Selasa, 21 Jumadil Awwal 1446 H / 15 November 2016 16:57 wib
7.749 views
Makar Itu Nyata, Mari Lawan dengan Nyata
Oleh: Aidul Juni El-Nibhanderiy
(Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta dan Aktivis Hizbut Tahrir Indonesia)
Dunia akan diperhadapkan dengan beragam peristiwa besar yang semakin kompleks dalam beberapa tahun ke depan. Kita tahu dunia saat ini masih dalam genggaman barat dengan Ideologi Kapitalismenya. Gambaran peristiwa politik yang melanda seantro dunia sebenarnya cukup dilihat dari sudut kecil peristiwa politik negara-negara kapitalis. Baik kapitalis pelaku (Amerika, Inggris dan sekutunya) maupun kapitalis penderita (Indonesia, India, Malaysia, dan negara berkembang lainnya).
Kekacauan regional dalam negeri yang bersifat nasional merupakan tanggungjawab kebijakan politik International negara-negara maju. Sebagai contoh Pro-kontra utilitas reklamasi teluk jakarta yang terkesan memaksakan sesungguhnya bukan semata pertarungan antara program kerja Pemerintah Daerah DKI Jakarta dengan rakyat. Melainkan kepentingan Politik-Ekonomi International negara-negara maju yang di motori para pengembang (developer). Nampaknya terlalu lugu alasan reklamasi untuk sekedar normalisasi pantai utara yang katanya sangat kotor. Padahal jawaban untuk normalisasi pantai tidak selalu dengan reklamasi.
Di tambah dengan alasan lain yang dibuat-buat. Wajar saja publik curiga dan mempertanyakan. Menggapa harus reklamasi? Dan pilihan pantainya bukan sekedar pantai. Bisa dilihat secara geografis posisi area reklamasi berhubungan langsung dengan jalur perdagangan laut. Pertimbangan kepentingan Ekonomi pemilik kapital dan negara berkepentingan yang ada di belakangnya sudah lebih dulu sadar sebelum rencana reklamasi di mulai. Tidak berlebihan jika Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan Indonesia ibarat gadis cantik yang negara-negara lain tertarik untuk memilikinya.
Negara ini pun sempat gaduh dengan Isu bangkitnya PKI. Sejarah kelam yang oleh tangan tersembunyi (Invisible Hand) sengaja dihidupkan kembali. Spontan masyarakat indonesia sebagai pewaris sejarah dan tumpah darah pejuang terdahulu dengan keras melakukan perlawanan. Dan sekarang Isu tersebut kembali diam. Sulit memahami maksud tersembunyi berkembangnya isu PKI
Negara ini pun sempat gaduh dengan Isu bangkitnya PKI. Sejarah kelam yang oleh tangan tersembunyi (Invisible Hand) sengaja dihidupkan kembali. Spontan masyarakat indonesia sebagai pewaris sejarah dan tumpah darah pejuang terdahulu dengan keras melakukan perlawanan. Dan sekarang Isu tersebut kembali diam. Sulit memahami maksud tersembunyi berkembangnya isu PKI. Banyak yang menilai isu tersebut tidak lebih sebagai pengalihan isu-isu besar dalam negeri. Bisa jadi. Sebab, pemerintah akan melakukan apa pun untuk melindungi posisinya.
Secara pribadi terlalu beresiko untuk melakukannya. Tapi dengan siasat bersama bisa jadi tekanan pihak-pihak berkepentingan seorang pemimpin bisa sangat berani mengambil keputusan yang sangat tidak “Demokratis”, meski harus berhadapan dengan rakyatnya sendiri. Dosa fatal tersebut nampaknya kembali terulang dalam peristiwa bersejarah satu-satunya di negeri ini, “Aksi Damai Bela Islam 411” gelombang massa tercatat lebih kurang 2.5 Juta turun ke jalan menuntut keadilan hukum atas kasus penghinaan al-Qur’an oleh Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Terbukti saat itu Presiden RI Joko Widodo menolak menemui peserta aksi dan lebih memilih meninjau proyek kereta bandara. Walau pada akhirnya beredar berita alasan Jokowi tidak menemui peserta aksi karena macet. Tentu keputusan yang sangat fatal dan alasan yang mengada-ada.
Namun faktanya Jokowi tetap melakukannya, bahkan mencoba memperalat moment sisi sensitif aksi damai yakni kerusuhan yang dipicu oleh provokator dan semakin memperkeruh suasana dengan mengatakan aksi damai yang dilaksanakan ditunggangi aktor politik. Jika saja semata karena pribadi beliau, tidak seberani itu. Ini berarti ada yang menjadikan Jokowi berani atau memaksa jokowi untuk bersikap berani. Ada mulut kedua dari pernyataan Jokowi dan ada tangan kedua (second hand) dari sikap Jokowi. Siapa mereka? There is Something wrong. Meski perlawanan rakyat semakin memuncak, pola permainan semakin jelas terlihat.
Peristiwa besar 411 di pusat Ibu kota, Jakarta jelas memiliki pengaruh di dunia internasional, sekali lagi saya katakan meski peristiwanya bersifat nasional. Terlebih opini tentang Islam sangat dominan dalam aksi tersebut yakni membela al-Qur’an dengan tema yang juga cukup mengusik wacana Liberal yang dikembangkan tokoh Islam didikan barat yakni “Al-Maidah: Menolak Pemimpin Kafir” yang sangat jelas merongrong doktrin politik Demokrasi. Sehingga menjadi alarm yang sangat menakutkan bagi dunia barat. Sebab selama ini kebijakan politik luar negeri dunia barat, khususnya Amerika Serikat sejak awal menghendaki Indonesia berada dipihak Amerika, utamanya dalam krisis timur tengah.
Indonesia salah satu negara yang ingin dijadikan contoh bahwa Amerika bersahabat dengan Islam, tentu untuk menutupi kejahatan kemanusiaan yang telah dilakukannya atas nama war on terrorisme. Sorotan dunia Internasional terhadap muslim indonesia bukanlah hal yang remeh temeh bagi dunia barat. Mengapa saya katakan muslim indonesia? Karena representasi kekuatan real Indonesia ada pada umat Islam. Ini tidak dapat dibantah baik secara historis maupun empiris. Barat menyadari betul jalan utama untuk menguasai Indonesia adalah dengan menaklukan umat Islam. Amerika sebagai pemimpin negara-negara imperialis barat tidak ingin mengambil resiko kerugian yang besar ketika menghadapi perlawanan Jihad Fi Sabilillah umat Islam. Langkah cerdas yang dilakukan adalah meracuni pemikiran umat Islam agar bersifat toleran, mendukung gagasan pluralisme, liberalisme, terorisme dan pro demokrasi.
Karena inilah satu-satunya cara mengambil hati umat Islam agar mau melunak menghadapi penjajahan gaya baru yang dilakukan dunia barat terhadap umat Islam. Selain itu konsekuensi logis dari strategi jajahan ini adalah terpecahnya umat Islam menjadi beberapa kelompok, radikal, moderat dan liberal. Pola lama melemahkan musuh “Politik Belah Bambu” jelas terlihat.
Namun sayangnya. Proyek kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat khususnya terhadap Indonesia harus menghadapi kenyataan pahit bahwa proses pelunakan muslim Indonesia gagal. Muslim Indonesia justru semakin menunjukkan grafik peningkatan ghirah keber-Islam-an yang selama ini dibenci oleh dunia barat. Setidaknya aksi damai bela Islam 411 menunjukkan demikian. Betapa umat Islam dari berbagai kelompok dan status sosial berkumpul dengan semangat yang satu. Serba-serbi aksi ramai seruan-seruan dalam foster seperti: Al-Qur’an Way Of Life, Jihad, Bela Qur’an, Hukum Penista al-Qur’an dan lain-lain. Selain itu kibaran beberapa Bendera Islam “Laa ilaaha illallah muhammadarrasulullah” oleh beberapa peserta turut menghiasi dan memperindah lautan massa aksi.
Simbol Islam yang selama ini dikriminalisasi, namun umat nampaknya mulai sadar dan menerima. Opini yang selama ini digembar-gemborkan untuk memperburuk citra Islam gagal mendapat tempat di hati umat Islam Indonesia. Langkah selanjutnya setelah aksi damai 411 dan rencana lanjutan aksi damai Jilid 3, secara politik pemerintah akan berusaha melakukan re-framing terhadap citra umat Islam dan ajaran Islam lebih keras lagi. Yang jelas dunia barat akan bersikap menghadapi ancaman potensial geliat perkembangan pemikiran Islam Politik muslim Indonesia.
Kita akan lihat bagaimana strategi Amerika dibawah komando Donald Trump pasca kemenangan pada pemilu tahun ini dan bagaimana China memelihara rezimnya. Yang Pasti Umat Islam harus siap. Dan kesiapan itu hanya dengan Jihad dan kemenangannya yang sejati hanya dengan tegaknya Syariah dan Khilafah. Insya Allah umat menuju kesana. Allahu Akbar! [syahid/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!