Senin, 3 Jumadil Awwal 1446 H / 28 Desember 2009 18:30 wib
8.689 views
Berharap Berkah, "Sumber Rondo Kembar" dan Nasi Jangkrik Diserbu Warga
BLITAR (voa-islam.com) – Usrek,48, dan Kasemi, 60,warga Desa dan Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar. tak pernah menyangka, perbincangan mereka sepekan lalu benar-benar menjadi kenyataan.
Sumber air yang diidam-idamkan untuk membantu mengairi ladang jagung mereka tiba-tiba muncul. “Seandainya ada mata air di dekat sawah, tentu tanaman jagung tidak mudah kering,“ kata Usrek memulai cerita.
Hanya selang sehari, Usrek melihat ada rembesan air di sela-sela lahan di bukit bertanah kapur itu. “Kami tahu ada rembesan menyerupai mata air saat kembali bekerja menyiangi rumput. Air itu muncul dari bekas congkelan sabit kami,“ ujar Usrek.
...mereka meyakini air ini bisa menyembuhkan penyakit rematik, tipus bahkan diabetes dan stroke. Soal itu saya sendiri kurang tahu...
Bagi warga setempat, munculnya mata air di sawah bengkok desa yang bertanah tandus itu, awalnya dianggap sebagai peristiwa alam biasa. Namun tiga hari terakhir, banyak orang berbondong- bondong datang dengan membawa kaleng,botol atau alat apapun untuk mengambil air.
Mereka datang dari Blitar, Tulungagung, Kediri dan sekitarnya ini. Untuk sampai ke lokasi ini pun mereka rela melintas jalan makadam sejauh 1 kilometer.
“Yang membuat saya kaget, mereka meyakini air ini bisa menyembuhkan penyakit rematik, tipus bahkan diabetes dan stroke. Soal itu saya sendiri kurang tahu,“ tutur Usrek. Saking banyaknya orang yang datang, kerabat Usrek menyediakan kota infaq sukarela.
Sementara di lokasi sumber dibuat kubangan lebih besar agar lebih mudah mengambil air. Hanya dalam tiga hari, otak tersebut sudah terkumpul uang Rp3 juta lebih.
“Kalau sampai 3 hari ini jumlah pengunjung mencapai ribuan. Isi kotak ini desa yang mengatur,“ paparnya. Warga setempat sepakat menamai mata air itu sebagai Sumber Rondo Kembar (Sumber Janda Kembar).Sebab, Usrek dan Kasemi sama-sama berstatus janda.
Berharap Berkah, Nasi Jangkrik pun Diserbu Warga
Sementara itu di Kudus ribuan warga dan sekitarnya kemarin memadati areal Menara Kudus. Mereka datang untuk mendapatkan sebungkus nasi yang dipercaya mendatangkan berkah.
Nasi bungkus yang lazim disebut nasi jangkrik tersebut merupakan rangkaian dari tradisi buka luwur makam Sunan Kudus yang jatuh setiap 10 Muharam. Sejak pukul 04.00 WIB,warga sudah memadati jalan-jalan di depan Menara Kudus.
Untuk mendapatkan nasi jangkrik, mereka harus antre dan menyusuri lorong-lorong sempit yang merupakan ciri khas permukiman di sekitar Menara Kudus. Karena banyaknya orang yang ingin mendapatkannya, tak pelak aksi saling dorong dan kericuhan kecil mewarnai tradisi ini. Situasi ini membuat sejumlah pengunjung jatuh pingsan dan harus dilarikan ke posko kesehatan yang telah disediakan panitia.
"...Tidak apa-apa kami harus berdesak- desakan untuk mendapatkan nasi jangkrik. Insyaallah berkah...”.
Keributan kecil juga sering terjadi antara petugas jaga dan para warga, karena ada sebagian warga yang memaksa menyerobot masuk tanpa antre terlebih dahulu. Salah seorang pengunjung asal Demak Asnawi mengaku, dirinya sudah 15 tahun mengikuti tradisi ini secara rutin.
Biasanya, sebagian dari nasi tersebut dimakan bersama dan sebagian lagi dikeringkan untuk selanjutkan disebar di sawah dengan harapan bisa menambah hasil panen. ”Saya selalu menyempatkan diri untuk datang bersama istri dan anak di setiap tradisi buka luwur. Tidak apa-apa kami harus berdesak- desakan untuk mendapatkan nasi jangkrik. Insyaallah berkah,” tutur Asnawi.
Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Nadjib Hasan menjelaskan, nasi jangkrik yang diperebutkan warga adalah nasi yang dimasak dengan daging kerbau dan dibungkus daun jati. Selain nasi jangkrik,ada pula jenis nasi uyah asem yang terdiri dari nasi daging kerbau dan dimasak dengan kuah.
Untuk tahun ini, panitia menerima sodaqoh dari warga sebanyak 10 ekor kerbau dan 62 ekor kambing. Sementara nasi jangkrik yang dibagikan ke pengunjung sebanyak 25.500 bungkus.
Di samping itu, ada juga nasi keranjang sebanyak 1.791 buah yang di-peruntukkan bagi undangan, panitia, dan para pemberi sodaqoh. Untuk membuat nasi ini, dibutuhkan 6,4 ton beras dan dimasak dalam 16 dandang raksasa.
Puncak tradisi buka luwur (kelambu) Makam Kanjeng Sunan Kudus adalah ritual memasang kembali luwur cungkup makam Kanjeng Sunan Kudus. [Ali/SI]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!