Ahad, 27 Jumadil Akhir 1446 H / 29 Desember 2013 09:02 wib
7.284 views
PLO Desak Hamas Putuskan Hubungan dengan Ikhwanul Muslimin
RAMALLAH (voa-islam.com) - Beberapa pemimpin dari berbagai faksi di PLO, hari Sabtu (28/12/2013) mendesak Hamas untuk memisahkan diri dari Ikhwanul Muslimin, beberapa menyebut organisasi Mesir itu sebagai sebuah "kelompok teroris."
Seorang perwakilan Fatah di komite eksekutif PLO mengatakan Hamas harus melepaskan diri dari Ikhwanul Muslimin, memperingatkan konsekuensi politik, ekonomi, dan keamanan jika Hamas tetap "bawahan" dari "kelompok teroris yang dilarang ini."
"Konfirmasi loyalitas (hanya) untuk rakyat Palestina dan masalah Palestina," Jamal Muheisin mendesak Hamas.
Seorang wakil dari Front Pembebasan Arab mengklaim bahwa Hamas selalu memprioritaskan kepentingan Ikhwanul Muslimin dibanding kepentingan rakyat Palestina .
"Subordinasi gerakan (Hamas) untuk organisasi Ikhwanul Muslimin telah melemahkan posisi Palestina," klaim Mahmoud Ismail.
Ia menyebut pengambilalihan dari Jalur Gaza oleh Hamas tahun 2006-2007 adalah sebuah "kudeta militer" yang " membagi tanah air Palestina menjadi dua bagian."
Ahmad Majdalani dari Front Perjuangan Papular Palestina mengatakan Hamas dipandang sebagai organisasi teroris oleh banyak negara termasuk Amerika Serikat karena berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin.
Perwakilan dari Front Populer untuk Pembebasan Palestina dan Partai Rakyat Palestina menyuarakan seruan kepada Hamas untuk menyatakan dirinya merdeka dari Ikhwanul Muslimin.
Laporan desakan ini datang beberapa hari setelah pemerintah Mesir secara resmi menunjuk Ikhwanul Muslimin sebuah sebuah organisasi teroris yang anggotanya akan tunduk pada interogasi dan hukuman.
Selain itu, anggota komite eksekutif PLO menuduh Hamas campur tangan dalam urusan negara-negara Arab lainnya," khususnya Mesir dan Suriah."
Hamas harus "menghormati kehendak masyarakat Arab, terutama Mesir yang menggulingkan rezim Ikhwanul Muslimin," Sekretaris jenderal Uni Demokratik Palestina Fida mengatakan, mengacu pada penggulingan oleh militer terhadap mantan Presiden Mesir Muhamad Mursi pada 3 Juli lalu.
Perwakilan dari Front Demokratik untuk Pembebasan Palestina dan PPSF mengulangi sentimen ini.
Para pejabat Fatah telah mengecam Hamas atas dukungan dugaan para pejuang oposisi di Suriah, meskipun secara resmi Hamas telah menyatakan diri netral.
Otoritas tentara Mesir awal Desember menuduh Mursi bekerja sama dengan Hamas selama revolusi Mesir 2011 . Mereka mengatakan Hamas terlibat dalam mengorganisir pembobolan penjara massal dan "serangan teroris."
Hamas berbeda dengan Ikhwanul Muslimin
Sementara itu juru bicara pemerintah Gaza Isra Almodallal mengatakan kepada Ma'an bahwa sementara Hamas dan Ikhwanul Muslimin dapat berbagi ideologi, mereka tidak harus dilihat sebagai salah satu dan gerakan yang sama.
"Kami berada dalam situasi yang sama sekali berbeda," kata Almodallal. "Kami tidak ingin orang berpikir Hamas adalah sama dengan Ikhwanul Muslimin."
"Kami tidak ingin Mesir untuk menghukum kita dengan cara Ikhwanul Muslimin dihukum di Mesir."
Almodallal mengatakan Hamas setuju bahwa "pada saat ini" yang terbaik adalah untuk tetap netral dalam urusan negara-negara Arab lainnya.
Ketika diminta untuk mengomentari tuduhan PLO bahwa Hamas mengutamakan kepentingan organisasi Ikhwanul Muslimin atas kepentingan nasional Palestina, dia mengatakan dia tidak punya respon langsung.
Tapi dia mengatakan tidak seorang pun selain warga Gaza memahami tingkat kesulitan yang dialami oleh rakyat Palestina di Jalur Gaza yang terkepung. Persepsi di luar kelompok Hamas, ia menambahkan, termasuk persepsi anggota komite eksekutif PLO, dibentuk negatif oleh media.
Pada saat yang sama, ia menekankan bahwa Hamas berjuang untuk rakyat Palestina pada umumnya, bukan hanya untuk warga Gaza .
"Kami di sini bukan untuk melawan dengan faksi apapun," katanya. "Kami di sini untuk membela diri dan berjuang untuk masalah Palestina.
Hamas didirikan pada tahun 1987 sebagai cabang dari gerakan Islam Ikhwanul Muslimin Mesir.
Pembagian antara Hamas dan Fatah dimulai pada tahun 2006, ketika Hamas memenangkan pemilu legislatif Palestina.
Pada tahun berikutnya, bentrokan meletus antara Fatah dan Hamas, menyebabkan Hamas mengendalikan Jalur Gaza dan Otoritas Palestina yang dipimpin kelompok Fatah mengendalikan bagian dari Tepi Barat yang dijajah Israel. (st/mn)
Sebarkan informasi ini, semoga menjadi amal sholeh kita!