Selasa, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 31 Desember 2013 22:30 wib
42.252 views
Eksekutor Saddam Hussein: Dia Tetap Tegar Meski Akan Digantung
BAGHDAD, IRAK (voa-islam.com) - Mantan penasihat keamanan nasional Irak, Mowaffak Al-Rubaie yang mengawasi eksekusi Saddam Hussein tahun 2006 menceritakan menit-menit terakhir eksekusi Saddam, mengatakan diktator Irak itu tetap tegar sampai akhir hayatnya, dan tidak pernah mengungkapkan penyesalan untuk pembunuhan warga Syi'ah di Dujail tahun 80-an.
"Seorang kriminal? Benar. Seorang pembunuh? Benar. Seorang tukang jagal? Benar. Tapi dia tegar sampai akhir.
"Saya menerima dia (Saddam) di pintu. Tidak ada satupun yang masuk dengan kami. Tidak ada orang asing, dan tidak ada orang Amerika," kata Rubaie, salah satu pria bertopeng penggantung Saddam Hussein, dalam sebuah wawancara dengan AFP di kantornya di daerah Kadhimiyah utara Baghdad, dekat penjara di mana eksekusi tersebut terjadi tujuh tahun yang lalu.
Berbeda dengan para eksekutornya yang nampak ketakutan dan mengenakan topeng saat melakukan eksekusi tersebut, tidak tampak rasa ketakutan di wajah Saddam Hussein meski dia akan menghadapi kematian.
"Dia mengenakan jaket dan kemeja putih, normal dan santai, dan saya tidak melihat tanda-tanda ketakutan.
"Tentu saja, beberapa orang ingin saya untuk mengatakan bahwa ia pingsan atau bahwa ia dibius, namun fakta-fakta ini adalah sejarah," kata Rubaie.
"(Saat itu) Aku tidak mendengar penyesalan darinya, aku tidak mendengar permintaan ampun kepada Allah darinya, atau permintaan maaf.
"Seseorang yang hampir mati biasanya mengatakan, 'Yaa Tuhan, ampunilah dosa-dosaku. Aku datang untuk-Mu, Tapi dia tidak pernah mengatakan semua itu," kata Rubaie kepada AFP.
"(Tiang gantungan) ini untuk laki-laki"
"Ketika saya membawanya, dia diborgol dan memegang Al-Qur'an," kata Rubaie.
"Saya membawanya ke kamar hakim, di mana ia membacakan daftar dakwaan, ketika Saddam mengulang-ulang teriakan: Matilah Amerika, Matilah Israel. Hidup Palestina, Matilah Majusi Persia!"
Rubaie kemudian membawa Saddam ke ruang di mana ia akhirnya tewas digantung.
"Dia berhenti, memandang tiang gantungan, maka ia melihat dari atas ke bawah ... dan berkata: . "Dokter, ini (tiang gantungan-Red) adalah untuk laki-laki."
Ketika tiba waktunya untuk Saddam untuk memasang tiang gantungan, kakinya masih terikat, sehingga Rubaie dan yang lain harus menyeret dia menaiki tangga.
Tepat sebelum ia digantung, para saksi mengejeknya dengan teriakan "Hidup Imam Mohammed Baqr Al-Sadr!" dan "Moqtada! Moqtada! " - Referensi untuk lawan Saddam yang tewas selama pemerintahannya, dan keluarga orang tersebut yang bangkit untuk memimpin milisi kuat setelah tahun 2003.
Saddam menjawab: "Inikah lelaki jantan?"
Rubaie mengatakan ia menarik tuas untuk menggantung Saddam, tetapi tidak berhasil. Orang lain yang tidak ia sebutkan namanya kemudian menariknya untuk kedua kalinya, membunuh dia.
Tepat sebelum ia digantung, Saddam mulai mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai bukti keimanan seorang Muslim.
"Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhammad ...," ia mulai mengatakan, tetapi ia kemudian menghembuskan nafas terakhir di tiang gantungan, sebelum ia bisa mengucapkan kata-kata terakhir, "adalah utusan Allah."
Rubaie pergi di bawah tiang gantungan untuk mengambil jenazahnya, yang katanya dimasukkan ke dalam kantong putih dan ditempatkan di atas tandu.
Jenazah itu kemudian diangkut dalam sebuah helikopter Amerika dari penjara di mana ia digantung ke kediaman Perdana Menteri Nuri al-Maliki di Zona Hijau yang dijaga ketat.
Helikopter itu penuh sesak dengan orang-orang, kata Rubaie, sehingga jenazah Saddam harus diletakkan di lantai, dan pintu helikopter dibiarkan terbuka selama penerbangan.
"Saya ingat dengan jelas bahwa matahari mulai naik" saat helikopter terbang di atas Baghdad, kata Rubaie.
"Ruangan itu penuh dengan kematian'
Di kediamannya, perdana menteri menjabat tangan kami dan mengatakan: ' Tuhan memberkati Anda.' Aku berkata padanya, 'Pergilah ke depan dan lihat dia. "Jadi dia menemukan wajahnya, dan melihat Saddam Hussein," kata Rubaie, yang masih sekutu dekat Perdana Menteri.
"Saya tidak pernah memiliki perasaan yang sangat aneh seperti itu," Rubaie, yang tiga kali dipenjara selama pemerintahan Saddam, mengatakan tentang partisipasinya dalam eksekusi tersebut.
"Dia melakukan kejahatan yang tak terhitung jumlahnya, dan ia layak untuk digantung ribuan kali, hidup lagi, dan digantung lagi. Tapi perasaan itu, perasaan itu adalah perasaan aneh," katanya." Ruangan itu penuh dengan kematian."
Rubaie mengatakan eksekusi Saddam dilakukan setelah konferensi video antara Maliki dan Presiden AS George Bush, yang menanyakan perdana menteri Irak tersebut: "Apa yang akan kamu lakukan dengan kriminal (Saddam Hussein-Red) ini?"
Maliki menjawab: "Kami menggantungnya."
Bush memberinya acungan jempol, sinyal persetujuannya.
Berdasar kepentinga politik dan dendam
Saddam Hussein, yang memerintah Irak selama lebih dari dua dekade yang ditandai dengan represi brutal, bencana perang dan sanksi internasional, digantung setelah dinyatakan bersalah atas kejahatan terhadap kemanusiaan untuk pembunuhan 148 warga Syi'ah di Dujail tahun 1982.
Dia adalah presiden Irak sejak Juli 1979 hingga invasi pimpinan AS ke negara itu pada Maret 2003. Dia ditangkap oleh pasukan Amerika saat bersembunyi di sebuah lubang di sebuah pertanian di bulan Desember tahun yang sama.
Saddam dieksekusi tiga tahun kemudian pada tanggal 30 Desember 2006 setelah pengadilan ringkas yang menurut mantan jaksa agung AS, Ramsey Clark, keputusan pengadilan Iraq terhadap Saddam, bukanlah keputusan pengadilan yang adil, tetapi lebih berdasar kepentingan politik dan dendam, yang ingin menghabisi seluruh penguasa Iraq di masa lalu, termasuk Saddam Husien. Terlebih yang mengusai Irak sejak dia digulingkan hingga kini adalah kelompok Syi'ah yang terpinggirkan semasa pemerintahan Saddam Hussein.
Beberapa warga Irak, terutama Arab Sunni, menengok kebelakang dengan penuh harapan pada saat pemerintahan Saddam, terutama periode stabilitas internal yang berganti kontras dengan kekerasan brutal yang telah menjangkiti negara itu sejak penggulingan dirinya.
Saddam juga dijunjung tinggi oleh beberapa orang Arab untuk perang 1980-1988 dengan Iran, konfrontasi dengan Amerika Serikat, serangan melawan Israel, dan ketenangannya selama eksekusi dirinya, yang direkam pada video ponsel. (st/AFP)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!