Di Akhir Desember Harus Semakin Khawatir Bencana, Kenapa?Kamis, 26 Dec 2024 12:03 |
|
Feminisme dan Delusi Kesetaraan GenderRabu, 25 Dec 2024 20:55 |
Oleh: Vivin Indriani
Runtuhnya Tembok Berlin dan kejatuhan imperium besar Turki Utsmani adalah beberapa peristiwa besar yang mengubah wajah dunia. Ada juga diantaranya pemboman Nagasaki dan Hiroshima atau runtuhnya World Trade Center di New York pada bulan September beberapa tahun silam.
Bagaimana dengan hari ini? Dunia tengah disibukkan dengan peristiwa besar yang mengguncangkan tatanan kesehatan, ekonomi maupun wajah domestik negara-negara besar secara global. Beberapa ahli telah banyak memprediksi akan adanya tatanan dunia baru paska berlalunya pandemi wabah Sars-Covid19 yang cukup merepotkan ini.
Salah seorang analis dari Foreign Policy, Stephen M. Walt mengatakan, pandemi COVID-19 akan mempercepat pergeseran kekuasaan dan pengaruh dari Barat ke Timur. Negeri-negeri timur seperti Korea Selatan dan Singapura telah memberikan tanggapan yang sangat baik dalam penanganan wabah. Begitu juga negeri asal perkembangbiakan virus ini yakni China, juga telah memberi respon yang baik setelah sempat menunjukkan kesalahan di awal.
Berbeda dengan negeri-negeri di barat, kita melihat bagaimana respons Eropa dan Amerika Serikat yang cenderung lambat dan serampangan. Hal ini malah menunjukkan betapa kacaunya respon Barat dan menodai reputasinya sebagai negara-negara besar dan maju.
Menurut analis Robin Niblett dari Foreign Policy, tampaknya sangat tidak mungkin dalam konteks ini dunia akan kembali ke gagasan globalisasi yang saling menguntungkan yang mendefinisikan awal abad ke-21.
Pandemi COVID-19 ini telah memaksa pemerintah, perusahaan, dan masyarakat untuk memperkuat kapasitas domestik mereka. Serta memperbaiki langkah untuk mengatasi periode isolasi ekonomi yang berkepanjangan.
Tidak ada lagi perlindungan akan kepentingan bersama yang bisa mengakibatkan arsitektur tata kelola ekonomi global yang didirikan pada abad ke-20 ini dengan cepat akan berhenti berkembang.
Begitu juga dengan dominasi negara-negara maju atas negara berkembang atau negara miskin. Akan ada perubahan dari sisi pengaruh dan kekuasaan wilayah. Masing-masing negara akan lebih mementingkan keamanan dan persediaan pasokan pangan serta obat domestik. Meski belum sepenuhnya terlihat di Indonesia namun lambat laun negeri ini juga akan menuntut diri secara tak sadar untuk mengamankan pasokan dalam negeri.
Krisis kesehatan kali ini juga akan menuntut banyak munculnya negara gagal. Analis Richard N. Haass dari Foreign Policy mengantisipasi langkah-langkah yang lebih besar menuju swasembada selektif yang menyebabkan egoisme sebuah negara akan muncul.
Kerentanan rantai pasokan, berkurangnya kemauan atau komitmen untuk mengatasi masalah regional atau global, termasuk perubahan iklim dan kerusakan lingkungan akan mengakibatkan negara-negara berkembang bahkan miskin terabaikan.
Jika demikian, maka yang kuat yang akan bertahan. Mereka yang berhasil selamat akan menjadi pemenang dalam percaturan global. Kita tidak lagi bicara kekuatan militer dan ekonomi. Kita tidak lagi bicara kekuatan hegemoni dan pengaruh kebijakan global. Karena Amerika dengan kekuatan militernya saja telah dilihat tengah sempoyongan setelah empat kapal induk mereka terpaksa melabuhkan jangkar akibat banyaknya pasukan yang terpapar Covid-19.
Siapa pemenang dalam perlombaan melawan pandemi ini? Kita diingatkan kembali bahwa pemikiran akan mengalahkan harta dan kekayaan. Meski sebuah negeri hancur tak bersisa, selama pemikiran masih tumbuh dalam diri masyarakatnya, maka negeri itu akan bangkit kembali.
Demikian juga hari ini. Pemikiran global kapitalisme telah menunjukkan kegagalan yang sangat memalukan ketika berhadapan dengan patogen kecil yang membawa kerusakan besar. Pemikiran mereka runtuh, begitu juga dengan segala kedigdayaan yang dibangun dengan sangat agresif selama seabad ini segera menyusul sedikit demi sedikit.
Pemikiran yang bersandar pada akal manusia yang terbatas ini telah menemukan muara kembalinya, yakni menjadi sisa-sisa sampah peradaban. Sebaliknya, Islam dengan pemikirannya sedang bergerak menuju kebangkitan terakhir kali sebelum pandemi Covid-19 ini mendunia. Keyakinan kepada Islam dan masa kembalinya kejayaan peradaban Islam adalah kunci kemenangan dalam masa bertahan ini. Pemikiran ini akan tetap hidup dalam diri umat Islam meski beberapa puluh ribu penganutnya tinggal di negara-negara dengan penanganan terhadap wabah yang mengkhawatirkan.
Siapkan diri menyongsong janji kenabian. Siapkan diri menuju peradaban gemilang yang segera akan hadir. Tugas kita adalah menggoyangkan pucuk kurma sebagaimana Maryam telah memberi tauladan. Hasil dan kesuksesannya Allah akan berikan. Wallahu 'alam. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google
FREE ONGKIR. Belanja Gamis syari dan jilbab terbaru via online tanpa khawatir ongkos kirim. Siap kirim seluruh Indonesia. Model kekinian, warna beragam. Adem dan nyaman dipakai.
http://beautysyari.id
Di sini tempatnya-kiosherbalku.com. Melayani grosir & eceran herbal dari berbagai produsen dengan >1.500 jenis produk yang kami distribusikan dengan diskon sd 60% Hub: 0857-1024-0471
http://www.kiosherbalku.com
Mau penghasilan tambahan? Yuk jadi reseller tas TBMR. Tanpa modal, bisa dikerjakan siapa saja dari rumah atau di waktu senggang. Daftar sekarang dan dapatkan diskon khusus reseller
http://www.tasbrandedmurahriri.com
Suplier dan Distributor Aneka Obat Herbal & Pengobatan Islami. Melayani Eceran & Grosir Minimal 350,000 dengan diskon s.d 60%.
Pembelian bisa campur produk >1.300 jenis produk.
http://www.anekaobatherbal.com
Di Akhir Desember Harus Semakin Khawatir Bencana, Kenapa?Kamis, 26 Dec 2024 12:03 |
|
Feminisme dan Delusi Kesetaraan GenderRabu, 25 Dec 2024 20:55 |