Selasa, 19 Jumadil Awwal 1446 H / 13 Oktober 2009 12:27 wib
8.367 views
Qory dan Marwa Al Sharbini
Oleh : Burhan Sodiq
Kehebohan kembali terjadi di negeri ini. Seolah penghuninya tidak belajar dari apa yang sudah terjadi. Musibah yang sedemikian ngeri tidak kemudian menjadi pelajaran yang berarti. Malahan, tradisi mengebiri nurani, dan eksploitasi kesalahan terus saja dilakukan sebagai sebentuk peradaban yang dijunjung tinggi.
Salah satunya adalah tradisi ajang pemilihan gadis paling cantik negeri ini, Kontes Putri Indonesia. Ajang yang yang diselenggarakan sejak tahun 1992 oleh Yayasan Puteri Indonesia ini memang niatnya ingin memajukan budaya Indonesia. Namun sayangnya ajang ini justru sering menimbulkan polemik dan kontroversi. Yayasan yang diketuai oleh Mooryati Soedibyo ini memang selalu rajin mengadakan acara ini setiap tahunnya. Kontroversi yang biasanya terjadi adalah pengiriman duta ke ajang Miss Universe yang harus berpakaian bikini dan merendahkan harga diri bangsa Indonesia di mata dunia. Karena biasanya, Pemenang Puteri Indonesia akan mewakili Indonesia dalam ajang Miss Universe, sementara runner-up I dan II dikirim ke berbagai ajang kontes kecantikan internasional lainnya, seperti Miss International, Miss Asia Pacific International, Miss World (sekali pada tahun 2005), dan lain-lain.
Dan tentu saja kita tahu, bahwa di ajang semacam itu, penilaian tidak lagi pada budaya sebuah bangsa, tetapi lebih kepada kemolekan dan keseksian duta yang dikirimkan. Meski sudah dikritik dan diprotes berbagai pihak, Yayasan ini tetap saja mengirimkan Puteri Indonesia terpilih ke ajang semacam itu. Seperti tidak berujung, kontroversi ini terus saja berlangsung sampai hari ini. Kasus terakhir adalah penampilan puteri Indonesia 2008, Zivanna Letisha Siregar yang membuat merah telinga bangsa ini karena sangat vulgar mewakili Indonesia di ajang itu.
bangsa ini harus kembali bersedih. Karena budaya ketimuran mereka dicoba lagi dengan kasus kontroversi putri Indonesia terpilih 2009 Qory Sandioriva yang mengaku rela melepas jilbab demi rambutnya.
Nah, tahun ini nampaknya bangsa ini harus kembali bersedih. Karena budaya ketimuran mereka dicoba lagi dengan kasus kontroversi putri Indonesia terpilih 2009 Qory Sandioriva yang mengaku rela melepas jilbab demi rambutnya. Kemenangan Qory Sandioriva asal Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dalam kontes kecantikan Pemilihan Puteri Indonesia 2009 mengejutkan banyak pihak. Sebab dalam menggapai kemenangan kontes itu, Qory menaggalkan atribut seperti jilbab yang selama ini identik dengan perempuan Aceh. Qory memang hadir berbeda dengan delegasi dari Aceh dalam kontes serupa di tahun-tahun sebelumnya. Aceh memang tak pernah absen mengirimkan delegasinya dalam kontes kecantikan itu. Namun, perempuan Aceh yang dikirim dalam kontes kecantikan tak pernah absen dengan atibut khas Aceh, yaitu jilbab dan busana muslimah. Qory hadir berbeda, atribut itu ia tanggalkan.
Dalam sesi pertanyaan, ia menjawab dengan lantang, "Saya menanggalkan jilbab saya dengan izin dari Pemda Aceh. Semoga keputusan saya bisa diterima," Namun perempuan yang masih kuliah di Sastra Perancis FIB Universitas Indonesia malah membantahnya ketika sesi jumpa pers. yang mengaku sebenarnya, sehari-hari ia tak mengenakan jilbab. "Saya sebenarnya memang dari awal sehari-hari tidak mengenakan jilbab," jelasnya. Hum, manakah yang benar?
Dalam profilnya, gadis yang masih berusia 18 tahun ini memang tumbuh dan besar di Jakarta. Lahir di Jakarta lahir di Jakarta, 17 Agustus 1991, dan ia adalah lulusan dari SMA Al-Azhar 1 Jakarta. Sehingga banyak pihak yang meragukan kapasitas Qory sebagai perwakilan Aceh. Sekretaris Ulama Dayah Aceh (HUDA), Tengku Faisal Aly mengatakan "Qory bukan cerminan putri Aceh. Untuk itu, ia tidak berhak mengatasnamakan rakyat Aceh. Ini sangat kita sesalkan." Faisal menegaskan, Qory berhak mengikuti kontes kecantikan tersebut. Meski Qory tidak berhak mengatasnamakan putri Aceh karena tidak mencerminkan budaya Aceh yang Islami. Selain itu menurutnya, di Aceh tidak pernah ada pemilihan putri sebelumnya.
Hidayah itu Sangatlah Mahal
Satu hal yang mengherankan mungkin di benak kita, kenapa dia rela melepaskan jilbabnya. Memang akan ada banyak sekali keuntungan dunia bila bisa memenangkan ajang ini. Mahkota yang akan diperebutkan oleh para kontestan dari seluruh penjuru tanah air ini memiliki bentuk menyerupai bulu burung merak, salah satu satwa Indonesia yang memiliki bulu yang indah. Mahkota persembahan dari PT. Hartono Wira Tanik (HWT) tersebut terbuat dari Emas Putih PLG, bertaburkan batu-batuan alam dan mutiara Indonesia. Selain itu ia akan berkesempatan mendapatkan rumah dinas, mobil dinas dan sejumlah uang. Belum lagi kesempatan untuk bisa berkunjung ke daerah-daerah di dalam dan luar negeri, tentu saja bagi gadis usia 18 tahun, hal ini sangat menggiurkan.
Fenomena ini menunjukkan bahwa perspektif seorang Qory yang rela melepas hidayah yang sudah dia pilih, dan menggantinya dengan pilihan dunia yang fana. Kita hanya bisa berharap, semoga ini bukanlah pilihan kebanyakan gadis muda di Indonesia. Karena bila ternyata ini demikian, maka para pegiat dakwah negeri ini harus lebih banyak berkaca dan berusaha lebih giat lagi berdakwah di masyarakat. Mengganti perspektif yang salah dalam memandang dunia, dan benar-benar menjelaskan bagaimana seorang muslimah menghargai dirinya.
Kronologis Pembunuhan Marwa Sherbini di Persidangan. Sumber
Jilbab adalah hidayah yang mahal. Kalau memang selama ini dia tidak berjilbab, berarti ia telah berbohong saat sesi pertanyaan dewan juri. Dan bagi seorang puteri Indonesia, berbohong adalah sebuah kesalahan yang memalukan. Tapi memang Qory benar berjilbab, mungkin bagi seorang Qory jilbab hanya sehelai kain yang bisa diganti dengan mahkota bertahta emas dan berlian. Berbeda halnya bagi seorang Marwah Al-Sharbini, yang mempertahankan jilbabnya meski harus ditebas nyawanya oleh pemuda yang membenci jilbabnya. Karena bagia Marwa, surga Allah adalah tujuan yang utama, bukan dunia apalagi hanya sebuah mahkota. Ia lebih kekal dan lebih mulia harganya.
Semoga muslimah negeri ini belajar dari martir jilbab Marwah Al Sharbini, dan menjadikan jilbab sebagai sebuah kehormatan yang harus dijaga sampai mati. Karena hidayah sangatlah mahal harganya sehingga tidaklah pantas bila hanya ditukar dengan kemilau dunia. Wallahua'lam.
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!