Hidayatullah.com—Pengadilan Israel hari Senin (24/9/2012) menyelamatkan Ehud Olmert dari jeruji besi, sehingga membuka pintu kembali bagi mantan perdana menteri Israel itu ke dunia poitik.
Meskipun pada bulan Juli lalu Olmert dinyatakan bersalah dalam kasus terkait perizinan proyek untuk teman lamanya saat menjabat dalam kabinet, dia dibebaskan dari tuduhan suap yang lebih serius.
Pengadilan Distrik Yerusalem memberikan pembebasan bersyarat selama satu tahun dan denda 75.300 shekel atau sekitar USD19.225 karena dianggap melanggar kepercayaan lapor Reuters.
Majelis hakim yang terdiri dari tiga orang itu juga menolak menyebut kejahatan yang dilakukan oleh Olmert sebagai “kebejatan moral”, sebuah label yang dapat menghalangi seseorang politisi untuk kembali ke panggung politik, apalagi jika ditambah pernah mendekam dalam penjara.
“Saya meninggalkan ruang sidang dengan berjalan tegap,” kata Olmert kepada wartawan, tanpa menjeaskan lebih lanjut rencananya ke depan.
Setelah keputusan pengadilan itu Olmert, yang menyebut dirinya bersalah karena “ketidakteraturan prosedur” dan bukan karena korupsi, mengatakan bahwa dirinya tidak bermaksud kembali ke politik.
Olmert masih harus berjuang menyelamatkan dirinya dari penjara, karena masih terjerat kasus korupsi tahun 1993-2003 saat ia menjabat sebagai walikota Yerusalem dalam proyek pembangunan perumahan. Olmert menyangkal semua tuduhan dalam kasus itu.
Oleh karena tersandung berbagai kasus korupsi dan suap, Olmert mengundurkan diri dari pemerintahan pada tahun 2008. Dia melepaskan hak istimewanya sebagai bekas perdana menteri secara sukarela setelah dikenai dakwaan, yang mengancamnya dengan hukuman penjara maksimal 3 tahun.
Tindakan itu, kata pengadilan Israel di Yerusalem, membantu meringankan hukuman yang diterima Olmert, ditambah lagi jasa-jasa yang telah diberikannya kepada negara Yahudi Israel.
Keputusan pengadilan yang menghukum ringan Olmert dalam kasus yang justru membuatnya terdepak dari kekuasaan itu, menimbulkan pertanyaan di Israel, apakah jaksa penuntut terlalu bersemangat.
Banyak rakyat Israel yang mengecam keputusan perang berbiaya tinggi dengan Hizbullah pada tahun 2006, yang sebenarnya belum tuntas sekarang ini.
Jajak pendapat yang dilakukan segera setelah keputusan bulan Juli itu menunjukkan, 70 persen rakyat Israel menolak Olmert kembali ke kancah politik dan hanya 22 persen yang tidak keberatan.*
Rep: Ama FarahRed: Dija