Ahad, 18 Jumadil Awwal 1446 H / 11 Agutus 2019 02:50 wib
9.928 views
Fenomena Milenial Zaman Now
Oleh:
Luthfan Abdul Azis
DEWASA ini banyak terjadi problematika dalam hidup salah satu diantaranya dengan hancurnya moral, etika dan akhlak kalangan masyarakat khususnya para pemuda. Bicara tentang pemuda ialah merupakan masa emas dimana seorang insan sedang mencari jati dirinya, dimana peran pemuda amatlah penting sebagai penerus estafeta perjuangan dan juga pemimpin di masa depan.
Sedikit merujuk kepada salah satu kitab yang saya pelajari di Pondok Pesantren yaitu Hilyah Thalibil Ilmi (Hiasan Para Pencari Ilmu) karya Syaikh Bakr Bin Abdullah Abu Zaid beliau menuturkan bahwa salah satu yang dapat menyebabkan rusaknya moral dan akhlak adalah teman dan masyarakat yang buruk.
Tidak sedikit pemuda hari ini yang hanya sibuk dengan kesenangan dan kemewahan saja, mereka menghabiskan waktu dengan hal-hal yang tidak bermanfaat, isi pikiran mereka telah dipenuhi oleh gemerlap dunia, fashion ala barat, budaya dan tren kekinian sudah menjadi santapan mereka sehari hari bahkan sampai terjerumus kepada perbuatan yang sangat keji.
Sudah banyak peringatan yang Allah berikan agar manusia kembali kepada-Nya salah satunya berupa bencana alam. Bahkan belum lama ini tsunami yang melanda Selat Sunda ketika orang-orang sibuk menghadiri konser musik telah menimbulkan banyak korban. Bukankah ini merupakan azab Allah bagi orang-orang yang telah lalai dari beribadah kepada-Nya? Tsunami yang menimpa kota Palu Sulawesi Tengah disebabkan karena banyaknya pelaku LGBT. Namun, kebanyakan dari manusia tidak menyadari akan hal itu.
Ulama besar Ibnu Jauzi pernah menuturkan: “Belajarlah! Sesungguhnya tipu daya iblis terhadap manusia adalah menghalangi manusia dari ilmu, karena ilmu adalah cahaya maka ketika cahaya manusia itu padam maka iblis pun bebas menenggelamkan manusia kepada kegelapan sekehendaknya.”
Jelas sekali bahwasanya perkataan Ibnu Jauzi ini sangat menyinggung kondisi kaum pemuda hari ini. Dimana jarang sekali mereka yang menyadari akan pentingnya mencari ilmu. Kurangnya antusiasme dan rasa ingin tahu yang tinggi. Maka, di sinilah cahaya itu telah redup dan manusia tenggelam dalam kegelapan yang membawa mereka pada kebodohan yang hakiki.
Lalu, bagaimanakah nasib Indonesia dengan para pemuda yang kurang menyadari bahkan tidak peduli bahwa dalam dirinya terdapat jiwa kepemimpinan yang harus terus diolah dan diasah dengan keilmuan. Mereka hanya berkubang dengan kenikmatan duniawi dan terus mengulang-ulanginya padahal mereka mengetahui akan kebodohan itu. Sungguh. Rasanya tak habis pikir, sebutan apa lagi yang layak bagi seseorang yang mengulangi kesalahan dan terus terjerumus dalam kebodohan.
Apakah belum sampai kepadamu hadist Rasulullah SAW, "Seorang mukmin tidak boleh dua kali jatuh dalam lubang yang sama?"
Pada dasarnya pintar dalam pandangan mereka yg berfikir tentang dunia saja hanyalah dugaan semata, padalah orang pintar dan cerdas menurut pandangan agama Islam adalah mereka yang menahan hawa nafsunya dan beramal untuk hari kemudian (akhirat). Sangat miris sekali melihat peradaban zaman sekarang yang hanya mengandalkan ilmu dunia namun mereka tidak mementingkan ilmu akhirat .
Lihatlah bagaimana ulama salaf dahulu dalam menuntut ilmu. Imam Nawawi berkata: “Hal yang pertama harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu adalah menghafal Al-Qur'an karena ia adalah ilmu yang terpenting dan para ulama salaf dahulu mereka tidak mampu mengajarkan ilmu hadits dan fiqih kecuali bagi orang yang telah menghafal Al-Qur'an.”
Maka benar potret hidup pemuda yang menginspirasi banyak orang hari ini adalah Muhammad al-Fatih yang menjadi pemimpin terbaik dengan pasukan terbaik karena sejak kecil sudah tertanam nilai ilmu agama yang mumpuni. Lihatlah kehidupannya sejak kecil ketika sang guru menyampaikan izin memukul dari sang Sultan, Fatih kecil menertawakan, namun saat itu juga sang guru memukulnya.
Sejak itu Al-Fatih tahu, ia harus disiplin, menghormati orangtua dan menjaga sikap, sekalipun ayahnya seorang raja. Pendidikan ini membuat Fatih muda menguasi banyak ilmu. Ia menguasai enam bahasa, ilmu militer, pemerintahan, matematika, pengetahuan alam, dan berbagai ilmu lain. Saat menjabat sultan di usia 19 tahun, ia sudah menjadi pribadi matang dan di usia 21 tahun ia menjalankan misi pembebasan Konstantinopel yang berhasil gemilang.
Banyak hari ini orang yang mengaku berpendidikan namun ia tidak amanah dengan keilmuannya hingga membuat ilmu itu menjadi boomerang yang mencelakakan dirinya sendiri. Karena mengedepankan ilmu dunia saja dan tidak ditunjang dengan ilmu agama.
Banyak juga yang bertindak sesuai keinginan hatinya tanpa ditinjau dengan ilmu dan dalil. Bahkan Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an surat 17 ayat 36.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran penglihatan dan hati nurani semua itu akan dimintai pertanggung jawaban.”Sebagaimana seorang ulama juga menuturkan "Seandainya manusia mengetahui segala sesuatu namun ia tidak mengenal Rabbnya maka seakan-akan ia tidak mengenal apa-apa."
Beberapa artis baru-baru ini tertangkap karena mengonsumsi narkoba. Dan ini bukan kejadian pertama. Sebelumnya, sudah banyak yang mengalami nasib serupa. Sebagian bahkan berujung kepada kematian. Lalu, berapa lagi yang harus ditangkap dan mati, agar kamu sadar dan meninggalkan kebodohan itu? Bukankah mereka yang melakukan itu adalah orang yang dianggap pintar dalam urusan dunia namun mengabaikan nilai nilai agama di dalamnya?
Kesenangan duniawi tidak memberimu apa-apa. Sejatinya ia hanya menempatkanmu pada titik jurang kebinasaan . Karena semua yang kita miliki di dunia tidak akan menjadi sarana kita di akhirat.
Nikmat 1 % di dunia yang direbutkan banyak orang sampai merelakan banyak hal untuk mendapatkannya sungguh hal yang sangat bodoh, padahal Allah SWT menyiapkan 99 % nikmat di akhirat bagi orang yang prioritas hidupnya hanya untuk mendapatkan ridho Allah SWT.
Terbersit satu pertanyaan dalam hati, “Manakah nikmat dunia yang sementara ataukah nikmat akhirat yang akan kita pilih?” Semua kembali kepada invidual kita dalam menjalani hidup ini. Ketika penghasilan mulai meningkat mereka memenuhi segala impian, membeli rumah, mobil, dan fasilitas lain. Setelah semua terbeli mereka ingin merasakan indahnya bepergian dan melakukan hal-hal yang menyenangkan. Namun, keinginan terus terasa belum terpenuhi, sehingga akhirnya banyak yang mencoba hal-hal baru, meski melanggar undang-undang, aturan-aturan moral dan agama. Kebodohan, keinginan yang tak terpuaskan. Hidup kehilangan tujuan. Itulah yang disebut dengan fatamorgana.
Benar kata Rasulullah, "Andaikan seorang anak Adam (manusia) mempunyai satu lembah dari emas pasti ia ingin mempunyai dua lembah dan tidak ada yang dapat menutup mulutnya (menghentikan kerakusannya ke pada dunia) kecuali tanah (maut). Dan Allah berkenan memberi tobat kepada siapa yang bertaubat." (Bukhari - Muslim)
Selalu ada cahaya harapan untuk bangkit dari kebodohan dan keterpurukan.
Ada jalan kembali bagi mereka yang sudah terlanjur terjebak.
Melalui tulisan ini saya berpesan pada diri pribadi umumnya bagi yang membaca.
"Bekalilah diri kita dengan ilmu agama. Namun , bukan berarti meninggalkan dunia. Karena ketika kita mengejar akhirat maka pasti dunia akan mengikuti".*
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!