Selasa, 10 Jumadil Awwal 1447 H / 5 Juni 2012 11:10 wib
  20.296 views
								
							
								
								Ukhuwah Lintas Agama itu Batil
								Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah untuk Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Ada sebagian orang Islam (atau lebih  tepatnya, mengaku Islam) meyakini dan menyeru untuk terbentuknya ukhuwah  (persaudaraan) lintas agama. Mereka berdalil bahwa Allah telah  menetapkan ukhuwah (persaudaraan) antara orang yang beda aqidah, yaitu  ukhuwah sesuku, senegara, dan satu kepentingan. Yaitu dengan firman  Allah Ta'ala:
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا
"Dan kepada kaum Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud." (QS. Huud: 50); "Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka, shaleh." (QS. Huud: 61); "Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib." (QS. Huud: 84); "Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?" (QS. Al Syu'araa: 106); "Ketika saudara mereka, Lut, berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?"  (QS. Al Syu'araa: 161). Kemudian mereka, orang yang pemahamannya  terbalik, menyimpulkan dari ayat-ayat tersebut bahwa kita boleh menyebut  orang Yahudi dan Nashrani sebagai saudara kita, karena mereka satu  negara dengan kita. Kita berlindung kepada Allah dari kesesatan ini.
Ukhuwah Hanya bagi Sesama Kaum Mukminin
Sesungguhnya meyakini bahwa ukhuwah  hanya terjalin oleh sesama kaum mukminin, bukan antar orang beriman  dengan orang kafir, termasuk pokok keimanan. Hal ini berdasarkan firman  Allah Ta'ala:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara." (QS. Al Hujuraat: 10)
Imam al Qurthubi dalam tafsirnya berkata, "Sesungguhnya  kaum mukminin bersaudara dalam agama dan kehormatan, bukan karena  nasab. Karenanya dikatakan, "Ukhuwah karena dien lebih kuat daripada  ukhuwah karena nasab. Karena ukhuwah berdasar nasab terputus karena beda  agama. Sedangkan ukhuwah karena dien tidak akan terputus karena beda  nasab"."
Imam Ibnu Katsir memaknakan ayat di atas  bahwa mereka (kaum mukminin) bersaudara karena dien. Kemudian beliau  menyebutkan beberapa hadits yang mendukung bahwa persaudaraan hanya  berlaku bagi sesama kaum mukminin yang diikat dengan iman dan Islam. Di  antara haidts-hadits tersebut:
اَلْمُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ لا يَظْلِمُهُ وَلا يُسْلِمُهُ
"Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, ia tidak akan mendzaliminya dan tidak menyerahkannya (kepada musuh)." (HR. Bukhari no. 2442 dan Muslim no. 2580 dari hadits Abdullah bin Umar bin Ktathab)
Dan dalam Shahih Muslim, "Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama dia hamba itu senantiasa menolong saudaranya." (HR. Muslim dari Abu Hurairah, no. 2699)
Dan dari Abu Darda', Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
إِذَا دَعَا الْمُسْلِمُ لِأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ قَالَ الْمَلَكُ: آمِيْن، وَلَكَ بِمِثْلِهِ
"Apabila seorang muslim mendoakan  (kebaikan) untuk saudara yang tidak hadir di hadapannya (tanpa diketahui  olehnya), maka ada seorang malaikat yang mengatakan: "Amiin (ya Allah  kabulkanlah!), dan bagimu juga (semoga mendapatkan) yang semisalnya." (HR. Muslim no. 2732 dari Abu Darda')
Dan dari Nu'man bin Basyir, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
"Perumpamaan kaum Muslimin dalam  cinta, kekompakan, dan kasih sayang bagaikan satu tubuh, jika salah satu  anggota tubuhnya mengeluh sakit, maka seluruh anggota tubuh juga ikut  menjaga dan berjaga." (HR. Bukhari no. 2442) dan dalam Shahih Muslim disebutkan, "Seorang  mukmin atas mukmin lainnya ibarat satu bangunan, sebagiannya menguatkan  sebagian yang lain. Lalu beliau shallallahu 'alaihi wasallam  menggabungkan jari-jemari tangannya." (HR. Imam Bukhari, Muslim, dan An Nasa’i dari Abu Musa Al Asy’ari) selesai haidts-hadits yang disebutkan oleh Ibnu Katsir.
Adapun makna ukhuwah (persaudaraan) yang  disebutkan antara para nabi dengan kaumnya dan yang disebutkan tentang  mereka dalam beberapa ayat adalah sebagai ungkapan, hikayat, dan  pemberitahuan bahwa para nabi diutus oleh Allah berasal dari kalangan  kaumnya sendiri dan masih satu nasab dengan mereka. Sementara itu, Al  Qur'an tidak pernah menyebutkan bahwa para Nabi berkata kepada kaumnya  bahwa mereka adalah saudara kita. Bahkan, sikap para nabi terhadap  kaumnya malah sebaliknya. Lihatlah sikap Nabi Ibrahim 'alaihis salam ketika berbicara kepada kaumnya:
إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, . . ." (QS. Al Mumtahanah: 4) Mana persaudaraan dan kepentingan bersama dalam pernyataan Nabi Ibrahim?
Lihatlah perkataan Nabi Nuh 'alaihis salam kepada kaumnya: "Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi." (QS. Nuh: 26) Mana ukhuwah dan kepentingan bersama?
Lihatlah sikap penentang para nabi dan rasul. Kaum Nabi Luth berkata, "Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih." (QS. Al Naml: 56)
Lihatlah sikap kaum Nabi Syu'aib 'alaihis salam, "Pemuka-pemuka  dari kaum Syu'aib yang menyombongkan diri berkata: "Sesungguhnya kami  akan mengusir kamu hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu  dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami." (QS. Al A'raaf: 88)
Lihatlah perilaku Quraisy kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam firman Allah Ta'ala, "Dan  (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya  terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau  mengusirmu." (QS. Al Anfaal: 30) di mana kepentingan bersama dan ukhuwah antara para rasul dan kaumnya yang mereka klaim?
Sekarang ini, lihatlah bagaimana  penghinaan terhadap Islam dan pemeluknya di penjuru dunia yang tanpa  melihat negara dan kemanusiaan? Sesungguhnya slogan ini dibuat untuk  menipu kaum muslimin dan sebagai cover kedengkian orang kafir dan  munafikin. Tidak diragukan lagi, bahwa slogan-slogan kesukuan dan  nasionalisme adalah buatan musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan  Nashrani yang dikampanyekan oleh orang Islam, baik karena kejahilan  mereka, kemunafikan, atau mencari keridlaan terhadap kafirin. Namun yang  jelas bahwa mereka tidak akan pernah ridla. Allah Ta'ala berfirman:
وَلَنْ  تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ  مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ  أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ  اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak  akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah:  "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan  sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan  datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong  bagimu." (QS. Al Baqarah: 120) karena mereka tidak akan ridla  kecuali kalau umat Islam mengikuti ajaran mereka secara global. Dan  celaan ada pada mengikuti hawa nafsu mereka, baik sedikit atau banyak.
Mengikuti hawa nafsu (kemauan) orang  kafir berarti berharap keridhaan mereka sebagaimana yang dijelaskan oleh  ayat di atas, didasarkan pada dua alasan:
Pertama, murka Allah  terhadapnya, ia keluar dari kecintaan Allah dan Rasul-Nya serta kaum  mukminin, dan terjerumus dalam area kaum kafir. Kedua, orang-orang kafir tidak akan ridha terhadap kaum muslimin dan akan tetap  menimpakan gangguan, karena keinginan mereka agar kaum muslimin  mengikuti agama mereka. Dan ini merupakan syarat mendapatkan keridhaan  orang-orang kafir. Siapa melakukan itu, sungguh rugi dunia akhirat, dan  itu merupakan kerugian yang sebenarnya.
Supaya Orang Kafir Tidak Berani Mengganggu Kaum Mukminin
Firman Allah di atas sangat jelas  menunjukkan bahwa orang-orang kafir memang tidak pernah ridha kepada  Islam dan umat muslim. Mereka senantiasa berusaha menimpakan gangguan  kepada kaum mukminin dan selalu berusaha memurtadkan mereka dari Islam  atau memberhangus mereka dari muka bumi. Karenanya, Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan  umat Islam untuk mempersiapkan kekuatan fisik guna menghadapi kaum  kafirin yang senantiasa dengki dan memusuhi mereka. Allah Ta'ala  berfirman,
وَأَعِدُّوا  لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ  تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآَخَرِينَ مِنْ  دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ
"Dan siapkanlah untuk menghadapi  mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang  ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan  musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak  mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya." (QS. Al Anfal: 60)
Kandungan ayat ini sangat jelas, Allah  memerintahkan kaum mukminin untuk mempersiapkan segala kekuatan yang  mampu untuk diwujudkan, baik kekuatan akal, badan, persenjataan, dan  semisalnya yang bisa digunakan untuk memerangi orang-orang kafir yang  senantiasa berusaha memerangi dan menghancurkan agama Islam dan  pemeluknya. Tujuannya, agar niat orang kafir untuk memerangi dan  membantai kaum muslimin tidak terwujud karena gentar dan takut melihat  kekuatan kaum muslimin. Hal ini karena, jika umat Islam memiliki  kekuatan dan kemampuan untuk berperang akan membuat takut musuh-musuh  dari kalangan kafirin dan munafikin untuk melakukan penyerangan. Jika  mereka melihat umat Islam lemah, tidak memiliki kekuatan, dan tidak  berlatih perang sehingga terlihat tidak mampu menghalau dan melawan  musuh, maka mereka akan bersemangat untuk memerangi umat Islam.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala:
وَلْيَأْخُذُوا  حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ وَدَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ تَغْفُلُونَ  عَنْ أَسْلِحَتِكُمْ وَأَمْتِعَتِكُمْ فَيَمِيلُونَ عَلَيْكُمْ مَيْلَةً  وَاحِدَةً
". .  dan hendaklah mereka bersiap  siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah  terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan  sekaligus." (QS. Al Nisa': 102)
.  . . jika umat Islam memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berperang  akan  membuat takut musuh-musuh dari kalangan kafirin dan munafikin  untuk  melakukan penyerangan. . .
Masihkan kita mengganggap bahwa  orang-orang kafir sebagai saudara yang senantiasa berkeinginan membantu  dan menolong kita? Akankah kita tetap merasa aman dari tipu daya dan  makar mereka padahal Allah sudah kabarkan tentnag jatidiri dana tabiat  mereka? Sudahkah kita menyiapkan kekuatan untuk melemahkan semangat  mereka menimpakan kemudharatan kepada umat Islam? (PurWD/voa-islam.com)
		
								
								
								Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!