Senin, 13 Jumadil Awwal 1446 H / 10 Juni 2013 11:09 wib
47.962 views
Allah Malu Menutup Pintu Rizki Orang yang Membukakan Pintu Rizki Orang
Oleh: Badrul Tamam
Seorang balita datang kepada Nabi Musa 'Alaihis Salam dan meminta agar mendoakannya suapaya Allah menjadikan ia kaya. . . Nabi Musa bertanya kepadanya, "Apakah kamu mau Allah menjadikan kamu kaya pada 30 tahun pertama dari umurmu ataukah pada 30 tahun terakhir?
Balita tadi bingung. Ia berpikir keras menimbang antara keduanya. Lalu pilihannya jatuh pada 30 tahun pertama dari umurnya. Sebab pilihannya tersebut, ia ingin menikmati harta tersebut pada waktu mudanya. Di tambah lagi ia tidak bisa menjamin bahwa umurnya bisa sampai 60 tahun. Ia melupakan kondisi tuanya yang penuh kelemahan, loyo, dan sakit.
Kemudian Nabi Musa mendoakannya. Allah mengijabahi doa tersebut dengan menjadikannya kaya di usia 30 tahun pertama dari umurnya. Mulailah Allah melimpahkan rizki yang banyak kepadanya.
Sekarang anak itu sudah menjadi dewasa. Ia menggunakan kekayaannya untuk membuakan pintu rizki bagi orang lain. Ia banyak membantu orang. Tidak hanya dengan hartanya. Tapi juga membantu mereka dengan membangun perdagangan, rumah produksi, dan pertanian mereka. Ia membiayai pernikahan orang-orang yang sudah siap. Menyantuni anak-anak yatim dan orang-orang yang terlilit kebutuhan.
Berlalulah 30 tahun pertama. Bermula 30 tahun kedua. Nabi Musa setia menunggu apa yang akan terjadi. Beberapa tahun telah lewat. Sementara kondisi laki-laki tadi masih seperti semula, tetap kaya. Tidak berubah sedikitpun. Bahkan kekayaannya makin bertambah. Lalu Nabi Musa 'Alaihis Salam menghadap Allah menanyakan, 30 tahun pertama sudah selesai. Maka Allah menjawab: Engkau dapati hambaku membukakan rizki untuk hamba-hamba-Ku, maka aku malu menutup pintu rizki-Ku kepadanya.
Ya Allah, betapa pemurah-Nya Engkau. Sungguh tak terkira keagungan-Mu. (Dinukil dari status Facebook Syaikh Nabil al-'Audhi)
Infak Akan Menambah Jumlah Harta
Sesungguhnya harta yang diinfakkan untuk kebaikan akan mendatangkan keberkahan, yakni menambah kebaikan dari harta itu dan berkembang menjadi banyak. Ini sesuai dengan janji Allah yang akan memberikan untuk munfiqin balasan berlipat-lipat yang lebih besar dari apa saja yang telah mereka infakkan. Semua ini berlaku di dunia dan akhirat.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman,
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.” (QS. Al-Baqarah: 276)
Makna Allah menyuburkan sedekah adalah memperbanyak dan mengembangkannya di dunia. Sedangkan di akhirat, Allah menjaganya semenjak di keluarkan harta tersebut untuk infak. Penjagaan ini seperti seseorang menjaga benih yang ditanamnya dengan diperhatikan dan dipupuk sampai benih tersebut menjadi pohon yang besar. Atau seperti seseorang yang menjaga dan memelihara anak kuda yang masih kecil, ia beri makan dan ia rawat dengan baik sehingga menjadi kuda yang besar dan tangguh. Artinya pahala besar akan ia peroleh walaupun melalui infak yang sedikit. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (QS. Saba': 39)
Ibnu katsir berkata dalam menafsirkan ayat di atas, “Apapun yang kamu infakkan dalam apa yang diperintahkan kepadamu atau yang dimubahkan, maka Dia akan memberikan gantinya untukmu di dunia, dan di akhirat dengan ganjaran dan pahala.”
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits Qudsi, "Allah Ta'ala berfirman, “Berinfaklah, Aku akan berinfak untuk kalian.” (Muttafaq 'Alaih dari Abu Hurairah)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga tidak ketinggalan menjelaskan keajaiban sedekah dan menganjurkan untuk mengerjakannya,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
"Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah diri) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya." (HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda kepada Bilal bin Rabbah Radhiyallahu 'Anhu, "Berinfaklah wahai Bilal! Dan janganlah kamu takut berkurang harta (fakir) dari Sang Pemilik Arsy (Allah)." (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dan Al-Thabrani dalam al-Kabir, dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykat, no. 1885)
Ringkasnya, bahwa sedekah atau infak yang dikeluarkan oleh seseorang –hakikatnya- tidak mengurangi dan menghabiskan hartanya. Tapi sebaliknya, ia menjadi jalan keberkahan bagi hartanya dan semakin bermanfaat bagi pemiknya di dunia dan akhirat. Wallahu Ta’ala A’lam. [PurWD/voa-islam.com]
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!