publik lokal maupun internasional. Drama – drama berdarah kini bukan lagi menjadi sebuah faktor kecanggungan sosial. Perbedaan ras, suku, agama dan idealisme menjadi nyata sebagai pemicu dari pecahnya konflik – konflik yang terjadi.
Tahun 2015 dan 2016 menjadi gambaran betapa minimnya indikasi kedamaian dunia terhadap Islam. Berbagai bentuk kekejaman dan kekerasan terhadap eksistensi ke-Islaman terjadi di banyak tempat. Dari Timur Tengah, Eropa, bahkan Asia ada jutaan muslim yang ditindas dan terpaksa meninggalkan tanah kelahirannya sendiri karena kepemimpinan yang zalim. Semua seakan menjadi siaran yang dapat dinikmati oleh golongan – golongan pembenci Islam.
Berbagai cara dilakukan oleh pihak – pihak oposisi Islam untuk menghancurkan citra Islam serta untuk meruntuhkan eksistensi ke-Islaman di muka bumi. Seperti yang terjadi di Suriah dimana jutaan orang harus mengungsi karena perang saudara yang kemudian berubah menjadi perang sekterian yang mengatas namakan Islam dan kekhalifaan Islam yang dipimpin kelompok radikal bernama ISIS.
Ketiadaan solusi membuat konflik di suriah memiliki nilai imbas ke seluruh dunia dengan lahirnya Kelompok Koalisi Nasional untuk Revolusi dan Oposisi Suriah. Pada akhirnya semua itu melibatkan negara – negara adidaya di dunia untuk ikut bermain peran politik guna memegang kendali penuh atas kebangkitan Islam di Timur Tengah dan juga menguasai kekayaan alam secara tidak langsung dengan memanfaatkan bantuan dan dukungan perang yang sebenarnya dari situlah kontrak kesepakatan bisnis kedua pihak dimulai.
Timur Tengah memang menjadi wilayah yang dikenal sebagai ladang minyak terbesar di dunia yang menggiurkan bagi sebagian besar bangsa. Namun faktanya adalah bahwa peperangan yang terjadi di dunia bukan hanya sekedar tentang politik minyak. Misteri yang tersimpan di balik itu semua tergambarkan lewat kenyataan bahwa negara – negara adidaya yang menjadi pemain dalam kepentingannya masing – masing saat ini dipimpin oleh sebuah kaum kecil yang terlihat sangat berpengaruh yaitu Yahudi.
Jika dilihat dari prespektif sejarah, bangsa Yahudi memang selalu berusaha menggulingkan eksistensi Islam di ranah global. Bahkan itu semua sudah dimulai sejak runtuhnya kekhalifaan Islam terakhir yaitu khilafah Utsmaniyyah pada tahun 1917. Yahudi terus merancang berbagai strategi dan konspirasi untuk memproklamirkan perang urat saraf dengan menunggangi negara – negara barat guna menghadapi negara – negara yang tidak tunduk kepada mereka seperti Cina, Rusia dan Korea Utara. Bukan cuma itu, Yahudi juga terus mencari cara untuk menguasai perekonomian dunia dan peta politik dunia. Dari situlah mereka mendapat keleluasan untuk mengahancurkan kekuasaan yang dikuasai oleh kaum muslimin.
Tujuan dari berbagai propaganda dan konspirasi kaum Yahudi yang telah di mulai sejak zaman Nabi Musa, Nabi Sulaiman, Nabi Isa dan Nabi Muhammad seakan tidak pernah habis sebelum kaum Yahudi bisa membalik roda kekalahan mereka di akhir zaman nanti dimana kaum munafik, kaum musyrik, murtad dan syi’ah yang didalangi oleh Yahudi akan diberantas oleh kedatangan Imam Mahdi dan Nabi Isa AS.
Dominasi kekuasaan bangsa – bangsa besar yang terlalu berkiblat pada panji – panji barat membuat kenyataan bahwa konflik semakin jauh dari kata solusi. Sikap PBB yang terlalu apatis terhadap permasalahan yang terjadi menciptakan sebuah pertanyaan ‘Dimana peran PBB sebagai afiliasi daripada kedamaian bangsa – bangsa di dunia ?’. Pada akhirnya hanya pihak – pihak yang non-koperatif terhadap barat saja yang menunjukkan keberpihakkannya terhadap esensi keadilan. Kekuatan itu pun belum mampu untuk menyelesaikan General Problem yang saat ini menjadi fokus dari para pihak sayap kanan.
Fakta pahit yang harus diterima umat Islam saat ini seakan teralihkan oleh isu – isu dunia yang berusaha membuat persepsi publik bahwa konflik yang terjadi sekarang tidak lepas dari nilai – nilai kompromi. Padahal kenyataan sekarang sangat tidak mencerminkan adanya indikasi tersebut. Namun minimnya pengetahuan dan informasi telah berhasil menciptakan kondisi dimana akhirnya sebagian besar publik bersikap kurang responsif dalam melihat konflik yang ada. Semua itu tak lepas dari permainan media kulit putih yang ingin menggiring opini publik menjadi terarah kepada pemahaman kaum penindas.
Yang terakhir dari seluruh pembahasan di atas adalah bahwa di tengah kesusahannya, umat Islam menginginkan akan ada pihak yang menjadi pemberi solusi nyata dari konflik yang terjadi. Wajah – wajah kejam yang tertutup oleh drama politik dunia harus segera dibuka dengan perlawanan intelektual. Dan kedamaian baru akan lahir ketika dunia mampu melihat kebenaran pada prespektif realita yang terjadi di masa sekarang. [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!